Krisna menatap Mentari dengan alis terangkat. Wajah cantik itu benar-benar sangat mirip dengan Anjani saat sedang kaget. Dan entah kenapa ia sangat suka. Ia seperti bertemu kembali dengan istrinya dalam suasana yang berbeda.
"Seriusan mas mau bukti?" tanya gadis itu lagi dengan ekspresi yang masih sama. Menggemaskan.
"Kenapa?" balas Krisna dengan bibir berkedut ingin tersenyum.
Mentari langsung diam dengan tangan meremas ujung kaosnya.
"Kalau gak aku lihat buktinya, aku biasanya gak percaya sih. Sekarang banyak sekali cerita hoax beredar dan tak bisa dipertanggungjawabkan," lanjut pria itu dengan wajah santai tapi nampak sangat mengintimidasi.
"Hoax? Yang bener aja mas? Emangnya aku tampak seperti penyebar hoax, Ih gak lah ya." Mentari mencibir. Ia merasa tersinggung meskipun sedikit.
"Lah kalo bukan hoax apa? Bukti tak ada," ucap Krisna seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya.
"Kalo tas belanjaan yang kamu bawa tadi itu sudah jadi bukti kalo kamu udah belanja, nah kalo habis dari salon?"
"Sekarang coba tunjukkan hasil dari treatment yang menghabiskan banyak uang itu!" lanjut Krisna tegas.
Mentari mencibir kesal. Pria itu seperti sedang meremehkannya.
Memangnya mas Kris gak ihat kalau gaya rambut aku sekarang berbeda? Dan lihat nih wajahku juga terasa semakin glowing."
"Itukan perasaan kamu saja."
Mentari semakin kesal. Ia pun melangkahkan kakinya menghampiri kursi Krisna. Setelah itu ia dengan cepat membuka kaos yang sedang ia pakai di depan pria angkuh dan dingin itu. Rok nya pun ia buka dengan dagu terangkat.
Maka terpampanglah sosok gadis muda yang sangat cantik dan juga menarik. Yang ia sisakan hanya underwear yang sangat seksih dan menggoda setiap mata yang melihatnya.
Usia Mentari yang masih sangat belia itu kini terasa berbanding terbalik dengan penampilan yang sempurna gadis itu.
Kulitnya sangat putih dan mulus sedangkan dua buah gunung kembarnya nampak besar alami dan sangat menantang. Pinggangnya ramping bagaikan sebuah gitar dari Spanyol.
Sempurna
Krisna tak sadar menelan salivanya kasar. Ia terhipnotis. Sejak kehilangan Anjani beberapa tahun yang lalu, baru kali ini ia merasakan kembali sensasi asing yang membuat libidonya memberontak garang. Bagian bawahnya saja langsung menggeliat dan mengeras.
"Gimana mas? Udah percaya belum kalo ini bukan hoax?" tanya Mentari dan berhasil menyentak otaknya yang sedang berada di dunia lain.
"Gak!"
Krisna cepat-cepat menjawab untuk menutupi debaran kencang di dadanya.
"Hah? Yang benar saja mas? Masak aku cantik kayak gini dibilang masih hoax?" Mata indah Mentari melotot sempurna.
"Lihat nih mas, underwear ku saja belum aku copot banderol harganya!" cibir Mentari seraya memperlihatkan banderol harga pada bee haa berenda yang ia pakai.
Ia berbalik dan memperlihatkan banderol harga yang menempel pada bagian belakang bea haa nya untuk menunjukkan kalau underwear itu juga masih baru.
"Ah itu sih memang bukti belanjaan kamu yang gak habis-habis," elak Krisna tak mau kalah meskipun ia sangat terganggu dengan aksi gadis itu.
Ia jadi semakin tersiksa dengan pemandangan yang sangat sempurna di hadapannya. Bokong gadis itu begitu padat dan besar.
"Habisnya mas Kris gak percaya! Ya udah!" Mentari menghentakkan kakinya kesal. Ia pun berniat untuk pergi dari tempat itu tapi Krisna langsung menarik pinggangnya sampai ia langsung terduduk dipangkuan pria itu.
"Awww mas Kris!" Mentari berteriak tertahan dengan aksi tiba-tiba dari suaminya itu.
"Aku ingin bukti dengan menyentuhnya Tari," bisik pria itu dengan suara seraknya. Ia bahkan tak bisa lagi mengenali suaranya sendiri karena hasrat yang sudah semakin besar.
"Sentuh aja mas, tapi jangan bikin aku kaget gitu dong," kesal gadis itu seraya berusaha untuk bangun tapi pinggangnya semakin ditekan oleh Krisna.
"Massss!"
Krisna tak peduli dengan teriakan gadis itu. Ia sudah lupa diri. Ia terbakar dengan sangat cepat. Hidungnya pun menghidu tengkuk gadis itu dengan penuh perasaan. Mentari tiba-tiba tak bisa bergerak. Tubuhnya membeku dengan berbagai macam perasaan asing berkejaran ke seluruh pembuluh darahnya.
Jantungnya berdetak sangat kencang.
"Kamu harum banget Tari," bisik pria itu dengan suara bergetar. Mentari terbuai. Ia tak sanggup berkata-kata. Apalagi saat bibir suaminya mulai mengecup ceruk lehernya dan bahkan menggigitnya karena gemas ia lagi-lagi tak bisa mengatakan sesuatu.
"Kulitmu sangat lembut sayangku..."
Deg
Detak jantung gadis itu semakin cepat. Ia sampai khawatir kalau bagian dari tubuhnya itu bisa meledak saat ini juga.
Sementara itu, Krisna benar-benar sangat menikmati apa yang sedang dilakukannya. Tangannya pun tak berhenti mengelus lembut seluruh permukaan kulit Mentari.
"Kamu sangat cantik dan harum Tari," bisik pria itu lagi dengan bibir mulai bergerak ke area kuping gadis itu.
Mentari segera tersadar dan melepaskan dirinya. Ia paling sensitif dengan daerah kupingnya. Ia pun turun dari pangkuan suaminya dengan cepat. Krisna kesal karena ia tidak sempat menahan gadis itu untuk berlama-lama ia cumbu.
"Tentu saja mas, aku 'kan udah bayar mahal salonnya. Jadi pantas aja aku cantik dan harum. Nah sekarang udah percaya 'kan?"
Ia menatap wajah tampan pria itu dengan perasaan campur aduk.
"Belum!"
"Apanya yang belum mas?"
"Aku belum percaya. Katanya habis Scrubbing, memangnya yang discrubbing hanya bagian belakang aja?"
"Hah? Maksud mas Kris apa? Tentu saja semuanya mas. Supaya seluruh kulit aku jadi halus dan lembut seperti sutra."
"Gak percaya!"
"Masak sih? Indra mas Kris perlu dipertanyakan tuh!"
Krisna tak menjawab tetapi malah berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah ranjangnya. Mentari pun mengikutinya karena kesal.
"Ya udah kalo mas gak percaya. Aku mau tidur saja," ucap Mentari dengan bibir cemberut.
"Tapi ingat, jajannya gak ada stop atau berkurang ya mas!" lanjut gadis itu dengan senyum matrenya.
"Heh! Enak saja mau tidur disaat aku lagi bangun. Sini kamu!"
"Eh mau ngapain lagi sih mas. Udah ngantuk nih."
"Aku belum periksa bagian depan kamu. Mau kabur saja!"
"Hah?!"
"Kenapa?!" tanya Krisna dengan bibir berkedut.
"Emangnya yang tadi belum mewakili mas? Depan belakang sama saja 'kan?"
"Gak." Krisna menjawab cepat.
Mentari mendengus.
"Tapi uang jajan bertambah 'kan mas?" tawar gadis itu seraya menghampiri ranjang dimana sang suami sedang menunggunya.
"Tergantung."
"Tergantung apa mas?"
Krisna tidak menjawab. Ia hanya sibuk menatap sang istri dengan berkabut hasrat. Sosok cantik dan seksi dihadapannya benar-benar menghidupkan kembali gairahnya yang telah lama hilang.
Sungguh, ia sudah tak sabar menyentuh dan mencicipi apa yang sedang terbungkus cantik di dalam bee haa berenda itu.
🌺
*Bersambung.
Like dan komentar dong supaya othor rajin update hehehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
sur yati
untung aku BCA udah lebaran thor
2024-04-12
1
Zanzan
aduh....modus bang ..puasa nih...
2024-04-01
1
Wicih Rasmita
polos polos oon tari😂😂😇😇😇
2024-03-09
0