Telaga yang terletak tak jauh dari rumah besar bergaya era kolonial itu terlihat cukup besar hanya saja di kanan-kiri tepian telaga banyak dipenuhi ilalang dan semak belukar yang tumbuh rimbun airnya jernih hanya saja air itu tampak kehijauan akibat banyaknya lumut yang tumbuh subur di dasar telaga.
Keluarga Rio baru dua bulan pindah menempati rumah besar itu sebelumnya keluarga Rio menetap di jakarta, hingga pada akhirnya memutuskan membeli rumah besar di dekat perkebunan yang saat ini ditempati keluarganya dari seorang juragan di daerah itu.
Pagi hari yang cukup cerah Rio melakukan aktivitas seperti biasa yang ia lakukan saat ketika dirinya dan keluarganya tinggal di jakarta yaitu jogging. Rio mengelilingi kawasan area perkebunan bertemu dan menyapa para penduduk sekitar hingga mentari tidak terlalu terik. Sesudah dirasa tubuhnya cukup capek karena berlari akhirnya Rio sampai di sekitar telaga.
Rio memperhatikan telaga itu dengan seksama.
"Hm, sayang sekali telaga yang indah akan pemandangannya ini kelihatan kumuh mungkin jika dibersihkan keadaan Telaga ini akan lebih bagus." pikir Rio dalam hati.
Setelah berkata begitu Rio bergegas pulang dari tepi telaga.
Ketika Rio beranjak pulang Air di telaga tampak beriak diterpa angin yang berdesir.
"Riooo ...riooooo..!" terdengar suara perempuan memanggil.
"Siapaaa .. ?!" Rio menyaut.
"Rioooo ....!" Suara itu memanggilnya lagi.
"Si..siapa ..?!" Jawab Rio, pandangannya mencari-cari suara yang berteriak memanggilnya. Suasana disekitar tempat itu gelap gulita, hanya suara riak air seperti di permainkan angin.
"Tolong aku Riooo ...?!" Suara itu terdengar kembali kali ini seperti berada dekat sekali dengannya.
Rio melangkah mencari-cari asal suara itu, hingga ia tiba di suatu tempat langkah kakinya terhenti saat menyadari jika tempat yang dia pijak di penuhi air diatas mata kaki layaknya berada di rawa-rawa. Disekeliling tempat itu ditumbuhi pohon-pohon yang sudah mati menyisakan dahan-dahan yang sudah kering kerontang. Seperti dirinya keadaan pohon itu tampak terendam air.
kabut memenuhi kawasan tempat dimana Rio saat itu berada, suatu ketika Rio sampai di sebuah bukit kecil yang tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa, yang membuat heran di atas bukit itu telah duduk seorang wanita dalam keadaan memunggungi dirinya.
Rio memberanikan diri menghampiri wanita itu.
"Maaf, apakah saudari yang barusan meminta tolong?"
Wanita yang sedang duduk tidak bergerak, hanya rambutnya yang riap-riapan tertiup angin malam. Pakaian yang saat itu dikenakannya terlihat asing oleh Rio. Tampak si Wanita mengenakan gaun kebaya warna putih dengan bawahan kain bermotif batik khas ala nyai-nyai jaman dulu wanita yang jadi gundik eropa era kolonial.
Rio perlahan mendekati si wanita lebih dekat, menjulurkan tangannya mencoba menyapa dengan menyentuh pundak si wanita.
"Permisi mbak, apakah mbak yang tadi meminta tolong? Dari mana mbak tahu nama saya?"
Ketika Rio berhasil menyentuh pundak si wanita, si wanita berbalik dan menoleh ke arah Rio.
"Si - Siapa. Ka - Kauu . . !!!!"
Saat menoleh karena sentuhan tangan Rio di pundaknya si wanita bergeming lalu .....
"Hiiiii..hii..hii.hhhiii.." Si wanita tertawa angker.
"Ha..ha..ha..hantuuuuuu..!!!!"
Betapa tidak wanita itu mempunyai wajah menyeramkan dengan gigi-giginya yang tak beraturan dan sorot matanya menggidikan karena kedua mata si wanita dalam keadaan berlubang tanpa bola mata.
Rio terperanjat dengan wajah penuh dengan keringat dingin bercucuran, nafasnya tersengal-sengal karena mimpi yang barusan dialaminya.
"Mimpi. A - Apa aku." nafas Rio masih memburu. Setelah beberapa saat Rio hanya bisa termenung pikirannya saat itu tidak tenang akibat kejadian mimpi yang dialaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
cocondazo
Romantisnya bikin baper
2024-01-12
2