Rio dan Mayang kembali dari perkebunan menjelang sore keduanya sudah tiba di rumah.
"Wah ! nak Mayang asyik benar, gimana jalan-jalannya?" tanya Ibu Hartono menyambut Rio dan Mayang yang baru tiba di halaman rumah.
"Eh, iya bu. Mas Rio bawa Mayang keliling sekitaran sini aja bu, liat perkebunan." terang Mayang.
"Bo'ong bu, Mayang ketiduran tuh, liat pemandangannya dalam mimpi !." Celetuk Rio lalu buru-buru masuk ke dalam rumah.
"Iihh ! Apaan si mas Rio !" Sungut Mayang, tangannya hendak mencubit tangan Rio namun, orang yang hendak jadi sasaran cubitannya telah buru-buru masuk ke dalam rumah.
"Wah ! ibu senang kalian bisa akrab." kata ibu Hartono senang.
Airlangga dan Hartono baru keluar dari ruang tamu setelah tahu Mayang dan Rio sudah tiba.
"Ayo sayang ! kita pulang, ibumu pasti sudah menunggu di rumah." Seru Airlangga pada mayang.
"Oh, ya bu. Mayang dan ayah pamit dulu." Mayang cium tangan ibu Hartono, sekilas matanya melirik ke dalam rumah berharap Rio muncul.
"Eh, kalau begitu ibu panggil Rio dulu ya? sudah hati-hati di jalan."
"Tidak usah bu, makasih." balas Mayang padahal hatinya berharap Rio muncul dan berpamitan dengannya.
Mesin Mobil sedan warna merah menyala, Airlangga dan Mayang ucapkan salam dan mobil yang ditumpangi keduanya meluncur meninggalkan halaman rumah Rio.
"Di dalam mobil Mayang di kejutkan dengan sesuatu, mayang melihat di atas dasbor mobil ada sebuah kotak kado kecil yang sengaja tersimpan disana.
Mayang mengambil kotak itu menimang-nimangnya sebentar, lalu berpikir."Hm, kotak kado dari siapa ini? atau... Apa Ibu Rio lupa? coba aku buka." Kata Mayang mencoba untuk membuka kado kecil yang mencuri perhatiannya.
Dengan hati-hati Mayang membukanya.
"Toooiiiinggggg !! ... Tooiiiinngggg ...!!"
Mayang terkejut jantungnya hampir copot, betapa tidak dalam kotak kado kecil yang dibukanya itu muncul boneka kepala badut dengan leher melar dari per.
"Aaaahhh !!! Dasar ..!!"
Sesuatu muncul dari kotak kado kecil itu di dalamnya tesimpan sebuah kertas catatan kecil yang di lipat.
Mayang penasaran akan isi kertas yang di lipat dan langsung membukanya.
TT D J
Bilang sama Bapak
Airlangga
Awas ! Kalau Ngantuk
Segera Istirahat ! ! !
Mayang hanya tersenyum kecil membaca tulisan itu dia berpikir ini pasti ulah Rio.
"Mas Rio ....."
Sejak perkenalannya dengan Mayang waktu itu Rio sedikit demi sedikit tidak lagi menyinggung soal Asih. Walau kadang-kadang Rio masih teringat meski hanya sesaat. Dan Mayang gadis yang diam-diam juga memendam rasa sukanya pada Rio sering menyempatkan diri mampir ke rumah Rio dikala usai pulang kuliah.
"Mas, jalan yuk ? Mayang ingin suasana baru!" Ajak Mayang suatu hari.
"Jalan ke mana? ke Mall?" tanya Rio.
"Iih gak mau ah ! Bosan, gimana kalau kita ke Gazebo yang dulu mas Rio ajak jalan Mayang?" usul Mayang.
"Oh, ya udah. Sana berkemas ! Mas ga mau jalan bareng gadis yang belum mandi." Ujar Rio.
"Em, mulai deehh..!" jawab Mayang, tangannya mencubit pinggang Rio.
"Aduuh ! Sakit tau." Rio meringis.
Setelah sarapan Rio dan Mayang beranjak menuju gazebo yang dulu pernah mereka tuju saat pertama kali keduanya berkenalan.
Puncak perbukitan tempat gazebo yang menjadi batas perkebunan teh yang dikelola Ayah Rio terletak diketinggian hingga pemandangan hamparan hijaunya kebun teh terlihat jelas, apalagi pemandangan di pagi hari saat kabut tipis menyelimuti kawasan perkebunan dengan cahaya matahari menembus ranting-ranting pohon, sungguh pemandangan yang syahdu. Gazebo yang digunakan ayah Rio sebagai tempat istirahat juga berfungsi untuk mengawasi para pekerja pemetik teh.
"Mas, mayang mau bilang sesuatu sama mas." tanya mayang ketika mereka telah berada di Gazebo.
"Apa?" balas Rio.
"Mayang.., mayang suka sama mas." jawab Mayang.
"Em, oh ya. Masa sih?"
"Itu bener mas? sejak mayang pertama kali kenal mas, mayang udah suka sama mas Rio." terang Mayang.
Mayang menggenggam tangan Rio yang berdiri dihadapannya.
"Mas Rio suka gak sama mayang?" tanya Mayang dengan mata berbinar penuh harap.
"Mas."
><><><
Saat itu di sebuah rumah di pinggiran hutan yang ditumbuhi pohon-pohon pinus yang rapat di tepian telaga.
"Sudahlah Nyai, nyai tidak usah menangis demi tuan. Memang begitulah sifat seorang lelaki, hanya baik jika ada maunya, apa saya yang akan membereskan urusan?"
Asih masih terdiam raut wajahnya yang pucat terlihat dingin, hanya sorot matanya yang berwarna merah menyala tampak tajam menusuk.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Min Mey
mayang ti ati saingnkm dedemit😊
2024-03-08
0