Ketika Rio kembali ke rumah saat itu di halaman rumahnya telah terparkir sebuah mobil jenis Sedan warna merah.
Hartono kedatangan tamu seorang rekan bisnisnya sahabat karibnya saat sama-sama meniti karir dulu.
Airlangga datang bersama putrinya Mayang gadis cantik putra tertua Airlangga yang kini berstatus mahasiswi di sebuah universitas ternama di jakarta.
Hartono menyambut kedatangan Airlangga dan mayang menjamu kedua orang itu dan bercakap-cakap di ruang tamu.
"Bu ! Masih ingat tidak ini Airlangga sahabat bapak dulu dan Mayang ini putri Airlangga." Hartono mengenalkan Airlangga dan Mayang pada istrinya.
"Eh, Pak Airlangga, apa kabar." Ibu Hartono ulurkan tangan menyalami Airlangga dan Mayang kenalkan dirinya.
"Baik, bu. Alhamdulillah." balas Airlangga.
"Amboi ! cantik sekali anak ini, dulu masih imut, hehe." sapa Ibu Hartono.
"Makasih bu." Mayang mencium tangan ibu Hartono.
"Kebetulan nak Rio ada di rumah sebentar ibu panggilin, silahkan duduk Pak, nak Mayang." Ibu Hartono lantas meninggalkan kedua tamu itu untuk memanggil Rio.
"Nah, Pak, nak Mayang kenalin ini Rio putra ibu." Ibu Hartono mengenalkan Rio pada tamu.
Rio menyalami Airlangga yang tengah duduk ditemani ayahnya.
Ketika Rio hendak menyalami Mayang Rio tertegun, menatap Mayang beberapa saat.
Mayang menatap Rio dengan seksama kemudian tersenyum.
"Mayang."
"Rio."
Rio dan mayang saling mengenalkan diri. Saat itu Rio yang telah selesai berkemas hendak beranjak untuk kembali menemui Asih, dipanggil ibunya.
"Rio, kamu mau kemana lagi? Ada tamu kok malah mau pergi." tanya Ibunya.
Rio seperti tak mendengar ibunya yang bertanya padanya.
"Eh, iya. Bu?"
"Lah, kok malah melamun? Sini temani nak Mayang ajak dia ngobrol atau keliling kemana gih?" Pinta ibunya.
Mayang hanya tersenyum melihat Rio terlihat sedikit kikuk.
"Ba - Baik, Bu." balas Rio.
Rio membonceng mayang mengajak gadis itu naik sepeda motor jenis sport keliling melihat-lihat pemandangan di area perkebunan teh, terlihat perbukitan di kejauhan dengan deretan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi dikiri-kanannya.
"Mas Rio maaf ya, mayang merepotkan padahal mas Rio sedang terburu-buru?" tanya Mayang sembari memeluk erat pinggang Rio.
"Oh, santai saja, lagian urusan mas tidak terlalu mendesak kok." jawab Rio.
Motor jenis sport yang dikemudikan Rio melaju dijalanan berkelok di tengah hamparan kebun teh, meluncur melintasi perbukitan dan berhenti di sebuah bangunan semacam gazebo.
Sampai gazebo Rio dan Mayang turun dan memarkirkan motornya.
"Nah, mayang ini gazebo adalah batas perkebunan teh yang dikelola ayah.
"luas sekali perkebunan teh yang dikelolanya mas."
"Ya, begitulah."
Rio mengajak Mayang duduk di dalam gazebo dengan model terbuka yang bisa melihat area sekitaran perkebunan.
"Hmm, udaranya sejuk sekali." Mayang menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Oh, iya mas. Maaf kalau mayang lancang bertanya. Ngomong-ngomong mas Rio sudah punya pacar ya?" tanya Mayang.
"Eh, dari mana Mayang tahu kalau mas sudah punya pacar?" Rio balik bertanya.
"Em, tadi mayang sempat ngobrol sama ibu kalau mas Rio sering menginap di rumah kenalan wanitanya." Balas Mayang.
"Oh, itu rahasia Mayang tidak perlu tahu." jawab Rio.
"Sayang ya mas, mas Rio sudah punya kekasih? padahal Mayang ingin tahu lebih dekat tentang mas Rio."
"Memangnya Mayang ingin tahu mas Rio sudah punya kekasih atau belum untuk apa?" tanya Rio.
"Emm, ada aja. Itu rahasia, mas Rio tidak perlu tahu." Mayang membalas kalimat Rio.
Rio memonyongkan bibirnya, mengejek Mayang.
"Mnyee ...mnyeee..myee."
Mayang tertawa cekikian melihat tingkah Rio barusan.
"Mas Rio udah ah ! geli tau." Mayang masih tertawa-tawa.
Rio bertingkah bak sarimin pergi ke pasar.
Dua orang yang tengah saling bercanda riang di gazebo rupanya sedang diperhatikan dua pasang mata dibalik kerapatan pepohonan melihat mereka saling bercengkrama, terlihat dua pasang mata itu menitikan air mata.
"Mas.....Rio .. .."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments