Rio pandangi mang barja yang melangkah semakin jauh.
"Apakah Asih punya pembantu di rumahnya? kalau ada kenapa malam itu aku tidak menjumpainya?" pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Rio.
Rio masih berdiri tertegun di pinggir telaga.
"Jika aku ingin bertemu lagi dengan Asih kenapa aku harus menunggu mang barja? bukankah semalam Asih sendiri yang saat itu melintas dan tak sengaja bertemu denganku? Hm, orang aneh." kata Rio dalam hati.
Malam harinya Rio penasaran dan sengaja duduk-duduk di bangku halaman depan rumah, ditemani secangkir kopi hangat. Kedua orang tuanya telah tertidur pulas sejak sore.
Malam semakin beranjak dan Rio masih tetap terjaga kopi dalam gelas sudah habis separonya. Tapi, orang yang ditunggu tak kunjung tiba. Rio memutuskan untuk kembali kedalam rumah.
"Ah, mungkin tidak akan datang." Rio berdiri dan beranjak dari halaman.
"Selamat malam mas Rio." suara itu familiar terdengar lembut ditelinga Rio.
Rio menoleh, di belakangnya telah berdiri sosok yang tak asing lagi baginya, Rio senang orang yang ditunggunya ternyata tidak pindah seperti yang dikatakan Mang Barja tadi siang.
"Asih.!"
Rio menghampiri Asih dan langsung merangkul tubuh wanita itu.
Asih tersenyum manis, dan balas merengkuh menyambut tubuh Rio yang memeluknya.
"Kemana kau siang tadi? Aku mencarimu ke rumahmu kata Mang Barja kamu sudah tidak tinggal di rumah itu lagi? Kenapa kamu pindah tak memberi kabar? Rio mencecar Asih dengan pertanyaan.
"Hiii, Mas Rio kangen sama Asih ya? Baru aja ditinggal sehari.hii.." Goda Asih diselingi suaranya yang lembut.
Rio sedikit cemberut.
"Iiih, mas marah ya?" Asih membujuk.
"Maaf, mas. Asih tadi siang mengantar ibu untuk berobat pagi-pagi sekali jadinya Asih tak sempat memberitahumu, dan lagipula Asih tidak pindah." Terang Asih.
"Tapi tadi siang mang Barja memberitahu jika kamu sudah tidak tinggal di rumah itu lagi?" tanya Rio.
"Mang barja memang begitu, dia hanya tidak mau saya kenapa-napa." jelas Asih.
"Lain kali kasih tahu mas biar jika kamu perlu sesuatu mas bisa bantu." balas Rio meyakinkan Asih, kedua tangan Rio pegangi pipi dan dekatkan wajah Asih lalu mengecup keningnya.
"Terima kasih mas, mas Rio sudah perhatian sama Asih." Asih memeluk tubuh Rio makin erat.
Saat kedua orang itu berangkulan saling memeluk menumpahkan rasa. Tiba -tiba ...
"Rio sedang apa kamu nak? kenapa malam-malam begini berdiri diluar sendirian?"
Rio tak menyadari ada seseorang dibelakang menghampirinya.
"Ah, ibu kenalkan ini A....." Rio tak lanjutkan ucapannya saat Asih sudah tak tampak lagi.
"Kamu bicara dengan siapa?!" Tanya sang ibu.
"Tadi Rio ketemu Asih dan sempat mengobrol di sini sebelum ibu datang.
"Asih? Asih siapa?" Ibunya heran.
"Asih, gadis yang suka melintas di jalanan setapak depan rumah. Rio sudah beberapa kali bertemu dengannya bu, baru aja Rio bercakap-cakap dengannya." Terang Rio.
Saat itu Rio juga sebenarnya heran "Kenapa Asih tiba-tiba pergi, apa mungkin Asih malu betemu dengan ibu, ya?"
"Ngaco Kamu ini ! Aneh-aneh saja, sudah ! cepat masuk ! sudah malam. Kamu sudah sehari tidak masuk kerja, nanti kesiangan." ujar ibunya Rio.
***
Sejak ibunya memergoki dirinya berbicara sendirian di malam seminggu sebelumnya. Rio tak lagi menjumpai Asih menemuinya lagi. Rio jadi sering melamun sendiri. Ada kehampaan yang ia rasakan sejak saat itu.
Ibunya Rio menganggap putranya itu sedang sakit dan harus tetap istirahat dikamarnya dan tidak boleh keluar rumah.
"Ibu dan ayah mau pergi dulu ketemu klien ayah ke semarang, kamu baik-baik di sini dan jangan keluar rumah, ibu sudah menyuruh dokter abdi menjagamu." pesan ibunya Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments