Setelah tersadar akhirnya Asih menangis sesenggukan, bahunya terguncang-guncang kedua telapak tangannya tutupi wajahnya menahan tumpahan air mata kepedihan yang barusan lalu ia lewati. Setelah menumpahkan semua perasaan sakit dan sesalnya tangisan Asih perlahan mereda. Asih memutuskan untuk beranjak ke kamarnya. Namun, saat Asih hendak mencoba berdiri ia gemetar langkahnya goyah, ia terhuyung sempoyongan seakan tak mampu menopang lagi berat tubuhnya. Saat Asih menoleh melihat ke arah bagian bawah kakinya ia menjerit ada noda merah yang telah mengering diantara kedua pahanya.
"Tidaaaakkkkkk ......!!!!"
"Jahanaaam ! Kaliaaann..!!!!"
Berkali-kali Asih mencoba beringsut sekuat tenaga meskipun lemah akhirnya Asih sampai juga didalam kamarnya.
Dua rampok yang melihat Asih dalam keadaan tak berdaya hanya memandangi tubuh Asih yang hampir polos gaun robek disana-sini tak karuan rupa itu hanya bisa menutupi sebagian tubuhnya saja.
"Hei ! Somad ! Enaknya kita apain ni, Nyai? kalau dia ampe buka mulut bisa berabe kita lakinya kan meneer?!" Kata Jali pada Somad kawanya.
"Ngapain repot Kita abisin aja ! sekalian kau gondol tuh barang-barang yang sekiranya bae !" Timpal Somad.
Asih yang susah payah dengan merangkak telah sampai di dalam kamar, ketika dia hendak menutup pintu kamar salah satu rampok palangkan kakinya hingga pintu yang hendak ditutup tertahan.
"Bajingaan..pergi kalian.!" Teriak Asih dengan nafas memburu menahan amarah.
"Tunggu dulu manis, kau kira semudah itu kau bisa lolos hah !"
"Mau apa lagi kalian bangsaat .!!" Teriak Asih sewot.
"Sini ikut kami !" Salah seorang rampok menjambak rambut panjang Asih, lalu menyeretnya menjauh dari kamar.
"Lepaskan - Lepaskan. Aku bajingan..!" Asih merutuk, mencoba melawan rampok yang menjambak rambutnya.
"Diaam ..!" Somad menghardik.
"Bi - Bi Sumiii..! Mang Barjaaa ! Tolooongghh..!"
Asih berteriak-teriak meminta tolong. Tapi, tidak ada satupun orang yang dipanggil menyahuti teriakan Asih.
"Percuma babu ama tu centeng udah kami abisin.!" Jawab Jali.
Asih hanya bisa teriak-teriak tanpa seorangpun yang datang menolong.
Dua rampok membawa Asih ke bagian samping rumah gedong itu menuju ke arah telaga yang tak seberapa jauh.
"Lepaskaan.. aku ! jahanaam..!" Asih terus meronta-ronta.
"Aku mohon jangan kalian apa-apakan aku.?!" Pinta Asih memohon agar dua rampok itu melepaskannya.
Setelah tiba di tepi telaga kedua rampok itu segera saja cabut golok dari pinggangnya.
"Jali cepet beresin dia .?!" Somad memerintah.
"Jangaan..! Kumohon.!" Asih meratap sekali lagi, tangisnya pilu.
Lalu ...
Golok yang di angkat tinggi-tinggi oleh Somad mengayun.
"Aaaaaaaaaaaaa.....!!"
Tubuh molek Asih terjerembab dan jatuh ke tanah sabetan golok telah melepaskan nyawanya, terbaring tak bergerak lagi.
"Cepet buang ni mayat, iket pake tali kasih pemberat ceburin dah.!" Perintah Somad.
Karena tali tidak sempat mereka persiapkan, akhirnya Jali memutuskan mengambil tali dari akar pohon beringin yang ada di tepi telaga.
"Byuuurrrrrr..."
Tubuh Asih tercebur kedalam air telaga dan tenggelam.
"Beres." kata Jali setelah memastikan tubuh Asih sudah tak tampak lagi, barulah kedua rampok kembali ke dalam rumah gedong dan menggambil beberapa barang berharga, kemudian beranjak kabur.
Awan gelap menggelayut di langit di malam itu, rintik hujan turun membasahi noda merah di atas tanah, hanyut bersama titik-titik hujan. Suara anjing hutan membaung mendayu-dayu, bunyi burung hantu menambah malam yang sunyi serasa mencekam.
Dia pergi untuk selamanya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments