Dalam dua minggu itu Rio belum pernah pulang ke rumah sekalipun. Saat itu di sebuah rumah pinggiran hutan yang banyak ditumbuhi pohon pinus, tempat Rio selama ini tinggal dan menghabiskan waktu.
"Mas, apa kamu tak kangen rumah? Ayah dan ibumu pasti sedang mencari-carimu?" tanya suara wanita dalam dekapan Rio.
"Aku sudah tak kerasan kembali ke rumah itu." jawab Rio.
"Kenapa? Apa yang membuatmu segan? Bukankah selama ini Ayah dan ibumu selalu perhatian padamu?"
"Aku tak suka mereka mengatai dirimu macam-macam, aku ingin suatu saat mereka menerima kamu." jawab Rio.
Asih yang tengah berbaring di atas tubuh Rio hanya bergumam dalam hati."Aku sebenarnya ingin sekali mas. Tapi, kau tak tahu siapa aku sebenarnya aku tak mau kau kecewa jika kau tahu aku yang sebenarnya." kedua mata Asih sembab mengeluarkan bulir-bulir air mata yang perlahan keluar.
Rio merasakan ada tetesan air hangat mengenai dadanya, Rio berpaling kekiri membelai rambut kepala wanita yang dicintainya itu mencium keningnya, tangan Rio pegangi dagu menghadap kearahnya.
"Eh, sayang. Kenapa kamu menangis?" tanya Rio.
"Em, tidak mas. Asih hanya terharu melihat perhatianmu padaku." balas Asih.
"Itu sudah menjadi tanggung jawabku sebagai kekasihmu, mas tak mau seseorang menyakitimu, karena mas mencintaimu." jawab Rio.
Tangisan Asih bertambah pilu, mendengar kata-kata manis Rio. Ia hanya menyesali takdir yang membuat dirinya tak bisa bersatu dengan Rio pria yang dicintainya.
"Mas, kenapa takdir mempertemukan kita di waktu dan keadaan yang tidak tepat?" tanya Asih.
"Takdir hanyalah soal waktu, dulu ataupun sekarang sama saja mungkin saat ini. Akulah pria yang ditakdirkan itu."
"Andai mas tahu keadaanku, apakah mas masih mencintaiku?"
"Kenapa kamu berkata begitu? Bukankah selama ini mas tak mempersoalkan tentang keadaanmu itu?"
"Em, maksud Asih, Asih bingung memulainya dari mana untuk menjelaskannya padamu." terang Asih.
"Sudahlah, mas tak mau lagi mendengar soal keadaanmu, ataupun kondisi sosial keluargamu, saat ini mas ingin melupakan semua beban, itulah kenapa mas pergi dari rumah dan menghabiskan waktu bersamamu."
"Bagaimana jika nanti Ayah dan ibumu mengkhawatirkanmm...?" ucapan Asih terpotong oleh jari tangan Rio yang ditempelkan di bibirnya.
"Ssttt..Untuk saat ini biarlah hanya waktu yang akan menjawabnya."
Habis berkata begitu Rio memeluk tubuh Asih yang berada di atasnya semakin erat, membelai punggung halus milik Asih.
"Mas? Apakah mas tidak akan tinggalkan Asih?"
tanya Asih menghentikan ciumannya di mulut Rio.
"Kamu tahu? mas lari dari rumah agar selalu bisa dekat denganmu, mana mungkin mas meninggalkanmu." jawab Rio.
"Asih hanya ingin tahu jawaban jujur darimu mas."
"Kamu masih sangsi? Apakah mas perlu berjanji?" tanya Rio tersenyum.
"Janji apa? Asih ingin dengar?"
"Aku berjanji bahwa :
Satu. Setia pada Asih !
Dua. Mencintai Asih apa adanya !
Tiga. Tidak akan meninggalkannya !"
"Iiiihh. Mas gombal ah !" Asih tertawa melihat tingkah Rio yang mengatakan janji dengan gaya seperti itu.
"Kok, gombal ?! Haa haa !" Goda Rio hingga raut wajah Asih memerah.
"Udah. iihh !" Asih memukul-mukul dada Rio gemas.
Sepasang kekasih itu hanyut dalam kebersamaan yang hangat Asih seolah terhibur dengan tingkah polah Rio, selain rupawan Rio adalah tipe pria yang menyenangkan yang selalu ada ketika ia membutuhkannya.
"Mass - Rioo emmhh ..." senyum terkembang di bibir Asih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments