Setelah memastikan di dalam kamar mandi itu tak ada siapa-siapa, dokter abdi menutup kembali pintu kamar mandi dan berbalik kembali menuju ruang tamu.
Ketika dokter abdi melintasi pintu kamar Rio, dokter abdi sekilas mendengar suara orang seperti lenguhan disertai desahan.
Untuk memastikan dokter abdi perlahan mendekati pintu kamar Rio.
Dokter Abdi tempelkan kepalanya di balik pintu kamar memasang telinga.
"Mass..Rio..Ahhh.!"
"Assiiiihh..!"
"Dekap Aku masshh.!"
Dokter Abdi mengernyit selama dia mengawasi Rio, sepengetahuannya tak ada seorangpun penghuni wanita yang ada di rumah itu selain Rio dan kedua orang tuanya.
Merasa kurang yakin dokter abdi beranikan diri mengetuk pintu kamar.
"Tok ! tok ! tok !"
"Mas Rio, mas rio bersama siapa di dalam?!" Panggil dokter Abdi.
Setelah beberapa saat menunggu, tak ada jawaban dari dalam kamar. Dokter Abdi berinisiatif membuka pintu kamar dengan kunci yang dia bawa.
Setelah pintu terbuka alangkah terkejutnya dokter abdi. Saat itu di dalam kamar sudah tak ada siapa-siapa.
"Kosong !"
"Mas Rio ! Di mana kamu mas ?!" Dokter Abdi celingukan mencari-cari.
"Aneh tadi aku mendengar seperti ada suara dua orang berada di kamar? Aku tahu persis suara Rio tapi, siapa suara wanita yang bersamanya?" Dokter Abdi heran dan tidak habis pikir dengan apa yang tengah dialaminya. Dua kali dokter Abdi alami kejadian aneh yang membuat ia bertanya-tanya.
Keesokan paginya dokter Abdi yang bangun lebih awal segera menuju kamar Rio.
"Mas, mas Rio !" Seru Dokter Abdi membangunkan Rio.
"Klik."
Suara handle pintu terbuka.
"Ya dok." jawab Rio setelah membuka pintu kamar.
"Semalam mas Rio kemana? Saya lihat di kamar mas Rio tak ada di kamar, saya khawatir dengan kesehatan mas Rio?" tanya dokter abdi.
"Ah, dokter ada-ada saja? Saya semalaman tidur di kamar, kok." jawab Rio sekenanya.
"Tapi, Sa..."
"Sudah dok. Tak usah dipikirin, buktinya sekarang saya masih ada." balas Rio tak mau membahas.
Karena tak ditanggapi akhirnya dokter abdi mengalah.
"Ya, sudah kalau begitu." kata dokter abdi pada akhirnya.
Setelah kejadian yang menimpanya dokter Abdi melaporkan pengalaman yang dilihatnya itu ke kedua orang tua Rio.
"Memang ada yang aneh sama Rio." kata bapak Hartono.
"Apa yang dapat kita lakukan agar putra kita kembali seperti sedia kala, pak?" tanya Ibunya Rio.
"Apa kita bawa saja ke psikiater?" usul Ibu Rio.
"Bapak rasa tak usah dulu, sementara ini biar dokter abdi yang memantau, jika tidak ada perkembangan juga, bapak serahkan sama ibu apa yang menurut ibu baik." jawab Hartono.
Perkembangan Rio semakin hari semakin mengkhawatiran. Dokter Abdi yang selama ini diberi kepercayaan oleh keluarga Rio untuk merawat dan mengawasi perkembangannya tak sanggup lagi dan menyarankan agar Rio dibawa saja ke psikiater sesuai anjuran Ibu Rio.
"Ya, sudah jika itu sudah menjadi keputusan pak dokter, terima kasih saya karena pak dokter sudah menjaga dan merawat putra kami." ujar Hartono.
"Sama-sama pak. Saya hanya menjalankan apa yang sudah bapak amanahkan sebagai dokter pada saya." jawab dokter Abdi.
Keluarga Hartono akhirnya membawa Rio ke Psikiater tapi, setelah beberapa kali Rio dibawa kesana, jawaban yang diberikan psikiater hasilnya tetap sama keadaan Rio sama seperti sebelumnya tidak ada yang aneh sama jika Rio baik-baik saja.
Hartono dan istrinya pasrah jika memang menurut psikiater kalau Rio putranya baik-baik saja. Hartono hanya berpesan agar Rio fokus dan tidak lupa pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments