18. Desir Angin

Basecamp saat ini sangat ramai dipenuhi anggota geng Tiger, mereka berkumpul karna perintah sang Ketua.

Arga yang malam ini mengeluarkan aura yang tak biasa mengundang tanya di benak anggota lain, apa yang terjadi dengan ketua mereka.

Dengan didampingi anggota inti Arga berdiri paling depan, memandang semua orang yang ada di ruangan ini.

"Mungkin sebagian dari kalian belum pada tau kenapa gue suruh kumpul malam ini."Arga mulai membuka suara ketika dirasa semua orang sudah diam mendengarkan.

"Udah pada tau berita kalo salah satu dari kita kemaren di keroyok anggota geng Viper?" Sebagian orang di ruangan itu terkejut, ada menerka siapa orangnya, ada pula yang sudah tau kejadian ini.

"Kevan, teman kita yang sekarang berada di rumah sakit karna dikeroyok Nico dan teman-temannya." Semua yang mendengar itu geram, mereka marah tak sabar ingin membalas dendam karna perlakuan Geng Viper, telah mencelakai salah satu dari mereka.

****

Setelah membuat strategi yang dipimpin oleh Raja, karna cowok itulah ahlinya. Mereka telah berada di tempat balap liar yang berada di sudut kota, tempat berkumpulnya para bajingan geng Viper.

Nico—ketua geng Viper sedang asik-asiknya menghisap rokok hingga tak sadar bahwa posisinya sudah terkepung. Saat Nico akan berjalan ke motornya ia baru menyadari ada gerombolan lain yang menontonnya sedari tadi.

Terlambat membaca situasi Anggota geng Viper kini sudah terkepung dari berbagai sisi, sehingga tak ada satu pun dari mereka yang bisa kabur.

"Banci banget anjing!"maki Nico dengan geram, tak terima dikepung seperti ini.

"Banci teriak banci" Derren menyungging senyum remeh ke arah geng Viper.

"Maksud lo apa anjing!"

"Gak ada maksud apa-apa, cuman, pengen main aja." Arga tersenyum lebar, tapi siapapun tau kalau senyum itu bukanlah yang biasa cowok itu tunjukan di muka umum.

Geng Viper memasang wajah waspada, dalam hati tentu saja mereka ketar ketir. Dalam jumlah saja mereka sudah kalah banyak dari Geng Tiger yang mengepung mereka seperti semut mengerubungi gula.

Arga tetap mempertahankan senyum lebarnya, suasana kian dingin sewaktu Arga berujar pelan, "Serang."

****

Arga mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata saat melewati jembatan penyebrangan ia seolah merasa dejavu. Seorang gadis sedang berdiri menunduk memandang air dibawah, jika dulu dia ragu mendekati gadis itu maka sekarang Arga tidak segan menghentikan motornya dan menghampiri gadis itu dan berdiri bersisihan dengannya memandang air.

"Pusing nggak sih, liat kebawah gitu?"Arga bertanya setelah lama melihat air di bawah membuat kepalanya pusing.

"Udah biasa"Cemara menjawab sambil beranjak pergi dari sana. Arga tentu saja mengikuti gadis itu setelah mencopot kunci motornya.

"Udah makan belum?"

"Belum" Cemara menjawab sambil menggeleng.

Arga tertawa sebentar lalu mengajak Cemara mampir ke warung dipinggir jalan yang terletak tak jauh dari jembatan.

"Mang, mie goreng 2 pake telor ya. Sama teh anget juga," pesan Arga setelah mereka duduk di bangku depan warung.

"Siap Mas!" balas Mamang warung sambil mengangkat jempolnya.

Cemara yang sedari tadi melihat sekitar kini mulai memperhatikan Arga yang malam ini terlihat jauh berantakan dari biasanya. Apalagi, ada beberapa lebam di pipi cowok itu.

"Muka lo, kenapa?"

"Biasa, namanya juga ketua geng." Arga menjawab santai sambil tersenyum lembut. Cemara hanya berdecih lalu mengalihkan matanya kedepan melihat Mamang warung mengantarkan indomie mereka diatas nampan.

"Silakan Neng, Mas."

"Makasih pak" ucap Cemara pelan, Mamang warung tersenyum lalu undur diri.

Setelah makan dalam keadaan hening Arga membayar dan mereka kembali berjalan ke arah jembatan tadi guna mengambil motor yang sengaja Arga tinggal, syukur motor itu masih ada disana tidak digondol orang karna meletakannya sembarangan.

Mereka menghabiskan malam tanpa banyak bicara, Arga juga dari tadi lebih banyak diam daripada biasanya, dan Cemara tidak berani bertanya lebih dulu.

Saat Cemara turun dari motor dan menyerahkan helm pada Arga, cowok itu berpesan sebentar sebelum melajukan motornya dengan cepat.

"Kalo mau jalan malam kayak tadi, telfon aja ya, jangan sendiri."

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!