5. Awal Takdir

Malam itu hujan deras. Guntur terdengar bersahut-sahutan diluar sana. Didalam kamar yang gelap terdapat sesosok anak manusia yang sedang menangis pilu. Terkadang dia menjerit ketakutan, terkadang juga memukul kepalanya sendiri atau membenturkannya kedinding.

Setiap kali hujan diiringi oleh angin dan petir gadis itu akan selalu seperti ini. Menjerit kencang dan menyakiti dirinya sendiri. Peristiwa kejadian 5 tahun lalu kembali membayanginya, memberontak seakan menjadi alunan lagu kematian.

Dan saat itulah dia akan berteriak dan menangis kencang. Tidak ada yang tau atau mungkin tidak ada yang peduli. Dia benar-benar sendiri. Kesepian? Tentu saja. Sepi sudah menjadi sahabatnya selama ini.

Setelah dari kafe tadi, dia segera pulang ke apartemen ketika melihat langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam disertai hembusan angin lumayan kencang.

Meninggalkan sosok pemuda yang berteriak memanggil namanya. Ara kenal  cowok itu. Dia tau kalau mereka satu sekolah tapi dia tidak peduli.

Dan disini lah dia sekarang, setelah puas menangis gadis itu beringsut bangkit dan berjalan terseok-seok menuju kamar mandi. Membiarkan seluruh tubuhnya diguyur oleh air dingin, tidak peduli kalaupun besok ia akan sakit.

Setelah menghabiskan waktu 20 menit Ara keluar dengan pakaian yang lengkap dan segera menaiki tempat tidur untuk mulai menjelajah ke alam mimpi.

Seolah tidak pernah ada apapun yang terjadi sebelumnya.

...****...

Pagi hari dikediaman keluarga Dirgantara semua anggota keluarga sudah berkumpul dimeja makan.

Sudah menjadi ritual setiap pagi, semuanya akan sarapan bersama setelah itu baru menjalani rutinitas masing-masing.

"Ma, Pa Arga berangkat dulu"pamit Arga pada orangtuanya, setelah menghabiskan sepiring nasi goreng terenak buatan sang ibu.

"Iya, hati-hati yah sayang"pesan Aqilla—Mama Arga sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut.

"Sayang!"protes Raga—sang Papa kepada istrinya. Cemburu.

Arga mendengus melihat papanya yang sudah tua tapi masih saja cemburuan. "Apasih Pa, cemburuan aja, sama anak sendiri juga."

"Kamu tuh udah besar, jangan manja-manjaan gitu sama Mama"tegur Raga pada putranya dengan sinis.

"Dih, harusnya Arga yang bilang gitu. Udah tua masih aja manja sama Mama, gak sadar umur."balas Arga tau mau kalah.

"Hust, udah. Arga kamu gak boleh gitu sama Papa sayang, sana berangkat sekolah"tegur Aqilla, sementara Raga menunjukan wajah penuh kemenangan pada putranya karena merasa dibela oleh sang istri.

"Kamu juga Pa! gak mau kalah banget sama anak. Sana berangkat ke kantor!"kini giliran Arga yang mengangkat dagu songong, melihat Papanya cemberut karena diomeli Mama.

"Sayang kok gitu. Aku mau libur aja deh hari ini, mau lanjutin yang semalem"ucap Raga manja tidak peduli jika Arga masih ada ditempat, toh bukankah sudah biasa.

"Ih Papa mulutnya!" tegur Aqilla sambil melotot, suaminya ini memang tidak tau tempat kalau mau bermesraan.

Sementara Arga sudah menunjukan raut jijik melihat sang Papa yang bersifat manja kalau sudah bersama Mamanya. Berbeda dengan sosok Raga yang diluar sana dikenal dengan sifat yang tegas dan berwibawa.

"Udahlah Arga berangkat duluan, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

...****...

Sesampainya disekolah Arga disambut heboh oleh sahabat-sahabatnya yang menunggu di parkiran motor. Dan tak lupa juga banyak pasang mata yang melirik penuh minat kedatangan sang Ketua Geng motor besar itu.

Setelah berhasil memarkirkan motornya disebelah Raja dan pasukan inti lainnya. Arga langsung berjalan bersama teman-temannya menuju kelas karena sebentar lagi lonceng masuk akan berbunyi.

Posisi Arga di barisan paling depan tepat ditengah sebagai center. Kemudian disebelah kiri kanan ada Derren dan Raja, sedangkan dibelakang ada Aro, Kevan dan Sikembar yang sibuk tersenyum, tebar pesona.

Mereka berjalan dikoridor dengan santai namun berkarisma. Banyak yang hendak lewat namun diurungkan dan memilih menepi untuk memberi jalan untuk sang penguasa sekolah itu.

Arga juga merasakan tatapan mereka yang tertuju padanya, apalagi gadis-gadis yang berteriak heboh jika dia tersenyum padahal kan cuman senyum.

Bukan cuman Arga, sahabatnya yang lain pun tidak ketinggalan mendapatkan tatapan memuja dari gadis yang mereka lewati tadi. Secara pasukan inti itu tidak ada yang cacat, semuanya mempunyai predikat tampan diatas rata-rata.

Tapi dibanding itu semua kini sepasang mata elang itu memandang gadis yang didepannya dengan penuh minat. Gadis pertama yang berhasil mengalihkan perhatiannya dan gadis pertama juga yang membuatnya berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu melindungi gadis itu. Tidak peduli penolakan sekalipun.

Sedikit mempercepat langkah Arga berjalan lebih dulu meninggalkan teman-temannya dibelakang. Saat sampai disebelah perempuan itu Arga menyapanya dengan sok akrab.

"Hai Cemara!" Arga menyapa dengan riang.

Bukan hanya orang yang disekitar mereka yang terkejut. Bahkan, sahabat Arga yang tertinggal dibelakang pun cengo melihat Ketua mereka menyapa seorang gadis untuk pertama kalinya.

Arga memang dikenal ramah kepada siapapun, tapi tidak untuk membalas ucapan mereka. Dia hanya akan tersenyum atau menjawab 'iya' jika ada yang menyapanya.

Dan ini untuk pertama kalinya Arga menyapa seorang gadis terlebih dahulu apalagi melihat gadis yang menurut mereka masuk kedalam blacklist untuk didekati dan justru dihindari.

Yang disapa juga terkejut awalnya, karena tidak seorang pun yang menyapanya selama ia bersekolah disini. Dan juga orang yang barusan sok akrab dengannya ini adalah orang yang paling berpengaruh disekolah.

Lihatlah banyak pasang mata yang melirik gadis itu sinis dan benci karna merebut start mereka. Dan Ara tak suka hal itu. Ia benar-benar benci menjadi pusat perhatiaan.

Dengan mempercepat langkah Ara meninggalkan koridor itu tanpa berniat membalas sapaan yang ditujukan kepadanya tadi.

"Yah...ditinggalin"lirih Arga kecewa melihat punggung gadis itu perlahan menjauh dan tertelan dinding koridor.

****

Kelas XI IPA 7 kini sedang riuh seperti berada di pasar. Faktor utama karena sekarang sedang jamkos, guru yang harusnya mengajar—Bu Siwi berhalangan hadir karena anaknya sakit.

Jadilah seperti sekarang, banyak murid membentuk kelompok masing-masing bersama temannya. Ada yang kelompok bermain game, gosip, bahkan membuka salon dadakan dikelas, yang tentunya diketuai oleh Lizzie.

Berbeda dengan itu kini pasukan inti Geng Tiger tengah berkerumun dimeja sang ketua guna ingin menanyakan hal yang membuat mereka penasaran setengah mati.

"Lu deket sama si aneh itu bos?" Kevan memulai duluan sesi interogasi.

"Namanya Cemara bukan si aneh " ralat Arga santai.

"Yah apapun itu. Lo beneran dekat sama dia? Sejak kapan? Kok kita gak tau?" pertanyaan beruntun itu kini datang dari Si kepo Aro.

"Kalo dibilang deket sih enggak, tapi gue mau memulai pendekatan sama Ara!" balas Arga penuh semangat.

Melihat itu para sahabat pun melirik aneh Arga. Pasalnya Arga tidak pernah dekat dengan siapapun selain mereka. Dan sekarang cowok itu mengatakan ingin dekat dengan seorang gadis yang bahkan tidak masuk dalam kriteria gadis populer disekolah ini.

"Ga, lo gak kena pelet kan?" tanya Derren sambil menatap Arga ngeri.

"Nggak lah, yakali"ucap Arga sambil memutar bola matanya malas.

"Lo suka dia?"

Kini semua atensi berpindah keseorang cowok yang duduk tepat disamping Arga. Menatapnya takjub sekaligus tak menyangkah bahwa sobat dinginnya itu mau mengambil bagian dari pembahasan ini.

Sedangkan yang dilirik hanya menatap malas dan mendengus sambil berucap "gajadi"

...****...

Seminggu sejak kejadian dikoridor Arga semakin gencar mendekati Ara. Mulai dari menyapanya setiap kali berpapasan, lebih tepatnya Arga yang selalu mengambil jalur supaya bisa bertemu dengan Ara walau sebentar.

Atau mengajaknya ke kantin bersama dan berakhir ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Tapi hal itu tidak membuat semangat Arga surut malah dia lebih bersemangat untuk menarik perhatian Ara yang menurutnya sangat misterius dan manis diwaktu yang bersamaan.

Seperti sekarang Arga tengah memperhatikan Ara dari jauh. Yang sudah menjadi rutinitasnya dari seminggu yang lalu. Teman-temannya  pun jengah melihat Arga sekarang seperti orang bodoh senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Sebegitu kuat kah pengaruh sosok Cemara dalam kehidupan Arga sekarang? Bukankah mereka baru saja kenal?.

"Lo beneran suka Ga sama Ara?" tanya Aro memastikan meskipun dia sudah tau jawabannya karena Arga sudah memberitahu mereka minggu lalu.

"Gue suka lihat dia ada" jawaban yang sama persis ketika Raja untuk pertama kalinya menanyakan itu.

"Gue bener-bener gak nyangka lo tertarik sama tuh cewek Ga"

"Gue gak munafik Ara emang cantik diliat dari segi manapun. Tapi kenapa yah tuh cewek kok pendiam banget dan gak mau bergaul?"

"Dia gak mau berteman sama manusia kali"ucap kevan asal.

"Maunya sama setan gitu?" tanya Derren polos. Sok polos lebih tepatnya.

"Kalo beneran mau temenan sama setan pasti dia dari awal deketin Kevan"

"Lah kenapa gue?" ujar Kevan tak terima.

"Karna lo salah satu spesies setan" jawab Ravi santai.

"Tai keong lo" maki Kevan kesal.

———

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!