8. Riuh Angin

Setelah mengunci mobil Arga mengikuti langkah kaki Aqilla yang berjalan menuju pintu besar yang tengah terbuka lebar.

Tadi sewaktu jam menunjukan pukul 17.00 Aqilla membangunkan Arga dan menyuruhnya bergegas mandi untuk menemaninya pergi arisan.

Setelah menempuh perjalan selama 15 menit berakhir mereka sampai pada rumah mewah milik teman arisan Aqilla.

Saat melewati pintu mereka langsung disambut oleh wanita yang berpakaian mewah, Aqilla dan wanita itu lalu cipika cipiki dengan akrabnya.

"Jeng, akhirnya sampe juga. Gak nyasar kan tadi." Perempuan itu langsung mengiring Arga dan ibunya ke ruang yang sudah dipenuhi aneka makanan enak tersaji.

"Nggak lah, deket ini. Oh ya, yang lain belum pada dateng?"  Aqilla bertanya setelah menduduki sofa yang tersedia.

"Belum, baru kamu yang pertama" wanita baru memusatkan perhatiannya pada Arga, yang masih berdiri disamping sofa ibunya duduki.

"Ini anakmu? Yaampun, ganteng banget, tinggi lagi. Kalo ga salah seumuran sama Kinan ya?"

"Ah iya, seumuran sama anakmu, kan dulu pernah main bareng waktu masih kecil." Ujar Aqilla.

"Arga salim dulu sama Tante Rina, sayang."suruh Aqilla pada putranya.

Arga menyalimi wanita seumuran ibunya itu. "Apa kabar Tan" ujar Arga basa basi.

"Baik sayang, yaampun sebentar ya, sambil nunggu yang lain Tante panggilin Kinan dulu. Biar kamu ada teman ngobrolnya" Rina bergegas menaiki tangga untuk memanggil putrinya.

Tok tok tok

"Kinan sayang buka pintunya"

Tak lama Kinan membuka pintu dan langsung didorong masuk kembali. "Kin, kamu cepat ganti baju sama dandan yang cantik, itu dibawa ada Arga anaknya Jeng Aqilla"

"Hah? Maksud Mama Arga yang satu sekolah sama aku? Anaknya Tante Qilla itukan?"

"Iya, cepet kamu ganti baju dulu sana rapi rapi abis itu turun kebawa. Kamu harus pepet Anaknya Jeng Qilla, dia itu udah ganteng kaya raya lagi. Sebelum dapat anaknya kamu harus dapetin hati ibunya dulu."jelas Rina panjang lebar sambil itu berlalu keluar setelah memastikan anaknya masuk kamar mandi.

****

Saat ini anggota inti Geng Tiger sedang berkumpul di rumah Raja. Mereka memang sering menjadikan rumah ini sebagai tempat berkumpul bila sedang malas ke basscamp.

Selain karna cuman kediaman Raja dan Arga yang menyediakan kehangat didalamnya, semua anggota tidak mempunyai tempat seperti itu dirumah mereka sendiri.

"Ja, PS yang baru lu beli kemaren mah dah?"tanya Kevan setelah mengobrak abrik lemari dibawa televisi dikamar Raja, tapi masih belum menemukan apa dia cari.

Raja tanpa kata langsung mengambil barang yang dimaksud salah satu temannya di lemari samping yang terkunci.

"Buset, rapet banget disimpennya sampe di kunci segala"ujar Aro yang melihat sahabatnya menyerahkan  Ps yang diambil di sana.

"Rio sering main disini, terus diacak acak"jelas Raja sambil menyebut nama adik satu satunya itu.

Rio Anuraga memang anak kedua dari sepasang suami istri Pradipta dan Amelia yaitu orang tua Raja, yang kini baru saja berumur 4 tahun, dan sedang aktif aktifnya.

"Terus Rio sekarang mana? perasaan belum liat dari tadi."tanya Rava.

"Dibawa Mama kondangan"

"Ga, lo ngapa dah dari tadi diam aja?"Rava kembali bertanya pada sahabatnya yang dari sejak tadi diam.

Arga yang tengah berfikir bagaimana mendekatkan diri pada Ara, tersentak kaget  saat Rava menyenggol lengannya. "Gapapa. Van, ikut maen" Arga bergabung bersama Kevan dan Ravi yang sejak tadi sudah tenggelam dalam permainan mereka.

****

"Pulang dulu ya Tante, nanti kita mampir lagi"ujar Ravi sambil menyalimi Amelia yang sedang menggendong Rio.

"Hati-hati ya, jangan ngebut bawa motornya, apalagi kamu Kevan"ucap Amelia pada salah satu sahabat anaknya, dia sudah mengenal anak-anak ini lumayan lama, jadi tau sifat-sifat mereka.

"Heheh iya Tan janji ga ngebut ngebut lagi"jawab Kevan yang sepenuhnya bohong.

"Alah Tan si Kevan mah ga usah dibilangin. Dia masuk telinga kiri keluar telinga kanan, alias bebal."cemoh Derren sambil menatap sahabatnya malas.

"Jangan dengerin omongan si setan ini Tan, biasa, suka aduh domba."ujar Kevan sambil menunjuk Derren.

"Udah woy, ga kelar kelar ini kalo lo pada gelut disini. Permisi ya Tan, biar saya seret mereka dari sini." Ujar Ravi sambil menyeret kedua sahabatnya menujuh motor mereka yang terparkir.

"Pamit dulu ya Tan, dadah Rio"ucap Arga sambil melambai singkat pada bocah yang menempel di pundak Mamanya Raja itu, sepertinya mengantuk selepas pulang kondangan tadi.

Mereka lalu bergegas mengendarai motor melewati pagar rumah Raja dan mengambil jalan terpisah selepas keluarga komplek perumahan kelapa gading tempat tinggal Raja.

Rencananya malam nanti mereka akan nongkrong lagi  di bejok, yang memang buka sampai tengah malam.

****

Pagi harinya Cemara baru keluar kamar mandi dan berpakaian lengkap, ketika mendapati bunyi ponsel yang selama ini selalu sepi, tapi sejak kemarin tidak berhenti berdenting.

Dirinya mulai menyesal memberi nomer ponselnya pada cowok itu, Ara pikir setelah ini cowok itu tidak akan menganggu Ara lagi setelah keinginannya terwujud, tapi ternyata salah besar.

Mendengar ponselnya tidak kunjung berhenti berdenting, Ara segera mengambil ponselnya dan melihat chat random apa yang Arga kirimkan pagi ini.

Ara menghela nafas kesal dan membanting ponselnya keatas kasur tanpa berniat membalas satupun pesan yang cowok itu kirim. Dia benar benar menyesal memberikan nomernya, kalau tau diganggu begini.

Setelah menyisir rambut dengan rapi dan memasukan asal buku ke dalam tas dia segera memunggut ponsel itu kembali dan berjalan keluar apartment.

Berjalan menuju lift yang akan mengantarkannya ke bassment, dan beberapa menit kemudian Ara sudah ada dibalik kemudi siap untuk berbaur dengan jalanan pagi yang selalu macet.

****

Saat keluar dari mobil Ara langsung dihujami tatapan sinis dari siswi yang berada disekitaran tempat parkir. Dan Ara tentu tau apa penyebabnya, tentu saja keberadaan cowok yang sejak dia memarkirkan mobilnya, sudah berada disamping mobil Ara.

Ara tentu saja tidak memedulikan itu, dia segera melangkahkan kaki dari sana andai cowok yang hampir setiap hari datang mengacau itu menghadang tepat didepannya. "Pagi Cemara!" Oh shit sapaan itu lagi, Ara membenci setiap kali bibir itu memanggil nama lengkapnya, entah kenapa.

"Kenapa ga bales chat gue Ra? Gue udah kirim spam banyak loh. Ga mungkin tenggelam kan? Apa kurang banyak kali ya gue chatnya"ujar Arga dengan polosnya.

Tenggelam gundul mu, yang mengirim Ara pesan saja masih bisa dihitung jari. Dan itupun tidak pernah Ara balas jadi tidak ada alasan kenapa Ara juga tidak membalas chat yang cowok didepannya ini kirimkan.

"Bisa minggir? Lo ngehalangin gue jalan"desis Ara tajam.

"Oh sorry"gumam Arga sambil menyingkir. "Eh, tapi nanti mau makan bareng gak? Gue bawa bekal, disuruh Mama sih. Gue mau bilang gak usah, tapi ga enak muka Mama udah antusias banget masakin gue bekal."

"Bekal Mama?"gumam Ara pelan, tapi masih bisa Arga dengar. "Iya, bekal buatan Mama gue, mau nggak? nanti kita bagi dua." Ajak Arga bersemangat.

Setelah mempertimbangkan sesaat Ara menjawab pelan. "Oke, bawa aja ke taman belakang nanti" lalu beranjak dari sana tanpa mendengar jawaban Arga.

Arga sendiri mendengar itu langsung tak bisa menyembunyikan senyum  bahagianya, sambil ber yes pelan Arga lalu beranjak untuk pergi ke kelas tak sabar menanti istirahat dan makan siang di taman berdua dengan Ara.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!