6. Neraka dan kematian

Jam pelajaran akhirnya usai, bel pulang pun sudah menggema di seluruh penjuru sekolah, tanda berakhirnya hari memusingkan bagi anak murid SMA Bina Bangsa Sejati.

Arga yang lima menit lalu meninggalkan kelas walaupun bel belum berbunyi, sekarang sedang asik nangkring depan kelas XI Ipa7.

Tentu saja tujuannya sekarang untuk menjemput Ara demi mengajaknya untuk pulang bareng. Walaupun dia pasti ditolak, tapi apa salahnya mencoba lagi, Arga anaknya sabar dan pantang menyerah kok.

Begitu melihat semua murid penghuni kelas Ipa7 itu keluar dan yang ditunggu tunggu belum jua keliatan batang hidungnya,  Arga nekat menorobos masuk demi melihat gadis yang sedang telungkup diatas meja itu.

Arga pikir dia sedang tidur dan tidak mendengar bel dibunyikan, dan cowok itu berniat berbaik untuk membangunkan gadis itu sebelum niatnya urung tak kala melihat mata yang tadi tertutup sudah menggerejap terbuka.

Nampaknya sang gadis belum sadar akan kehadiran Arga disamping mejanya, karena, setelah membuka mata dan menegakan badan dia terdiam memandang kearah jendela, melamun.

Arga yang melihat itu tidak tahan untuk tidak bersuara, mencegah pikiran gadis itu yang melalang buana entah kemana.

"Hai Cemara, mau pulang bareng?"ucap Arga tak lama kemudian.

Ara tersentak kaget mendengar suara tiba tiba di sampingnya, berapa lama dia melamun hingga tidak sadar jika ada manusia lain dikelas ini selain dirinya.

Begitu menoleh dia segera menetralkan wajah kembali seperti semula akibat kekagetan tadi, cowok ini ada masalah apasih dengannya, kenapa akhir akhirnya selalu muncul disekitar Ara.

"Mau nggak?" Arga bertanya lagi setelah tidak mendapatkan jawaban dari gadis didepannya.

"No, thanks"balas Ara singkat, setelah itu dia bergegas mengambil tas dan menyelempangkannya dipundak lalu berjalan keluar kelas.

Arga yang melihat itu tentu tak tinggal diam, berjalan cepat guna menyusul Ara yang sudah keluar dari kelas lebih dulu.

"Tapi gue maksa, gimana?"ucap Arga setelah berhasil menyamai langkah kaki kecil Ara.

Ara menghentikan langkah kakinya dengan kesal dan memperhatikan wajah yang akhir akhir selalu mengganggu hari harinya.

"Mau lo tuh apasih?"sungut Ara kesal.

"Mau pulang bareng" Arga membalas santai.

"Bisa pulang sendiri!"

"Terus, kapan kira kira mau pulang bareng?"tanya Arga.

"Seribu tahun lagi!" jawab Ara ketus sambil memutar bola matanya malas. Lalu mulai mengambil langkah lagi.

Sedangkan Arga yang tertinggal dibelakang sama sekali tidak kesal atau marah dia malah terkekeh kecil mendengar jawaban yang tak terduga datang dari Ara. Menurutnya gadis itu sungguh menggemaskan bila sedang kesal seperti sekarang.

Arga langsung berlari mengejar Ara yang di depannya lantas berucap santai.

" Kira-kira, kita masih idup gak ya seribu tahun lagi?"

"Ga tau, bodo amat"

Mendengar itu Arga semakin mengencangkan tawanya.

"Lo lucu juga ya ternyata" sambil menatap dalam manik mata Ara yang menurutnya sangat indah itu, Arga kembali membuka suara.

"Jadi temen gue yuk?"

"Nanti kita bisa jalan jalan, abis itu makan, beli eskrim sama nonton bareng!" Ujar Arga dengan semangat.

"Itu adalah penawaran yang sangat menguntungkan kalo lo mau jadi temen gue, so, gimana?." Arga semakin kencang mempromosikan diri, yang entah mengapa terdengar menggelikan.

Kalo saja disini ada teman temannya pastilah dia sudah habis disoraki karena berani mengeluarkan kata rayuan, yang sama sekali bukan dirinya selama ini.

Ara hanya memandang Arga datar tak tertarik, lalu berlalu sambil tidak lupa menyenggol lengan Arga didepannya dengan cepat masuk kedalam mobil dan melaju secepat mungkin, menghindar dari sosok manusia aneh bernama Arga.

Arga hanya tertawa melihat respon gadis itu yang biasa saja, coba saja kalo dia mengatakan itu pada gadis lain yang pasti tidak akan menolak atau bahkan mengacuhkannya seperti ini.

Tapi Arga tidak kesal, sungguh, yang ada dia semakin tertarik untuk meluluhkan gadis itu.

Sambil melambaikan tangan pada mobil yang melaju didepannya Arga berucap kencang agar manusia didalam sana mendengar suaranya.

"Bye, Cemara. Hati hati dijalan ya, jangan ngebut!"

Lagi lagi senyum terbit dari bibir merah kehitaman Arga, dia gemas sekali melihat Ara, rasanya ingin sekali memeluk erat tubuh gadis itu dan berucap 'jangan gemes gemes napa sih lu, gue gigit nih.'  Oh sungguh Arga sudah benar benar gila sekarang.

****

"Tumben, bujangan satu ini pulang cepat?"

Adalah kalimat pertama yang Arga dengar begitu kakinya melangkah melewati ruang keluarga, yang berisi sang ayah sedang duduk sambil memangku laptop dipangkuannya.

"Biasanya kan, kalo gak pagi gak pulang" Raga  kembali berujar santai, begitu mendapati putranya sudah berada dirumah jam segini.

"Arga mau jadi anak baik, biar Mama makin sayang!" Jawab Arga, sengaja menggoda Papanya, yang keliatan sudah menampilkan muka tak senang itu.

"Kamu ini udah gede, gak usah caper sama istri orang, sana cari sendiri!" Raga membalas dengan nada kesal.

"Apasih ini ribut ribut, anaknya baru pulang kok langsung dimarahin sih Pa?"Sahut Aqilla yang baru datang dari dapur sambil membawa piring yang berisi kue buatannya.

"Tau nih Ma, Papa selalu gituin aku, marahin balik Ma! Bisa bisanya anak kesayangan Nyonya Aqilla Dirgantara dimarahin"ucap Arga dengan nada manja sambil memeluk Aqilla dari samping dan melirik Papanya yang sudah memicingkan mata menatapnya tak santai.

"Dasar anak kurang ajar" gumam Raga bersunggut.

"Udah udah sana keatas ganti baju, abis itu langsung turun makan ya" ujar Aqilla sambil mengusap rambut anak semata wayangnya.

"Oke Mamaku sayang" sebelum pergi Arga mencium pipi sang Mama setelah itu menjulurkan lidah kearah Papanya. Habis itu baru berlari menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada.

****

Setelah menekan pin di pintu Ara bergegas masuk ke dalam apartemennya dan segera bebersih di kamar mandi. Menghabiskan waktu 20 menit lamanya Ara keluar dengan badan yang lebih segar dari sebelumnya.

Segera menujuh dapur guna mengisi perut yang sudah berbunyi sedari tadi, tapi ketika membuka kulkas Ara tidak mendapati apapun didalam sana, hanya air dan beberapa buah. Lalu teringat bahwa ia belum belanja keperluan bulanan seperti biasa.

Akhir akhir ini Ara merasa ada banyak hal yang tidak sesuai dengan jalur, atau melenceng dari hari biasanya. Seperti kehadiran Arga salah satunya. Cowok itu entah dengan alasan apa selalu muncul dihadapannya selama berapa minggu ini.

Tidak mau berfikir yang tidak tidak Ara segera masuk ke kamar lalu mengambil dompet dan handphone, memasukannya ke dalam tas selempang kecil lagi segera keluar untuk membeli beberapa keperluan dapur dan kamar mandi.

Saat sampai di supermaket dekat kawasan apartemen, Ara turun dari mobil dan mendorong pintu masuk yang langsung disapa oleh mba mba penjaga kasir.

Ara meniti rak berisi alat alat untuk mandi sebelum mencari sayur dan daging di tempat yang berbeda supaya kalau pulang nanti sayurnya masih segar.

Setelah memastikan semuanya sudah lengkap Ara mendorong troli berisi perlengkapan mandinya ke arah rak berisi sayur mayur dan menimbang apa yang akan ia masak malam ini.

Merasa sudah mengambil beberapa sayur disana Ara kembali mendorong trolinya ke tempat frozenfood, lalu mengambil daging, udang serta cumi dari sana.

Saat sedang mengantri untuk membayar di kasir Ara mendapati punggung pria yang terasa familiar diingatannya juga sedang mengantri tepat didepannya.

Benar dugaan Ara begitu sosok itu berbalik dan bertemu tatap dengannya, orang itu langsung tersenyum tak lupa sambil mengangkat tangan menyapa Ara.

"Hai Cemara! Wah, gak nyangka ketemu disini, lagi belanja yah?" Sapaan basa basi Arga lontarkan pada gadis didepannya. Arga tidak menduga jika dia akan bertemu dengan Ara disini, setelah memilih random supermaket Arga berhenti sebentar guna membeli rokok dan minuman kaleng.

"Mau gue bantu anterin barangnya ke mobil Ra?" Tawar Arga saat sudah giliran Ara yang membayar, dia melihat barang belanjaan Ara lumayan banyak.

"Gausah" jawab Ara singkat tanpa menoleh.

"Totalnya 415.000 kak, ada tambahan lagi?" Kasih memberitahu total belanjaanya.

"Itu aja" ujar Ara sambil menyerahkan kartu debit nya.

"Eh, sekalian bayarin dong hehehe" ujar Arga tak tau malu sambil meletakan sekotak rokok dan satu kaleng minuman dingin ke atas kasir disamping belanjaan Ara.

Ara hanya melirik datar dan tak peduli lekas pergi setelah menerima kartunya. Arga yang melihat itu langsung merampas barang belanjaan Ara dan mengotongnya ke arah mobil yang diketahui milik gadis itu.

"Ini sebagai ucapan terima kasih karna lo udah bayar punya gue tadi" setelah meletakan kantong belanja di samping mobil Ara.

"Gue terima jasa angkut barang loh, kalo lo penasaran" sambil tersenyum polos Arga berujar demikian.

"Oh" Ara yang memang tak peduli langsung masuk mobil setelah memasukan barang bawaannya tadi ke bagasi dan langsung tancap gas dari sana.

Arga yang lagi lagi ditinggalkan itu hanya bisa menghela nafas lesu, dia yang tidak pandai membangun komunikasi atau memang Ara yang terlalu menutup diri, sehingga sangat susah untuk Arga menembusnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!