7. Utara Dan Selatan

Biasanya di hari weekend ini Arga lebih sering menghabiskan waktunya di basecamp yang terletak tak jauh dari sekolah.

Tapi hari ini pagi pagi sekali Arga sudah mandi dan berpakaian rapi hendak pergi ke suatu tempat, saat akan membuka pintu garasi dirumahnya Arga mendengar sang mama memanggil dari dalam.

Saat memasuki dapur dan bertemu punggung perempuan yang paling Arga cintai di dunia ini, ia segera menghadiahi kecupan di pipi Aqilla yang tak lagi terkejut saat seseorang menciumnya.

Sebab dirumah ini cuma ada dua manusia yang hobi melakukan hal seperti itu kalau tidak Arga yah pasti suaminya.

"Mau kemana Ga pagi pagi udah wangi gini?" Aqilla bertanya tanpa memandang wajah anaknya sebab dia sibuk membalik telur didalam teflon.

"Mau ketemu orang Mah" jawab Arga sambil duduk diatas kursi meja makan yang memang tau jauh dari dapur.

"Ya iyalah ketemu orang, masa setan." Raga yang baru turun dan masuk dapur ikut menimpali.

Sedangkan Arga memutar bola matanya malas, papanya ini selalu saja memancing emosi, nanti kalo di lawan merajuk dan ngadu ke mama.

"Udah ayuk, sarapannya udah siap, makan dulu sayang sebelum pergi." Ujar Aqilla sambil menyendokan nasi ke piring Arga dan suaminya.

Setelah itu mereka sarapan dengan tenang  sesekali Raga bertanya mengenai sekolah Arga dan kabar teman temannya, yang sudah lama tidak datang kerumah.

****

Lonceng berbunyi nyaring tanda ada insan yang masuk kedalam kafe bernuasa klasik itu, Ara berjalan ke arah sudut dekat sebuah jendela yang terdapat seseorang yang menunggunya.

Cowok itu mengirimnya pesan semalam dan mengajak ketemu di suatu tempat, dan disinilah mereka sekarang.

"Kenapa?" Tanya Ara setelah terjadi keheningan lumayan lama selepas dirinya duduk.

Nampak laki laki didepannya ini tidak mau basa basi sedikit atau sekedar menanyakan kabar, karna setelah tenggelam dalam keheningan dia membuka suara.

"Jangan pernah menampakan diri depan gue" cowok itu berujar pelan tapi menusuk.

Ara mendengus mendengar itu, apa tidak salah? Dirinya yang diajak bertemu lebih dulu tapi laki laki ini berkata jangan menampakkan diri didepannya? Apa orang ini sudah tidak waras? Mungkin begitu, pikir Ara sambil menganggukkan kepala singkat.

"Minum obat deh, otak lo kayaknya bermasalah"ucap Ara dengan santai.

Laki laki itu berdecih sinis, matanya tampak memancarkan kebencian yang sangat membara.

"Jauhin teman gue!"tukasnya tajam.

"Siapa?" Ara bertanya bingung sambil menaikan sebelah alis, bukankah dia tidak pernah dekat dengan siapapun? Ohh atau jangan jangan...

"Arga" cowok itu bergumam pelan tapi masih bisa dirinya dengar dengan jarak sedekat ini.

Ara sontak tertawa sumbang mendengar itu, laki laki didepannya ini sedang...cemburu?

Oh god, ada apa dengan manusia manusia disekitarnya, tidak kah cukup dengan sifat bermuka dua itu kini malah menyukai sesama jenis? Apa itu sedang tren sekarang.

"Apapun yang ada di otak lo, gue gak peduli. Yang penting jauhin dia!" laki laki beranjak dari duduknya dan berjalan ke pintu keluar.

Tapi sebelum itu dia berhenti dan mengatakan kalimat yang sangat tidak ingin Ara dengar.

"Semua orang mati didekat lo, dan gue gak mau temen gue bernasib sama"

Selepas punggung itu menghilang dibalik pintu kafe Ara menarik nafas panjang, tak sadar bahwa dia sudah menahannya lumayan lama.

Apa benar yang dikatakan cowok itu, bahwa dia menyebabkan semua orang didekatnya mati? Apa itu juga termaksud Mamanya?

Setelah merenung cukup lama Ara bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu kafe hendak keluar, sebelum dia mendengar suara lantang dari laki laki didepannya.

"Hai, Cemara!" sapa Arga dengan ceria tak lupa diiringi senyum manis.

****

Arga mengendarai motornya tak tentu arah, dia hanya mencoba peruntungan dengan mampir ke tempat yang mana pernah ada Ara di dalamnya.

Arga tidak punya nomer telponnya, apalagi tau tempat tinggal Ara dimana, jadi dia memutuskan untuk ke kafe yang kapan hari Arga singgahi demi bisa bertemu dengan gadis itu.

Siapa tau Arga beruntung dan bertemu Ara yang juga sedang menikmati hari weekend nya dengan bersantai disana.

Setelah memarkirkan motornya di tempat parkir yang tersedia, Arga menuju pintu masuk dan seketika matanya melotot tak menyangka orang yang dia cara sekarang tepat didepannya.

Jadi sebelum gadis itu menghilang dari pandangannya, Arga menyapa dengan lantang, terlalu semangat malah yang mana membuat sebagian orang menengok ke arah Arga dan memandangnya aneh.

Tapi Arga tidak peduli dan cepat cepat berjalan menuju gadis yang sekarang menatapnya tajam, mungkin karna malu diliatin banyak orang. Tapi Arga kan ganteng jadi harusnya tidak masalah.

"Ara mau kemana? Ga jadi nongkrong di kafe?" Tanya Arga sok tau.

Ara hanya memandangnya datar tak peduli, sungguh orang ini kenapa sih selalu ada disekitarnya.

Padahal setau Ara lingkungan ini jauh dari sekolah tapi ada saja waktu dimana mereka tak sengaja bertemu, seperti sekarang.

Lihatlah wajah itu, wajah yang selalu bersinar terang dan tak lupa juga senyum selalu terukir diwajah tampan cowok itu, untuk pertama kalinya dalam hidup ada orang yang menyapa Ara dengan terang terangan dan tersenyum selebar itu.

"Bukan urusan lo." Ujar Ara datar dan membalikkan badan pergi dari sana.

Tapi rupanya cowok ini tidak akan membiarkannya pergi dengan mudah, seperti sekarang dia sudah menghadang Ara dengan berdiri tepat didepannya sambil menjulurkan ponsel yang entah untuk apa.

Ara melihat ponsel itu lalu naik memperhatikan wajah cowok yang sedari tadi tidak melepas senyum lebarnya.

"Gue juga punya" ucap Ara pelan lalu memiringkan badan dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir.

"Eh bentar, gue gak ngasih soalnya gue juga punya satu. Maksud gue minta nomer telpon lo dong hehe" tukas Arga menjelaskan sambil cengegesan maksud dari dia menyodorkan ponsel.

"Oh, bilang dari tadi" ujar Ara santai sambil mengambil ponsel itu dan mengetikkan beberapa angka disana, lalu menyerahkan kembali kepada pemiliknya dan memasuki mobil.

Arga membiarkan Ara pergi dari sana sambil mesem mesem bahagia, akhirnya dia mendapatkan nomer ponsel gadis itu.

Setelah ini dia berjanji tidak akan menganggu dengan cara menelpon Ara terus menerus kecuali jika gadis itu mengacuhkan pesannya hehehe.

****

...

Arga tengah uring uringan di kasur sedari satu jam tadi. Setelah mendapatkan nomer ponsel Ara dia langsung pulang ke rumah.

Arga tidak tau harus memulai dari mana, dia sebelumnya tidak pernah mengirim pesan terlebih dahulu apalagi ke lawan jenis.

Jadilah dia mengetik dan mengirimkan apa yang ada dibenaknya. Tapi setelah sejam lebih mengunggu pesan itu belum juga berbalas. Padahal Arga sudah spam chat yang banyak biar tidak tenggelam dan segera di notice.

Apa Arga kurang yah spam chatnya, kalau begitu Arga harus lebih banyak mengirimkan pesan agar Ara dapat membalasnya, oke baiklah kita spam yang banyak.

Ditengah jari jari Arga yang sibuk mengetik diatas ponsel, pintu kamarnya di ketuk dari luar dan terdengar suara Mamanya yang memanggil.

"Arga, Mama boleh masuk?" Tanya Aqilla dari luar sambil tangannya mengetuk pintu.

"Masuk aja Ma" Arga menjawab sambil tangannya tak berhenti mengirim pesan pada Ara.

"Lagi apa sih, sibuk banget keliatannya?" Aqilla duduk di kasur Arga sambil mengintip apa yang sedang anaknya lakukan.

"Gak lagi apa-apa Mah" ujar Arga sambil nyengir guna menyakinkan.

"Sore nanti mau temenin Mama pergi arisan gak?"Aqilla bertanya lagi setelah Arga meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Dimana Mah?"

"Dirumah temen Mama, deket kok dari sini 15 menitan lah"

"Oke deh, Mama bangunin Arga aja kalo mau berangkat. Arga mau tidur siang dulu"ujar Arga mengambil posisi rebahan disamping Aqilla yang langsung mengusap rambut sang anak agar segera tertidur.

"Tidur nyenyak sayang"ucap Aqilla sambil mengecup kepala putra semata wayangnya.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!