17. Aneh tapi nyata

Sungguh aneh tapi nyata...

Takkan terlupa....

Kisah-kasih di sekolah...

Dengan si dia, tiada masa paling indah

Masa-masa di sekolah

Tiada kisah paling indah...

Kisah-kasih di sekolah..

Jam kosong menjadi peluang besar bagi siswa kelas Ipa3 untuk membentuk band dadakan. Arga kali ini memimpin kelompok itu untuk bernyanyi di depan kelas, sedangkan anak-anak cewek duduk rapi didepan sibuk menonton. Menggerakkan tangan keatas lalu di ayunkan ke kiri-kanan seolah sedang berada di konser sungguhan.

Dengan sapu yang di jadikan Mic Arga menyanyikan lagu Chrisye yaitu Kisah Kasih Di Sekolah. Rava bermain gitar yang terbuat dari gagang pel dan Derren sibuk memukul meja menggunakan tangan seperti bermain drum.

Kelas itu sangat ramai oleh suara-suara siswa yang ikut bernyanyi dengan nada sumbang. Beruntung, kelas Ipa3 sangat jauh dari ruang guru. Kalau ketauan mereka bisa-bisa dijemur di siang terik ini.

Malu aku malu...

Pada semut merah...

Yang berbaris di dinding

Menatap ku curiga seakan penuh tanya

'sedang apa disini?'

'Menanti pacar,' jawabku.

"Yok! Semuanya bareng-bareng!" ajak Arga sambil menggerakkan tangan keatas.

Semua murid bernyanyi bersama membuat kelas itu tambah ramai dari luar.

Sungguh aneh tapi nyata...

Takkan terlupa...

Kisah-kasih di sekolah..

Dengan si dia..

Tiada masa paling indah...

Masa-masa di sekolah..

Tiada kisah paling indah..

Kisah-kasih di sekolah...

****

Arga telah menunggu didepan kelas Cemara bahkan sebelum bel istirahat berbunyi, yang menjadikannya pusat perhatian disana.

Setelah melihat semua siswa keluar Arga bergegas masuk dan melihat Cemara dengan posisi yang sudah biasa dia lihat. Menempelkan kepala di meja, sibuk tertidur.

"Cemara, bangun. Makan dulu," Arga mengguncang lengan gadis itu perlahan. Tak lama mata yang tadinya tertutup itu membuka secara pelan.

Arga tersenyum begitu Cemara memusatkan perhatian padanya. "Ayok ke kantin!" ajak Arga dengan semangat, cowok itu bahkan sudah menggenggam tangan Cemara sembari menariknya pelan.

Cemara mengkerut tak suka. Gadis itu menepis tangan Arga lalu berjalan keluar kelas.

Arga mengernyit heran, Cemara kemarin terasa baik-baik saja. Kenapa sekarang jadi galak lagi.

Tak susah mengejar langkah pendek gadis itu, Arga berjalan bersisihan dengan Cemara yang hanya diam sedari tadi.

Langkah kaki Cemara itu membawanya ke taman belakang, tempat favorit gadis itu. Arga mengikuti dalam diam seraya, menebak apa yang sudah menganggu mood gadis itu hingga seburuk ini.

"Pagi tadi sarapan gak?" Arga bertanya ketika mereka sudah duduk di bangku taman.

Cemara sama seperti sebelumnya menganggap Arga tidak ada disana. Sibuk membaca novel yang dibawa dari kelas tadi.

"Gue beliin makanan dulu ya? Belum makan dari pagi kan?"

"Ra?"

Cemara menutup bukunya dengan kasar lalu berujar dengan nada sinis. "Berisik tau gak?"

"Lagi datang bulan ya, makanya jadi galak gini?"

"Sok tau!" Cemara menjawab ketus, berusaha mengalihkan wajah ketika Arga mencoba menatap lamat matanya.

Arga tersenyum melihat tingkah Cemara yang menurutnya, sangat mengemaskan ketika sedang ngambek seperti ini. Walaupun Arga sendiri tidak tau gadis ini kesal kerena apa.

"Makan dulu aja ya, nanti dilanjut lagi marahnya. Gue beliin dulu," Arga segera beranjak ke kantin tanpa menunggu jawaban Cemara.

****

"Udah kayak babu dia aja lo" Aro melihat Arga membawa beberapa makanan yang ia yakini untuk gadis aneh itu.

"Urusannya sama lo?" Arga melirik tak tajam pada salah satu sahabatnya. "Kayaknya, dari awal lo keliatan gak suka banget sama Cemara. Dia ada buat lu tersinggung?"

Aro hanya mengangkat bahu acuh sambil menjawab. "Nggak suka aja. Lo akhir-akhir ini jadi keliatan lebih suka bareng dia, sampe hal lain lo nggak urusin!. Lo tau Kevan kemaren hampir aja mampus, di keroyok Geng Viper?," Melihat reaksi Arga yang sangat terkejut, Aro tertawa sinis.

"Kenapa lo nggak nanya alasan Kevan gak masuk? Biasanya lo selalu nyari tau alasan kalo salah satu dari kita, ada yang nggak masuk sampe disamperin ke rumahnya. Udah punya mainan baru ya? makanya lupa sama temen?"

Arga menarik kerah kemeja Aro dan mencengkeramnya dengan kuat. Ia memang belum bertanya alasan Kevan tidak masuk sekolah hari ini, tapi bukan berarti dirinya tidak peduli. Dan mendengar Aro mengatakan secara tidak langsung Cemara adalah mainannya ia lebih tak terima, sahabatnya ini tidak tau apa-apa, jadi lebih baik diam saja.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue hajar lo! Nggak peduli lo temen gue sekali pun."

Arga segera beranjak dari sana dengan tatapan bengisnya lalu berhenti ketika bersisihan dengan Raja, yang sibuk menonton adegan tadi tampak berniat melerai.

"Bilangin ke yang lain, pulang sekolah kumpul di Basecamp."Arga berujar dingin sambil menatap tajam ke depan. "Waktunya balas dendam."

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!