15. Esok Dan Seterusnya

Arga sudah mengelilingi sekolah guna mencari Cemara, namun belum juga ditemukannya batang hidung gadis itu. Hendak mencari ke apartemen tapi urung di kernakan ada siswa yang sempat melihat Ara di lingkungan sekolah tak lama bel pulang berbunyi. Jadi, dapat di pastikan bahwa gadis itu belum pulang ke apartemennya.

Tinggal satu tempat yang Arga belum periksa, cowok itu lalu bergegas menaiki tangga untuk mencapai rooftop. Sekolah ini di lengkapi fasilitas yang sangat lengkap bagi para murid termaksud lift, namun karna tidak bisa berfikir lagi Arga lupa mengenai hal itu. Setelah menaiki tangga dari lantai dasar sampai lantai 3, yang membuat kaki Arga hampir encok, Arga sampai ke rooftop.

Membuka pintu perlahan mata Arga mengedar mencari gadis itu. Melangkah ketengah rooftop Arga mendapati Cemara sedang duduk di perbatasan tembok dengan kaki menjuntai kebawah.

Mendekat secara perlahan Arga tiba disamping Cemara. Melihat kebawah rupanya tidak begitu menyeramkan, Arga dapat melihat murid-murid pulang sekolah bagaikan segerombolan semut yang sedang mencari makan. kecil-kecil kayak minta diinjak.

"Lo sering kesini?" Arga bertanya tanpa melepas pandang kebawah.

"Disini seru."Ara memejamkan mata merasakan terpaan angin menerjang wajahnya. Tak kaget mendapati cowok itu disini, Arga itu sudah seperti parasit yang menempel padanya.

"Lebih seru lagi kalo ngajak gue"Kali ini Arga mengatakan itu sambil melihat wajah Cemara dari samping. "kalo mau kesini lagi, ajak gue ya?".

"Kenapa?"

"Semuanya akan terasa seru kalo dilewatkan bersama orang lain." Diam sejenak lalu Arga melanjutkan kalimatnya. "Jangan sendirian".

Ara terdiam mendengar itu, seumur hidup tidak pernah ada yang mengucapkan itu padanya. Semua orang seolah bekerjasama membuatnya sendiri, meninggalkannya, sampai Ara merasa dia sudah terbiasa sendiri. Namun ketika ada satu orang yang mengatakan jangan sendirian padanya, Ara sadar bahwa selama ini ia kesepian, Ara benci hidup sendiri, Cemara juga butuh seorang teman.

"Mau jadi temen gue?"

Ketika kalimat asing itu terdengar ditelinga nya, entah kenapa Ara merasa senang. Kalimat itu yang ia tunggu-tunggu dari dulu, ketika ada orang yang hendak mengajaknya berteman. Cemara terlalu canggung untuk memulai pertemanan lebih dulu, ketika ada orang yang mendekat pun tak pernah bertahan lama.

Apakah kali ini juga sama? apa cowok itu juga akan meninggalkannya juga seperti yang lain? Ara terlalu pengecut untuk membuka diri, sedari kecil dia sudah sendiri, tidak ada yang mendekat karna predikat anak haramnya. Apa ia akan seperti ini terus seumur hidup?

****

Flashback.

Kondisi Taman Kanak-Kanak saat sedang jam keluar main sangat ramai oleh suara tawa, ada yang sedang kejar-kejaran, ada yang main petak umpet, perosotan, jungkat-jungkit, dan masih banyak lagi.

Seorang gadis kecil berusia 5 tahun sedang manatap itu semua dengan binar mata dan senyum lugu terpasang di bibirnya. Dia sangat senang sekali, ini hari pertama gadis kecil itu masuk TK. Kata Mama, dia akan mendapatkan teman baru, guru baru, dan permainan baru. Walaupun menurutnya itu semua hampir sama dengan TK lamanya, yang membedakan hanya penghuninya saja.

Gadis kecil itu menghampiri teman sekelasnya yang sedang bermain petak umpet. Dia jago bermain itu dirumah bersama Mamanya, kadang adiknya juga ikut tapi lebih sering ketauan karna dia selalu berakhir menangis.

"Ikut main juga ya?" gadis kecil itu bertanya kepada salah satu dari mereka yang kebagian mencari.

"Kamu siapa?"tanya anak berkaos merah, dia salah satu anak yang kalah dalam permainan, jadi harus mencari temannya yang sedang bersembunyi.

"Aku Cemara. Salam kenal" gadis kecil itu mengulurkan tangannya kedepan.

"Cemara? Oh anak haram itu? iya salam kenal."anak itu berujar polos sambil membalas uluran tangan gadis kecil di depannya.

"Iya, itu aku."Cemara kecil mengangguk dengan semangat. Dia sudah tidak kaget lagi dengan panggilan itu, orang dewasa sering memanggilnya begitu. Cemara kecil menyimpulkan itu adalah panggilan kesayangan, tapi tidak boleh diberitahukan kepada Mama nanti mamanya menangis, padahal Cemara saja tidak nangis kenapa mamanya cengeng sekali.

"Anak haram itu nama panggilan kamu ya? Aku dengar itu dari Bu Guru, katanya nanti ada anak baru namanya Cemara, dia anak haram."

"Sepertinya begitu. Tante disamping rumahku sering manggil gitu, aku senang kalau udah di panggil, artinya ada yang mau ngajak aku ngomong selain mamaku."

"Ohh. Kalau papamu?" mereka sekarang sudah duduk di taman sebelah permainan jungkat-jungkit. Tidak peduli lagi dengan anak yang sedang sedang bersembunyi yang harusnya mereka cari.

"Papa? Aku gak punya Papa, tapi adikku punya"

Anak laki-laki itu mengernyit."Kalau adik kamu punya papa, berarti kamu juga punya lah."

Cemara kecil segera menggelengkan kepalanya kencang. "Kata suami mama, aku bukan anaknya. Jadi aku dilarang panggil Papa, jadi aku gak punya papa deh"gadis kecil itu berujar dengan nada gembira, tidak sepenuhnya tau apa yang sedang mereka bahas.

Begitupun anak laki-laki itu, dia hanya mengangguk dengan binar kekaguman dimatanya, dalam hati dia juga mau seperti teman barunya yang tak punya papa. Karena dirumah, papanya selalu menjengkelkan sering membuatnya menangis.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!