Pohon Cemara

Pohon Cemara

1. Ruang Hampa

Pagi yang cerah, diawali dengan kicauan burung yang hinggap di dahan pohon sekitar sekolah itu menambah kesan asri bagi siapapun yang melihatnya.

Begitupun bagi gadis sang pemilik netra abu gelap itu, walaupun wajahnya terkesan datar-datar saja tapi didalam hati dia cukup mengagumi keindahan sekolah yang 1 tahun ini menjadi tempatnya menimbah ilmu.

SMA BINA BANGSA SEJATI

Nama sekolah itulah yang menjadi tujuan kita kali ini. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah berapa minggu libur karna pergantian semester. Yah seperti biasa, hari pertama masuk pasti diawali dengan kegiatan upacara yang mungkin, hampir seluruh siswa di indonesia merasakan hal yang namanya malas, karena selain menguras tenaga kegiatan ini juga harus menguras emosi.

Bagaimana tidak, kita dipaksa harus mendengarkan ocehan sang pembina upacara dalam membicarakan hal yang, entahlah, mungkin sudah ratusan kali diucapkan tapi tetap saja di bahas, seperti saat ini.

"KALIAN ITU ADALAH PENERUS BANGSA!JADI HARUS TAU YANG NAMANYA DISIPLIN DAN BERTANGGUNG JAWAB, BIAR NEGARA INI BISA MAJU! BUKAN MALAH MELANGGAR ATURAN DAN BERNIAT BOLOS, PADAHAL BARU HARI PERTAMA SEKOLAH."ceramah Pak Jeni, a.k.a kepala sekolah Bina Bangsa sejati.

Sebenarnya nama beliau adalah Raden Jeri Ningrat. Tapi karna nama itu terlalu keren untuk ukuran laki-laki paruh baya yang memiliki kepala plontos serta perut buncit seperti sedang hamil anaknya Mba Iyem penghuni pohon sebelah perpustakaan. Jadi siswa yang nakal sering memanggil nama sang bapak disingkat menjadi Jeni, menurut mereka itu lebih cocok untuk beliau. Walaupun kalau yang punya nama sampai tau entah apa jadi nasib mereka.

"SEPERTI MURID YANG DIDEPAN SAYA INI CONTOHNYA, BUKANNYA MEMBANGGAKAN MALAH MERUGIKAN! KALIAN ITU MAU JADI APA NAK? SUDAH TERLAMBAT MASUK, BAJU TIDAK RAPI, ITU LAGI, TOPI KAMU MANA HAH?!" teriak  Pak Jeni kembali.

Sedangkan orang yang ditunjuk sedang asik asiknya mengupil sambil mencolekkan bekas upilnya ke bahu sang sahabat yang kebetulan ada disampingnya. Melihat itu, pemilik bahu tidak terima dan malah mengeplak kepala temannya yang sembarangan manaruh kotoran yang baru saja digali dengan susah payah dari liang lahatnya pribadi tersebut.

"Bangsat lo, jorok anjing," maki Aro cowok yang baru saja terkena keisengan dari teman sebelahnya.

"Hehe.. enak, lo mau?"tawar Kevan sambil menyodorkan jari kelingking yang bekas upil itu ke teman sebelahnya.

"Najis lo bangke! Lagian lo ditegur noh ama Jeni blackpink, doi nanya mana topi lo?" ucap Aro yang menterjemahkan apa yang ditanya oleh sang kepala sekolah tercinta mereka, bukan apa takutnya sahabat sekampretnya ini tidak mengerti bahasa anoa. Eh berarti dia sendiri ngerti dong bahasa anoa?

"Hah? Apa? Kenapa, loh saya dimana?!"teriak Kevan yang mana memancing siapa saja yang mendengar tertawa termaksud sahabat sahabatnya.

Tapi tidak untuk yang makhluk yang berdiri di atas podium itu matanya sudah melotot seakan ingin keluar dari tempat, mendengar murid yang sedang ditanyainya malah histeris sendiri di depan.

"KAMU APA TIDAK MENDENGAR YANG SAYA BICARAKAN TADI KEVAN MAHARDIKA? SAYA LAGI NGOMONG SAMA KAMU!!"teriak nya berang.

"Loh emang bapak ngomong sama saya?"tanyanya

"EMANG SIAPA LAGI YANG MEMPUNYAI NAMA KEVAN MAHARDIKA DISEKOLAH INI SELAIN KAMU HAH?!"

"Iya santuy napah pak jangan teriak teriak, udahlah pake toa malah teriak muluk lagi, telinga saya bisa hijrah ke arab sana saking nggak kuatnya denger bapak ngomong" ujar Kevan dramatis sambil menggosok gosokkan telinganya.

"MURID DIDEPAN INI JANGAN PERNAH DICONTOH! SUDAH TERLAMBAT MALAH BERNIAT UNTUK TIDAK MENGIKUTI UPACARA JUGA, KALAU SAJA BU SIWI TIDAK MEMERGOKI KALIAN PASTI KALIAN AKAN BOLOS KE WARUNG BELAKANG SANA. IYA KAN?!".

"Iyah pak!!"

Mereka dengan serempak mengiyakan ucapan itu karna memang itulah rencana mereka tadi. Tapi mungkin karna nasib tidak berpihak pada mereka baru saja ingin memanjat tembok malah digagalkan oleh makhluk sejenis Bu Siwi, jadi mereka semua digilir ketengah lapangan dan dihadapkan oleh murid lain yang mengikuti upacara.

Sedangkan dibarisan kelas XI IPA 3 gadis cantik berambut hitam kecoklatan bernetra abu itu menyorot malas ke depan. Dia sudah benar benar lemas saat ini malah disuguhi pembahasan receh yang menurutnya tidak ada lucu lucunya itu.

Tadi pagi dia tergesa gesa berangkat ke sekolah karna hampir saja terlambat bangun. Jadinya harus melewatkan jam sarapan pagi yang semestinya tidak bisa ditinggalkan untuk orang yang mempunyai maag kronis macam dirinya. Sepertinya alarm dikamar kehabisan baterai jadi tidak berbunyi seperti biasa, dia tidak memperhatikan itu tadi karna sedang terburu buru.

Karna tidak kuat lagi menahan bobot tubuh, gadis cantik itu ambruk seketika menghentikan argumen tidak jelas antara murid dan kepala sekolah tersebut.

Suasana kini riuh akibat sorakan orang yang meneriaki bahwa ada yang pingsan. Memang, bukannya menolong untuk membopong tubuh lemah itu ke UKS malah bikin heboh sendiri.

Sampai ada tangan kekar dan urat hijau yang sedikit menonjol menarik tubuh kurus itu kepelukannya dan menggendongnya ala bridal ke UKS yang mana mengundang jeritan tertahan dari para kaum hawa. Tapi itu tidak mengusik laki laki tersebut untuk terus menerobos para lautan siswa. Kalau menunggu petugas PMR akan lama, pikirnya.

Dengan hati hati dia meletakan tubuh itu diatas kasur yang tersedia di sana  seakan rusak jika dia kasar sedikit saja.

Memperhatikan wajah gadis yang memang sudah mencuri pandangnya sejak pertama kali manik mata itu menyorot lemah ke depan.

Dia cewek yang katanya aneh itu bukan sih? Batin cowok itu.

Serangkaian kejadian tadi dan sedikit dibumbui informasi yang sering digosipkan oleh sahabat sahabatnya mulai terangkai menjadi sebuah cerita. Yang dimana gadis dihadapannya ini dijauhi karna katanya aneh, suka menyendiri dan sering nongkrong ditaman belakang yang katanya terkenal angker itu.

Dan pernah ada juga rumor dimana seorang siswi memergoki gadis itu berbicara bahkan menangis sendiri di taman belakang. Bahkan ada juga yang menggosipinya indigo dan punya kekuatan sihir.

Tapi yang ada di pikiran cowok itu sekarang adalah,  emang bener? Tapi kalau diliat liat mukanya kayak manusia pada umumnya, eh. Dia segera menggelengkan kepala guna mengusir pikiran itu. Emang kalo aneh mukanya gimana, mirip alien? Ada ada saja.

Sampai akhirnya petugas PMR yang berjaga hari ini mendekat dan memeriksa gadis itu. Laki-laki yang menggendongnya tadi akhirnya melangkah menjauh karna merasa dirinya tidak berguna lagi disana.

Lagian dia pasti sudah dicari karna harus melaksanakan hukuman yang diberikan oleh guru tercinta mereka, karna berniat membolos dihari pertama masuk sekolah kembali.

Sejujurnya ini bukan kali pertama dia melihat gadis itu. Mereka sudah sering tidak sengaja berpapasan di koridor atau mungkin kantin walaupun, jarang.

Seperti, orang asing pada umumnya. Mereka tidak bertukar sapa ataupun saling menegur. Sejujurnya, Arga ingin menyapa sesekali tapi takut tidak direspon oleh sang gadis. Yah, kalau kalian bertanya siapa yang menolong gadis itu tadi jawabannya adalah 'Arga'. Sang Ketua Geng Motor yang terkenal di penjuru sekolah dan sekitarnya.

****

Seorang gadis berhoodie hitam kini berjalan di pinggir trotoar seorang diri. Waktu sudah memasuki tengah malam tapi tidak membuatnya takut akan jalanan yang sepi.

Ia sudah terbiasa dengan keadaan sunyi senyap seperti ini. Tidak ada tujuan memang, tapi kakinya seolah engan untuk berhenti beristirahat sejenak, karna sudah berjalan tanpa tujuan selama hampir 2 jam.

Dia memang mempunyai kebiasaan buruk. Setiap kali ada hal yang mengganjal dihati pasti akan dilampiaskan dengan berjalan tanpa tujuan di tengah malam bahkan sampai subuh. Suasana damai dini hari seperti ini seolah memberi kesan nyaman tersendiri baginya.

Bayang bayang suatu kejadian yang berusaha ia lupakan kini seolah seperti kaset rusak yang terus berputar tiada henti. Makian, pukulan, teriakan bahkan suara pelatuk pistol yang berbunyi nyaring ditelinga.

Seolah pengantar langkah kaki itu untuk berhenti di sebuah jembatan penyebrangan yang cukup sepi, hanya semilir angin yang menemani dan grasak grusuk ranting pohon yang bergoyang ditiup angin lumayan kencang.

Namun, itu semua tidak membuatnya merasa merinding atau ketakutan. Wajahnya tetap datar tanpa ekspresi, seakan tidak mempunyai emosi sama sekali.

Hanya berdiam diri, memandang kedepan dengan tatapan kosong. Hidup tapi mati, mati tapi masih bergerak. Mungkin definisi itu yang dia rasakan sekarang.

****

Sedangkan di tempat berbeda dan diwaktu yang sama sekelompok remaja tengah asik dengan dunia mereka. Tidak ada keinginan ingin pulang kerumah karena waktu hampir menunjukan pukul dini hari. Malah tempat ini semakin malam semakin ramai.

"Woy kutil badak,"sapa Kevan kepada duo kembar yang baru saja datang ke markas mereka.

"Palak lo kutik badak!"ketus Ravi yang mana mendapat kekehan garing dari sang empu.

"Hehehe ah elah lo baperan amat cyin"kekeh Kevan.

"Cot"

"Napa lo pms atau belum makan setaun? Woy Va nih anak dugong belum lo kasih makan yah, jutek amat" ucap Aro yang mana mendapatkan pukulan cinta dari Ravi dan tawa riang dari Kevan dengan Rava yang notabenya adalah kembaran Ravi sendiri. Kembaran laknat emang.

"Jangan di ganggu nyet, lagi putus cinta itu, dia ditolak lagi sama si mata empat" ucap Rava yang malah membongkar aib saudara sendiri.

Padahal sebelum kesini Ravi sudah mewanti wanti Rava agar tidak membocorkan kepada sahabatnya yang lain agar tidak menjadi bahan ejekan. Tapi memang dasarnya Rava yang selalu senang melihat orang dinistakan bahkan tidak peduli itu saudaranya  sendiri.

Buktinya sekarang dia sudah tertawa ngakak melihat wajah kembarannya, yang sudah merah seperti  kepiting rebus entah antara malu atau marah karna diejek.

"HAHAHA... mampus lo. Emang, mana mau sih mata empat naksir sama lo, jauh jauh suka malah udah takut duluan sama omongan lo yang udah kayak bon cabe level 100"tawa Derren yang mengelegar diselingih dengan ejekan yang terlontar.

"Anjing lo semua"maki Ravi. Wajah nya sudah benar benar merah sekarang karna menahan hasrat ingin membunuh sahabat laknatnya yang tega menertawai nasib sialnya hari ini karna ditolak pujaan hati yang dia taksir hampir dua tahun lamanya.

Bangke memang, sudah berbulan bulan dia berlatih mengumpulkan niat dan tekat untuk menyatakan cintanya ke Sinta——gadis yang ia taksir selama ini eh, malah ditolak mentah mentah oleh gadis lugu itu yang entah untuk keberapa kalinya.

Dengan entengnya gadis itu menjawab ' kata Sari kalo ada yang nembak, aku harus jawab gini. Ekhem, maaf tapi kamu terlalu astagfirullah untuk aku yang subhanallah' kan anj—astagfirullah.

Ravi jadi kesal sendiri kan kalau mengingatnya, siapa pula yang mengajari gadis polos itu yang tidak tidak. Tapi tak apa dia akan berjuang  trus sampai gadis itu luluh dengannya kalo kata dia sih 'kejar lah gebetan sampai ke negri cina' benar kan teman teman? Benar dong, Ravi tidak pernah salah.

Semua tertawa mendengar nasib sial yang menimpah salah satu sahabat mereka. Bukannya menguatkan malah menertawai. Tapi bukankah itulah yang disebut teman.

Sinta adalah gadis kutu buku yang ada di kelas mereka, sifatnya itu kalo kata Derren sih, polos polos bangsat. Bagaimana tidak dia dengan muka polosnya sering kali membuat orang gemas terhadap perempuan itu tapi tidak berani memarahinya karna wajah bak anak kucing yang minta makan.melas.

Entah bagaimana ceritanya mereka selalu sekelas dengan gadis itu selama hampir dua tahun. Sering dipanggil si mata empat karna dia selalu memakai kaca mata putih bening padahal tidak rabun dan minus, kalau ditanya pasti dijawab 'kata mama aku imut kalo pake kaca mata' plus dengan wajah polosnya.

Mungkin karna kepolosan itulah yang membuat Ravi jatuh cinta terhadapnya. Wajahnya itu loh yang mungkin penculik saja sepertinya langsung insaf kalo harus disuruh nyulik Sinta akibat wajahnya yang polos melebihi pantat bayi.

Sekarang mereka sedang berada di warung bejok 'belakang pojok' dekat dengan sekolah mereka. Warung ini memang buka 24jam karna selain warung tempat ini juga rumah untuk mereka melepas penat dari lelahnya kehidupan. Tempat ini juga adalah basecamp Geng Tiger. Atau rumah kedua mereka.

Penghuni warung ini yang terdiri atas dua orang yaitu sepasang suami istri. Mereka tidak mempunyai anak menjadikan Pak Budi dan Bi Tuti—pemilik warung itu melampiaskan kasih sayang mereka kepada anak anak yang sering  nongkrong di warung mereka. Apalagi Arga and the geng, mereka sudah mengenal baik anak anak ini. Biar dikata sering bolos dan melawan guru, mereka kalo disini akan menjadi pribadi yang baik dan suka menolong.

Pernah waktu itu warung Pak Budi dan Bi Tuti roboh di bagian depan karna kayu penopangnya sudah tua dan lapuk dimakan waktu. Mereka—anggota Geng Tiger menolong menyumbangkan uang semampu mereka dan bergotong royong membantu mendirikan kembali atap dan bagian yang rusak tanpa pamrih. Itulah mengapa suami istri itu sudah menganggap mereka sebagai anak sendiri.

Pak Budi tak segan segan menegur jika perbuatan mereka sudah kelewat batas. Atau menasihati mereka jika itu diperlukan, anggota Geng Tiger juga tak segan menceritakan masalah mereka kalau memang itu tidak bisa lagi dipendam. Dan tugas Pak Budi dan Bi Tuti adalah mendengarkan dengan baik tanpa berniat menghakimi.

Itulah yang membuat mereka sudah seperti keluarga yang harmonis. 'My the best family'.

"Eh betewe gue mau nanya nih, sama Pak Bos" ucap Aro tiba tiba dengan wajah mengkerut dalam.

"Nanya paan emang? muka lo lagian jan kek gitu napa kayak anak perawan kebelet nikah aja" guyon Arga sambil tertawa.

Dia memang seperti itu. Bukan tipikal cowok pendiam yang malas ngomong seperti Raja. Bukan juga cowok pelawak seperti Kevan dan Rava. Apalagi cowok sensi dan jutek seperti Ravi. Dia adalah Arga. Laki laki pemberani dan ramah. Sosok ketua geng idaman para kaum Hawa dan sangat disegani kaum Adam.

Tak mengindahkan ucapan Arga yang malah ngelantur Aro melanjutkan ucapannya.

"Ituloh gimana rasanya gendong si cewek aneh itu"

"Nah, iya gue tadi juga penasaran pengen nanya juga. Cuman timingnya aja belom pas" sahut Derren.

"Rasa gimana? Biasa aja kok, kayak lagi gendong manusia" balas Arga santai.

"Yah emang manusia dodol. Kalo setan mah nembus kalo digendong" nah kalau omongannya pedes dan nyelekit kayak gini siapa lagi pemiliknya selain Ravi Denial Airlangga.

"Yeh lu santuy napa, ngegas mulu" tegur Rava pada kembarannya.

"Beneran gak gimana-gimana emang, biasa aja," ucap Arga jujur.

"Lagian tadi lo pas tu cewek pingsan, gercep amat langsung nolongin kayak pahlawan kesiangan aja" sahut Derren.

"Gue nolongin cuman sebatas kemanusiaan aja. Emang lo pada gak liat tadi, satupun gak ada yang niat bantuin tuh cewek malah diliatin doang?" Tanya Arga.

"Iya bener sih. Tapi lagian mana ada yang mau gendong tuh cewek aneh, pada takut duluan kali" balas Rava bergidik ngeri sambil membayangkan gadis itu seperti gosip-gosip yang beredar.

"Emang napa tuh cewek?" tanya Kevan penasaran.

"Dari rumornya sih katanya tuh cewek aneh plus misterius gitu"

"Misterius gimana?" tanya Arga, yang sedari awal memang sudah sangat penasaran pada gadis itu.

"Yah, dia kan ke sekolah selalu pake jaket kalo gak hoodie. Mana pas disuruh lepas gak mau lagi walaupun itu yang nyuruh guru. Muka putih pucat udah kek mayat idup. Dan yang lebih anehnya lagi, tuh cewek gak pernah senyum. Boro-boro nih ketawa ngomong aja gak pernah" cerita Aro panjang lebar. Sesuai yang pernah ia dengar dari mantan-mantannya yang kebetulan sekelas dengan gadis itu.

"Lah, kayak Raja dong males ngomong" sahut Kevan sambil memperhatikan salah satu sahabatnya yang sedang bermain game itu. Dari raut wajahnya sih tidak begitu tertarik dengan pembahasan ini.

Lagian pembahasan apapun memang tidak akan membuat cowok itu tertarik selain pelajaran dan strategi penyerangan Geng Motor mereka.

"Bedalah, kalo Raja kan walaupun irit tetap aja bakal ngomong waktu pas ditanya, iya kan Ja?" Bantah Aro yang hanya dibalas deheman oleh sang empu.

"Lagian dia tuh aneh banget tau. Mana ada orang yang suka menyendiri di taman belakang sekolah yang terkenal angker itu"

"Dia gak suka keramaian kali, kan kalo di kantin atau aula rame banget kayak pembagian sembako" balas Arga santai.

"Siapa sih namanya, lupa gue?" tanya Rava dengan raut kebingungan.

"Cemara Ayna Sekarletta."

———

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!