9. Awal Dari segalanya

Bel istirahat berdering nyaring ketika jam sudah menunjukan pukul 11.00. Arga yang sudah menunggu saat saat ini bergerak cepat keluar kelas bahkan, sebelum murid lainnya keluar. Mereka semua melongo melihat Arga yang dalam hitungan detik menghilang dibalik pintu kelas.

Sahabat sahabat Arga yang ditinggal pun tak kala terkejut melihat itu. "Woi Ga mau kemana lu, ngebut banget setan!" Oke, ingatkan Arga untuk meninju wajah Kevan bila urusannya dengan Ara selesai. Untuk saat ini Arga tidak mau menghabiskan waktu meladeni mereka, Ara pasti sudah menunggunya, mengingat, kalau kelas yang gadis itu tempati—IPA7 dekat dengan taman.

Arga sampai tepat waktu, karena persis Ara mendudukan bokongnya ke kursi beton disana, Arga muncul dengan napas putus-putus. "Ini bekalnya, bentar nafas dulu" ucap Arga ngos-ngosan setelah duduk dan meletakkan kotak makan itu di meja depan Ara.

Gadis didepannya sama sekali tidak peduli dengan keadaan Arga dia masih mengamati kotak bekal pink yang ada didepannya.

"Boleh dibuka?"tanya Ara tanpa mengalihkan matanya. "Bentar, biar gue aja" Arga mengambil kotak itu lalu membukanya pelan-pelan"ini barang keramat Mama gue, posisi gue dirumah aja tergeser sejak ini benda ada." Ujar Arga menjelaskan ketika mata Ara menatap caranya membuka tutup bekal itu teramat hati-hati.

Setelah terbuka terlihatlah isi dari kotak itu, ada nasi goreng kampung dengan berbagai hiasan udang tempe serta sayur mayur yang dibentuk sedemikian rupa. Arga meringis malu, dia memang tidak mengecek bekal apa yang mamanya buat, tidak menyangka kalo isinya serandom itu. Arga sudah bukan anak TK lagi tapi mungkin bagi ibunya dia bahkan baru lahir kemarin.

"Lucu banget" lirihan itu datang dari gadis didepannya, Arga tak menyangka kalau Ara akan mengatakan itu, dia pikir Ara akan mengejeknya atau bahkan ilfil pada Arga.

Sambil tersenyum Arga berucap"makan yuk! masakan Mama enak banget, lo harus cobain" Ara melirik Arga singkat ketika bekal itu disodorkan padanya, lalu tangannya mulai bergerak pelan menyendokan sedikit nasi itu ke mulut.

Arga penasaran bagaimana cara Ara mengontrol raut wajahnya dengan begitu pintar, gadis itu tidak menampilkan ekspresi apapun membuat Arga penasaran bagaimana isi hatinya.

"Gimana enak ga?"setelah lama mengamati Ara dan tak kunjung menemukan perubahan wajah, Arga bertanya langsung.

"Enak"sambil menyendokkan lagi nasi goreng itu Ara berujar singkat.

Senyum Arga tambah lebar mendengar itu."lo habisin aja semuanya, nanti gue minta dibuatin lagi sama mama besok"ujar Arga sambil mengamati Ara yang menyendokkan lagi nasi goreng itu ke mulutnya.

"Makasih"gumam Ara sambil melirik Arga sejenak lalu kembali menunduk melanjutkan makan.

"Sama-sama" Arga menopang dagunya dengan lengan, mengamati Ara makan dengan raut senang tak terelakan. Angin sepoi sepoi menerbangkan rambut kedua insan itu, Arga dibuat mengantuk dibuatnya.

"Kotaknya gue bawa dulu, besok gue balikkin" ujar Ara. Rasanya tak sopan sudah menghabiskan bekal orang lalu mengembalikannya dalam keadaan kosong.

Tidak mendapati jawaban, Ara menaikan pandangannya pada cowok didepan yang rupanya sudah tertidur dalam keadaan duduk dengan kepala di meja berbantalan lengan. Ara memperhatikan wajah Arga dengan seksama, cowok ini entah dengan alasan yang jelas tiba tiba mendekatinya.

Apa yang sedang dia rencanakan sebenarnya, Ara tidak bisa berfikir positif begitu saja. Selama ini orang yang mendadak baik padanya hanya karna ada maunya saja, jangan salahkan Ara berfikir begitu, cowok ini jelas bukan orang sembarangan, dia tau itu. 

Ara pernah melihatnya di sebuah pesta perusahaan beberapa kali, walau cowok ini tidak menyadari kehadirannya, tapi mereka kerap bersingunggan secara tidak sengaja.

Ara yakin laki laki ini tidak pernah menyadari atensinya, dulu, sekitar setahun yang lalu, di sebuah pesta yang dibuat oleh rekan perusahaan sang kakek Ara melihat Arga disana. Berdiri diantara kedua orangtuanya, walaupun wajahnya tampak ramah setiap kali orang mengajaknya mengobrol Ara tau genstur mukanya menunjukkan ketidaknyamanan.

Setelah beberapa saat kemudian Arga beranjak dari sana dan tanpa Ara duga kakinya diam diam mengikuti langkah panjang cowok yang dia kenal sebagai murid di sekolah barunya.

Kaki panjang itu berhenti di balkon hotel tempat pesta diselenggarakan, memasukan tangan pada saku celana Ara mendapati Arga mengeluarkan sekotak nikotin yang Ara sendiri akrab dengan benda tersebut.

Menghisap rokok itu dalam dalam lalu mengembuskan asapnya kedepan dengan pandangan kosong. Ara sekali lihat tau bahwa cowok itu sedang kalut, entah apa yang di pikirkannya, yang pasti malam itu Ara yakin bahwa Arga tidak sebahagia yang sering dia tunjukkan pada teman temannya.

Bahwa cowok itu juga menanggung luka yang tidak mau dia bagi pada siapa pun, tidak pada orangtuanya tidak juga pada sahabat-sahabatnya.

****

"Lo istirahat tadi kemana Ga, ngilang aja kek siluman. Kita cari di kantin gak ada juga."

"Taman belakang" jawab Arga singkat sambil tangannya terus bergerak di atas buku tulis, mengerjakan pr, biasa sistem kebut. Pelajaran terakhir nanti pr ini dikumpulkan.

"Lo ketemu cewek itu lagi?"tanya Derren sambil mengkerutkan dahi, terlihat tidak senang.

"Lo udah jadian ya sama si Cemara itu?"

"Belum kok"Arga menjawab singkat, dia tersenyum kecil mengingat kejadian di taman tadi.

"Belum, berarti mau dong? Lo beneran suka sama tuh cewek?"tanya Kevan tak menyangka. Ia kenal sobatnya ini dari dulu, belum pernah yang namanya seorang Arga mendekati cewek secara terang terangan seperti ini. Tapi bukan berarti diam diam Arga pernah mendekati cewek.

"Gue nggak tau"ujar Arga, dia sendiri bingung dengan perasaannya. Arga memang bertekad untuk melindungi gadis itu entah dari apa, tapi kalau masuk ke tahap jatuh cinta ia rasa itu masih jauh.

"mending jangan dekat-dekat deh Ga, tu cewek auranya aneh."sahut Aro sambil menyalin pr di buku tulis Raja.

"Maksud. lo auranya aur-auran?" tanya Derren sambil tertawa. Arga yang mendengar itu terlihat tidak senang, dia menatap Derren tajam sampai membuat cowok itu mengalikan pandangan kemana saja asal jangan menatap wajah Arga.

"Mending diem dari pada gak tau apa-apa"ujar Arga pelan, tapi teman temannya jelas tau suara itu bukan cuman kata kata yang keluar dari mulut melainkan ancaman.

Setelah itu semua diam kerena guru yang mengajar di kelas terakhir masuk setelah bel pergantian jam di bunyikan.

Arga masih diam sambil menatap jauh ke depan. Mood nya berubah buruk begitu saja, dia terlihat tidak senang ketika teman temannya membicarakan hal buruk tentang Ara.

Dan entah kenapa, setelah di pikir pikir Arga rasa tidak asing pada sosok Ara. Dia yakin mereka pernah bertemu di suatu tempat, tapi Arga lupa dimana pastinya.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!