16. Selamanya

Matahari sudah tenggelam sepenuhnya di ufuk barat ketika 2 anak remaja itu turun dari rooftop sekolah mereka. Awalnya Arga ingin mengajak Cemara mencari makan terlebih dahulu sebelum mengantar pulang. Namun, Cemara menolak beralasan ingin memasak sendiri di apartemen.

"Kalo gue nebeng gimana?"Arga bertanya ketika motor yang ia kendarai berhenti di lampu merah.

Cemara mengernyitkan dahi bingung. "Bukannya gue yang sekarang nebeng lo?"

"Maksudnya nebeng makan,"Arga menyahut sambil terkekeh pelan.

Cemara memutar boleh matanya malas, setelah itu berdehem pelan tanda setuju.

Mereka berjalan menuju lift setelah memarkirkan motor Arga disebelah mobil Cemara di basement.

Setelah Cemara menekan pin pada pintu dan mereka masuk kedalam unit itu, pemandangan pertama yang Arga liat saat memasuki tempat tinggal Cemara adalah berantakan. Sampah makanan ringan berserakan dilantai depan televisi, kaleng minuman juga tak kala banyak bercampur dengan sampah lainnya, Arga juga sempat melihat bekas puntung rokok di asbak atas meja.

"Rapi banget ya, disini." Ara mendengar kalimat sarkas itu ketika dia hampir mencapai pintu kamarnya.

Setelah berganti baju dan sedikit bebersih di kamar mandi, Cemara keluar mendapati ruang utama sudah bersih dari sampah bekasnya semalam. Gadis itu tak menyangka Arga membereskan itu semua, biasanya kan anak cowok lebih bodo amat dengan sekitar.

Berjalan menuju dapur untuk memulai masak, Cemara membuka kulkas mendapati cuman tersisa sedikit bahan masakan dari stok persediaannya.

Mengeluarkan beberapa sayur dan telur Cemara memulai aktifitas memasaknya.

Arga duduk di stool bar setelah membersihkan sampah didepan dan mengumpulkannya di satu plastik besar yang cowok itu temukan di dapur Cemara tadi.

 Melihat punggung gadis itu dari belakang Arga menebak bahwa Cemara sangat suka berada disini. Dari semua ruangan yang dia lihat cuman, dapur ini saja yang bersih. Kecuali kamar Cemara, Arga tidak tau.

"Masak apa? boleh request?"

"Nggak!"

Arga cemberut mendengar itu, padahal saat ini Arga kepingin sekali makan kerang saus tiram.

Memang tidak tau diri.

****

Cemara meletakkan masakannya di meja depan Arga, mata cowok itu langsung berbinar melihat itu. Nasi goreng dan cumi tumis asin kelihatannya sangat enak, Arga tidak sabar mencicipi semuanya.

"Gue masak dengan bahan seadanya, sorry kalo ga nyambung." Cemara duduk di hadapan Arga yang mulai menyendokkan nasi ke mulut.

"Enakh bhanget!" Arga berbicara dengan mulut penuh, sehingga ucapannya terdengar tidak jelas.

Cemara menaikan sudut bibirnya sedikit melihat Arga makan dengan lahap, nampaknya cowok itu sangat kelaparan.

"Abis makan langsung pulang"

"Nggak boleh nginep?" Arga menaikan alisnya menggoda. Cemara hanya menatap datar lalu tangannya hendak menjangkau gelas disebelah piringnya hendak melempar kearah Arga jika saja cowok itu tidak segera meralat ucapannya.

"Maksud gue, boleh nggak nambah?"

Cemara mendengus seraya mendorong piring berisi nasi goreng dan cumi agar lebih dekat dengan cowok itu.

****

Setelah melihat Arga hilang ditelan pintu lift, Cemara beranjak ke kamarnya untuk tidur. Saat berbaring Cemara berfikir mengenai kejadian hari ini, dari mulai menghabiskan waktu di taman bareng Arga, kejadian di rooftop saat Arga mengajaknya memulai pertemanan dengan cowok itu, lalu makan malam bersama tadi.

Cemara tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang, yang pasti gadis itu lumayan senang hari ini.

Sambil tersenyum tipis Cemara memejamkan mata berharap hari ini akan kembali terulang esok dan seterusnya.

****

Rasanya baru sebentar Cemara tertidur karna tau-tau hari sudah pagi saja. Bangkit dari kasur lalu berjalan ke kamar mandi, bercermin melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Ada rona berbeda yang Cemara lihat di pagi ini, tidak seperti biasanya kalau dirinya terbangun dengan kantung mata menghitam dan pipi bengkak. Sekarang hanya wajah segar dan lebih fresh.

Setelah berapa menit menghabiskan waktu di kamar mandi, Cemara keluar dengan penampilan lebih rapi dengan menggunakan seragam lengkap khas SMA Bina Bangsa. Cemara mengambil tasnya setelah memasukan asal beberapa buku dan beranjak menuju lift.

Ting!

Ponsel di saku Cemara berbunyi pelan, melihat siapa yang mengirimnya pesan pagi pagi begini yang hal itu sangat jarang terjadi.

Dokter Risa

Hari ini jadwal Konsul yah Cemara, jangan lupa lagi. Saya tunggu.

Pesan itu menghancurkan mood gadis itu secara drastis. Pesan itu mengingatkannya bahwa selama ini Cemara lupa kalau dia tak pernah berhak bahagia, dia tidak pantas mendapatkan itu, setelah apa yang dilakukannya di masa lalu.

Dosa-dosa itu akan terus menghantuinya seumur hidup. Banyak yang membencinya termaksud adiknya sendiri, karna kejadian itu. Kejadian yang membuat hidup Cemara lebih menakutkan di banding sebelumnya. Membuatnya merasa bahwa ia tak pantas lagi ada di dunia ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!