14. Hari Sial

Arga menggeliat dalam tidurnya, ketika dirasa ada yang mengguncang badannya. Dia masih nyaman dalan posisi ini dan tidak mau berpindah, kenapa Mama rewel sekali membangunkannya.

Guncangan yang Arga rasakan makin brutal, Arga mengernyitkan dahi dengan mata terpejam, mama biasanya tidak sekasar ini.

"Lo beneran mati ya?"suara itu bukan suara halus mamanya, terdengar dingin. Lalu suara itu kembali terdengar, kali ini dengan nada pelan "semoga lo tenang di alam sana".

Terdengar suara langkah kaki menjauh ketika Arga mencoba membuka matanya, cowok itu menguap sambil melihat sekeliling. Lama terdiam, mencoba berfikir kenapa dirinya berada disini, lalu tersadar bahwa dari tadi ia ada di taman belakang bersama Cemara. Gadis itu sudah pergi, meninggalkannya setelah tidak berhasil membangunkan Arga yang tidur seperti orang mati.

Mengacak rambutnya kesal Arga berajak dari sana ke kantin, sepertinya sudah istirahat, perutnya sudah sangat keroncongan. Arga malu bertemu Cemara lagi, pasti gadis itu ilfeel padanya.

****

Saat sampai di kantin Arga berjalan ke meja di mana sahabat-sahabatnya berkumpul. Mendudukkan diri di samping Raja sambil menyomot bakwan dipiring Kevan.

"Dari mana Ga? bolos kok nggak ngajak"tanya Kevan menggerutu, mereka baru saja berpusing pusing ria karna pelajaran metematika.

"Nggak direncanain kok, ngalur aja."Arga menjawab santai sambjl mengunyah bakwan di tangan kirinya sedangkan tangan kanan mengambil gelas minuman Raja yang belum di sentuh.

Raja hanya melirik singkat tak peduli. Kepala Arga tolah-toleh sejak tadi mencari sekiranya ada Cemara diantara kerumunan murid di kantin. Setelah memastikan tidak ada wajah yang di carinya Arga menghelas nafas lega. Sungguh cowok itu rasa dia sudah tak punya harga diri lagi di depan Cemara, Arga sangat pusing memikirkan apakah dia tadi ngorok atau tidak. Pasalnya papa dirumah senang sekali mengatakan bahwa Arga kalau tidur berisik, air liur sampai menetes dan berujung di tertawakan mamanya.

Arga tidak pernah percaya akan hal itu, tapi kalau memang itu faktanya bagaimana? Habislah Arga.

"Lo tadi emang bolos kemana?"nampaknya Derren sama penasarannya dengan yang lain.

"Taman belakang"

"Sendiri?"

"Berdua"ujar Arga santai.

"Sama?"

"Alah kepo banget macam emak-emak" Arga tidak ingin teman-temannya tau kalau dia baru saja membolos dengan Ara. Karna sudah pasti mereka akan heboh, dan tak lama pasti gosib itu akan menyebar ke seluruh sekolah. Bukan Arga sombong menganggap dirinya setenar itu, tapi ya itulah kenyataannya. Dan Arga tidak akan membiarkan itu terjadi, Ara bisa semakin menjauhinya bila mengetahui hal itu.

"Lo sama cewek aneh itu ya?" Arga melirik Aro tak suka mendengar itu. Cemara tidak aneh menurutnya, ia hanya gadis yang kesepian.

"perasaan lo akhir-akhir ini dekat terus sama dia, udah pacaran?"

"Lo suka sama Cemara ya Ro?" Rava memandang salah satu sahabatnya aneh, cowok ini seperti tak senang melihat kedekatan Arga dan Cemara. "Nada lo sinis banget"

"Nggaklah. Gue cuman nanya" Aro berusaha terlihat santai begitu yang lain ikut menatapnya.

Arga tertawa singkat tak ambil pusing"Belum pacaran sih" lalu tak lama cowok itu tersenyum misterius "Doain aja".

****

Bel pulang berbunyi nyaring dipenjuru sekolah, sewaktu Arga berlari sepanjang koridor menuju kelas Ara. Ia tak ingin terlambat menjemput Ara karna yang pasti gadis itu tidak akan menunggunya, walaupun Arga sudah memberitahunya bahwa ia akan mengantar gadis itu pulang.

Saat sampai depan kelas Ipa7 Arga mendapati guru sejarah baru keluar dari sana, yang artinya cowok itu tak terlambat. Murid lain dari kelas itu mengernyit melihat keberadaan Arga tapi sebagian tak peduli sebagian lagi berusaha menggoda Arga yang tak dihiraukannya sama sekali.

Dirasa siswi yang lain sudah keluar dan Arga belum mendapati gadis yang dia cari, Arga melangkah masuk dan tidak mendapati Ara di bangkunya, bangku itu kosong tas pemiliknya juga tidak ada.

Arga menghampiri cowok yang sedang menghapus papan tulis didepan, sambil menggerutu. "punya warga gini amat dah. Udah lah bukan gue yang piket malah kena sial disuruh bersih-bersih kelas. Yang piket malah gak tau diri lagi, pada bolos semua jancok jancok"

Deheman dibelakang menghentikan aktifitas mengomelnya. "Asu! apala—eh hehe bos. Napa bos? Tumben kesini, kangen gue ya?" siswa ber name tag Nino itu langsung cengegesan tak jelas melihat penampakan dibelakangnya. Batinnya menjerit frustasi bahwa orang yang hampir dia maki adalah Ketua dari Geng yang baru dia masuki beberapa bulan ini. Bisa habis riwayatnya bila Arga memperpanjang masalah ini, namun sepertinya kali ini ia selamat karna Arga nampaknya sedang terburu-buru.

"Lihat Cemara?"

"Oh Cemara ya bos? Tuh anak gak masuk hari ini, katanya sih orangnya ada tapi emang sengaja gak masuk kelas."

"Seharian ini sama sekali gak masuk kelas?"

"Nggak bos. Gue aja belum liat anaknya dari pagi."

"Oke. Thanks, ya." Arga segera berlalu setelah menepuk sekali bahu cowok yang dia ketahui masih anak gengnya. Cowok yang ditinggal mengerut dadanya lega, hampir saja abis riwayatnya.

****

Kalau ada typo mohon di beritahu yah. Aku ga meriksa lagi soalnya, langsung mau update. Terima kasih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!