Staf Keuangan
Rupanya Cika sudah tertidur pulas, diruang kerja Bu Yeni. Maklum saja sedari tadi Cika tetap menangis sampai akhirnya, ia tertidur.
Rupanya Bu Yeni, setelah selesai rapat langsung kembali ke ruang kerjanya. mendapati Cika diruangan, Bu Yeni sudah tau apa yang diinginkan oleh anak manis ini.
"Cikaa ... Cika .... Cika ..." Panggil Bu Yeni, dengan sangat lembut sambil menghisap rambut Cika secara perlahan.
Rupanya Cika tertidur di meja Bu Yeni sambil menyilangkan kedua tangannya di atas meja. Sebagai, bantal yang empuk baginya. Mendengar suara yang tak asing di telinga, spontan Cika membuka matanya secara perlahan. Cika pun mulai nampak dengan wajah Bu Yeni yang sudah duduk di hadapan nya.
"Bu Yeni ....!" Teriak Cika, sembari menghamburkan pelukannya.
Melihat hal itu Bu Yeni, membalas pelukan Cika dengan hangat.
"Kenapa sayang, apakah kamu ingin mengambil bonus bulananmu lebih awal?" Tanya Bu Yeni sambil, menyentuh hidung Cika dengan jari telunjuk nya.
Mendengar hal itu, Cika tersenyum sambil menggarukan kepalanya yang tidak gatal.
Rupanya Bu Yeni sudah menyiapkan uang cash, yang dimasukkan ke dalam amplop coklat sesuai dengan hitungan lembur Cika. totalnya dua juta lima ratus ribu rupiah. Bu Yeni, mengambil amplop coklat yang berada di laci meja kerjanya. Serta langsung menyodorkan amplop cokelat tersebut kepada Cika. Melihat itu, mata Cika sangat berbinar. Hal yang ditakutkan nya tidak akan terjadi. Ini benar-benar membuat batin Cika sangat legah. Walaupun hutang ribanya belum lunas, seenggaknya ia bisa membayar bunganya dan bisa bekerja dengan waras selama tiga puluh hari kedepan lagi.
Cika tak banyak bicara, diambilnya amplop coklat yang telah disodorkan oleh Bu Yeni. Cika terdiam sejenak, dan melihat begitu banyak lembaran uang berwarna merah di balik amplop coklat tersebut.
"Udah pas kok ..." Jelas Bu Yeni, meyakinkan Cika.
"Saya percaya kok Bu, terima kasih iya Bu. Selalu menjadi penyelamat akhir bulan saya ... " Jawab Cika sambil tersenyum.
Bu Yeni pun, mengelus pundak Cika sambil berkata "enggak apa-apa cik, udah tugas ibu membagikan kewajiban kalian. Gunakan dengan baik, salam untuk Tina dan ibumu ..." Titah Bu Yeni.
Mendengar hal itu, Cika menjadi sedih. Tak terasa bulir air matanya menetes kembali membasi pipi.
Cika merasa sangat bersalah dengan perkataan yang Bu Yeni katakan. Andai saja Bu Yeni tau, bahwa sesungguhnya uang yang ia terima ini akan digunakan untuk membayar Rentenir. Pasti Bu Yeni akan kecewa.
Bu Yeni, masih menatap cika dengan penuh tanya. Bu Yeni, heran saja kenapa Cika menangis begitu amat dalam. Rasanya ingin sekali ibu Yeni menanyakan perihal apa yang ia rasakan, namun Bu Yeni mengurungkan niatnya. Dikarenakan dia sudah terlalu lelah karena hari ini yang begitu menegangkan, dan juga menurut Bu Yeni itu merupakan privasi yang tidak perlu untuk ditanyakan.
"Cika, kita pulang yuk. kamu liat, jam sudah menunjukan pukul 17.00 saya rasa kita hari ini sudah memberikan yang terbaik kepada perusahaan..." Tutur Bu Yeni lembut, sambil memperlihatkan layar ponselnya kepada Cika.
Mendengar hal ini, Cika mengganguk. Tak lama, Cika izin pamit kepada Bu Yeni. Dan memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya. Sembari ingin siap-siap untuk pulang kerumah. Karena, hari ini sudah cukup lelah olehnya.
***
Lantai 10
Pintu lift terbuka lebar, baru saja Cika mau melangkah kan kakinya sudah nampak Lisa yang bertolak pinggang dihadapannya. Cika hanya mengurungkan niatnya untuk keluar lift dan membalikkan tubuhnya ke arah sebaliknya. Melihat hal itu, Lisa langsung menarik Cika dengan sedikit kasar menuju ruang kerja.
Sekarang Cika duduk di kursi kerjanya, sambil menundukkan kepala. Ia paham betul jika, temannya satu ini pasti khawatir sedari tadi. Lisa jika marah, udah kayak emak-emak komples gaess. Itu juga yang membuat Cika malas mendengar semua ocehannya. Namun begitu, niat Lisa memang baik. Itu artinya, dia memang benar-benar perhatian kepada kita.
Cika tak berani menatap mata Lisa, apalagi melihat Lisa secara langsung. Cika hanya mencuri-curi pandang saja. Rupanya Lisa sedang berdiri disampingnya sambil berkaca pinggang dan siap-siap akan melontarkan seribu pertanyaan serta ocehannya.
Benar saja, belum juga selesai Cika ngebatin. pertanyaan demi pertanyaan dimulai.
"eehh Cika, loe kemana aja? Kenapa loe enggak kerja seharian? Semua orang khawatir sama loe? Loe tau bos loe, Medi nyariin loe dari tadi ... !!!"
Lisa kali ini benar-benar kelasa kepada Cika, bagaimana tidak nona ini benar-benar menghilang sedari pagi.
"Lisaaaaa ... Bisa enggak loe ngomel nya nanti aja. Please! Gue lagi pusing nih, besok besok deh gue janji bakal cerita ..." Bujuk Cika kepada Lisa, yang masih saja tampak kesal.
Melihat Cika yang benar-benar memohon kali ini padanya. Akhirnya, Lisa memberikan kebebasan kepada Cika.
"Ingat loeee iyaaa, hanya kali ini saja ! ..." Seru Lisa sambil membulatkan matanya. Cika yang melihat hal itu pun merasa sangat mengerikan. Kali ini Lisa benar-benar ingin menerkamnya.
Lisa mengambil nafas panjang secara perlahan, dilihatnya cika yang masih menundukkan kepalanya. Namun, sesekali mencuri pandang melihat kearahnya.
"Nih iya cik, gue kasih tau loe. Bossss Medi, gue tekankan sekali lagi bos Medi nyuruh loe keruangannya sekarang. Inget pesen gue, loe enggak usah jawab yang aneh-aneh. Loe bilang aja loe ngilang seharian ini karena pulang kerumah. Kebetulan ibu sedang sakit, loee bikin alasan kayak gitu aja. Duuhh maafin gue iya bu ... Ini demi kebaikan Cika agar tidak di pecat sore ini .... "Jelas Lisa.
Cika yang mendengar hal itu pun sontak terkejut dan juga ingin tertawa. Jika Lisa tau semuanya mungkin Lisa tak akan berbicara seperti itu. Tapi, biarkan saja. Hal yang Cika dan Medi alami cukup mereka berdua yang tau sementara ini.
"cika Apriyani.... Gue ini lagi bicara sama loe iya, bukan patung, kenapa loe diem aja?" Gerutuk Lisa.
"Oke, Lisa nan baik hati dan juga dermawan ..." Jawab Cika sambil merangkul Lisa.
Melihat itu, Lisa tersenyum. "kalo begitu, gue cabut duluan iya cik. Loe Jagan lupa absen, sama di tungguin nohhh Ama boss... Baek- baekk loeee ..." Seru Lisa sambil berlalu meninggalkan Cika.
Cika hanya melihat Lisa dengan tersenyum, sambil menahan tawa. Lama kelamaan punggung Lisa tak tampak lagi terlihat, ini menandakan Lisa benar-benar pulang. sebelum masuk ke ruangan bos, Cika menarik nafas panjang terlebih dahulu. Sebenarnya ia tak ingin masuk ke ruangan sana, ia hanya ingin cepat pulang dan memberikan uang ini kepada hantu kuburan. Namun, Cika tak punya pilihan lain, ia harus menghadapi bosnya apa pun kondisinya. Cika belum bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh Medi yang pasti dia sudah menyiapkan beribu alasan jika bos itu banyak menimbulkan tanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments