PT Suci Abadi, tulisan yang bertanggar besar di dalam loby kantor. Cika memandangin tulisan tersebut dengan tersenyum tipis.
" Baiklah, hari ini aku harus bekerja lebih baik! Target bulan ini pun, harus juga tercapai dengan baik ... !" Gumam Cika di dalam hatinya.
***
PT SUCI ABADI
PT ini bergerak di bidang properti, baik dari rumah menengah ke bawah sampai rumah menengah ke atas. Selain harga yang di tawarkan cukup ramah dikantong, lokasi perumahan yang mereka tawarkan sangat strategis. Tak hayalnya dalam satu tahun terakhir ini. Perumahan yang di naungi oleh PT Suci Abadi, naik sembilan puluh persen sempurna.
Tak hanya itu saja, PT ini juga menawarkan jasa iklan, baru-baru ini juga merilis di bidang fashion. Sungguh benar-benar PT yang memiliki nama besar.
Jika diingat kembali perjuangan Cika, untuk masuk ke PT Suci Abadi ini sangat keras. Bagaimana tidak? Berbekal hanya ijazah S1 saja, sedangkan rekan rekan kerjanya yang lain hampir rata-rata S2.
Selain itu, wajah Cika tidak seperti sekarang. Cika yang dulu berpenampilan, bisa dibilang hampir lusuh. Maklum saja, Cika tak mengenal yang namanya Skincare ataupun Lulur badan. Jagankan untuk merawat dirinya, sekedar untuk bisa makan sehari hari saja. Cika sudah, Alhamdulillah.
Begitulah apa adanya, Cika memang terlahir dari keluarga yang ekonominya bisa dikatakan PAS saja alias cukup. Jika, ia menginginkan lebih maka ia harus bekerja keras untuk itu.
Untung saja Cika memiliki kelebihan lainnya, Cika merupakan mahasiswa yang berprestasi dikampusnya dulu. Tak salah-salah, dengan predikat Cumlaude yang ia peroleh. Hal inilah yang membuat Cika dapat lolos di PT yang sangat besar ini. Jika, mengingat perjuangan itu Cika selalu merasa sedih.
***
Lamunan Cika pun terpecahkan, karena Cika merasa pundak sebelah kanannya di pegang orang lain dari belakang. Dengan spontan Cika langsung menoleh ke belakang.
" Pakkkk ... " Sapa Cika ramah, sambil menunjukan gigi rapinya.
Ternyata yang memegang pundak Cika adalah Medi. Benar, lagi dan lagi Medi memergokin Cika melamun. "Are you oke?" Sapa Medi lembut, sembari menatap mata Cika dengan penuh tanya. "Saya baik baik aja pak ..." senyum Cika.
Lalu medi mempersilahkan Cika jalan duluan, yang diikuti olehnya. Pagi ini, suasana hati Cika tak karuan. Jatungnya terus berdenyut kencang. Entah apa saja yang ada dalam pikirannya. Disatu sisi Cika merasa senang bukan kepalang karena cowok yang di dambakannya diam-diam sekarang berjalan lurus di belakangnya.
Tapi ada hal lain juga yang ia pertanyakan. Kenapa Medi, sampai menanyakan perihal kondisinya. Apa jangan-jangan medi tau, yang dirasakan Cika. Cika terus-menerus bergumam di dalam hatinya.
Pintu lift terbuka perlahan, Cika masuk dan diikuti dengan Medi dibelakangnya. Cika menekan tombol yang bertuliskan angka sepuluh. itu artinya, menuju ke ruang kerja. Di dalam lift, mereka hanya berdua saja. Tak ada satu pun karyawan lainnya.
Maklum saja, hari ini Cika sengaja datang lebih awal tepat pukul tujuh ia sudah berada di kantor. Bukan apa-apa, Cika hari ini ingin membalaskan dendamnya kemarin. Gara-gara kejadian kemarin, Cika tidak mengambil lembur dan cuannya pun tidak bertambah. Maka dari itu Cika, sengaja datang lebih awal untuk membereskan pekerjaannya. Lalu akan ia pergunakan waktu sore untuk mengejar berkas yang sudah menumpuk akibat kemarin, di laci kerjanya.
Di dalam lift, Cika dan medi pun hanya saling diam. Tak ada sepata katapun yang mereka berdua ucapkan. Medi terus memperhatikan Cika mulai dari ujung rambut sampai sepatu yang dipakainya.
Cika Hari ini berpakaian, sangat manis. Celana dasar hitam dengan model terbaru, serta kemeja berwarna biru terbalut indah dibadannya. Belum lagi, parfum yang sangat manis dipilih Cika pagi ini. Sengaja, biar mood nya baik juga.
" Jika dilihat-lihat, cantik juga Cika! Penampilannya pun sederhana, mana harum lagi ...." batin Medi. Medi hanya tersenyum tipis, melihat leher jenjang Cika di balik kuncir satunya. Terlihat ikat rambut berwarna coklat. Menambah kesan sangat manis di pakai di mahkota kepalanya.
Tak selang berapa lama, akhirnya pintu lift pun terbuka. Benar saja, keadaan ruangan meraka pagi ini juga masih sangat sepi. Belum ada satupun pekerja yang datang. Lagi- lagi, Cika salah tingkah dibuat oleh bosnya.
" Kamu, jangan lupa absen masuk! Nanti lupa ..." Tutur Medi lembut.
Cika yang mendengar hal itu, girang bukan kepalang. Diam diam bos barunya ini sangat manis dan penuh dengan perhatian batin ia dalam hati.
" Baik pak ... " Jawab Cika sedikit terbata bata.
" kamu santai aja, enggak usah gugup. Saya duluan iya ke meja kerja ..." Lanjut Medi.
Cika tak menjawab, ia hanya merespon dengan anggukan kepala.
Medi berjalan melewati Cika sambil tersenyum. Cika hanya bisa mencuri-curi Padang sambil menundukkan kepalanya melihat Medi berjalan dihadapannya.
" Benar-benar suami idaman!" gumam Cika dalam hati.
Ketika Medi sudah masuk ke dalam ruang kerjanya. Barulah Cika menempelkan jempolnya untuk absen pagi ini. Dengan perasaan senang bercampur aduk, Cika pun tak sadar ia lagi tersipu malu.
Ternyata diam diam Medi memperhatikan Cika dari bilik kaca ruang kerjanya. Melihat hal itu Medi hanya menggaruk garukan kepalanya sambil tersenyum kecil.
Medi, bukanlah seorang pria yang sering tebar pesona kepada semua wanita. Beda sekali dengan adiknya. Medi tipikal pria yang susah untuk menyukai seorang wanita. Tapi melihat kelakuan nya dengan Cika. Rasanya dia aneh sendiri dengan sikapnya kali ini.
Medi pun tertawa kecil, melihat dari kaca ruang kerjanya. Tak ubahnya di luar sana Cika melompat kegirangan. Entah apa, yang sedang dirasakan wanita itu sampai-sampai ia melompat kegirangan seperti anak kecil.
" Dasar bocah ..." Tutur Medi pelan, tapi entah mengapa melihat tingkah laku aneh Cika yang seperti bocil itu Medi malah menyukainya.
Medi pun kali ini tersipu malu melihat tingkah lakunya sendiri.
Lisa yang dari kejauhan sudah melihat bayangan Cika dibalik kaca pun Teheran.
"Ada gila gilanya wanita itu ia ..." Gumam Lisa dalam hati. Pagi pagi sudah berulah, Lisa pun masih bergumam. Mana tidak heran, tingkah laku Cika memang benar benar aneh bukan kepalang.
"Ehh lohh .. Kenapa sih?" Tanya Lisa heran.
Cika hanya tersenyum saja. Tanpa satu katapun keluar dari mulutnya. "Benar-benar gila ..." batin Lisa.
Selagi di tempat duduk kerjanya pun, Cika masih tersenyum. Sembari, melihat kanan dan kiri. Dengan wajah yang sudah seperti tomat ceri, akhirnya Cika pun menutupin wajahnya dengan kedua tangannya. sambil melirik ke arah Lisa. Lisa yang melihat Cika pun, dibuat kesal olehnya. Bagaimana tidak, ditanya pun Cika tadi tidak menjawab dan hanya tersenyum saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments