Pukul 23.00 WIB ...
Mata cika, masih membulat secara sempurna. Ini diakibatkan, oleh pesan wa yang tak pernah berhenti masuk sedari tadinya. Bukan Medi yang memberikan pesan, melainkan Noki dan Lukman. Semenjak Noki, dan Lukman sering berbalas pesan dengan Cika sesering mungkin, sebenarnya itu membuat Cika sudah bosan. Di awal-awal perkenalan, memang Cika sangat tertarik tapi karena akhir-akhir ini, membuat Cika sangat bosan. Menurutnya, kedua pria isi sudah tak menarik lagi dan tidak bikin penasaran.
Cika masih teringat kejadian makan nasgor bersama Medi satu Minggu yang lalu. Semenjak kejadian makan nasgor itu, keesokan harinya Medi tidak terlihat di kantor. Semua orang kantor pun tidak ada yang mengetahui keberadaannya maupun kabarnya. Melihat keadaan ini Cika sungguh jadi khawatir, karena cikalah orang terakhir yang berinteraksi dengannya sebelum dia benar-benar menghilang sementara ini.
Asisten pribadi Medi pun, ketika ditanya oleh beberapa karyawan hanya membalas dengan senyuman. Terlalu banyak arti di balik senyum indah seseorang.
Ingin sekali Cika menelpon Medi, jika ada no telpon yang bisa ia hubungi hanya sekedar bertanya. Dimana? Apakah baik baik saja? Kenapa kamu tiba tiba menghilang? Itulah yang ada dalam benak pikiran Cika. Untuk menutupi rasa kegelisahannya, maka dari itu Cika selalu merespon chat Noki dan Lukman sebagai teman menghibur dirinya.
Cika menarik selimut, menutupi tubuhnya sampai kepala sambil duduk tertekuk dan memegangi ponsel miliknya. Terlihat hanya ada cahaya ponsel dalam selimut.
"Andai saja malam itu, gue mintak no Wanya pasti gue enggak segila ini memikirkan nya ..." Gerutuk Cika.
Tapi apa mau dikata, semua peristiwa sudah terjadi dan tak bisa diulang kembali.
Karena terlalu sesak di dalam selimut, akhirnya secara cepat Cika menyapu selimut nya. Nampaklah Sekarang wajah masamnya.
"Duhhh, gue kenapa sih? Selalu memikirkan Medi. Hmmmm!" gumam Cika dalam hati.
"cika oiii cikkaaaa!! Loe harus sadar cik, loe hanya seorang Upik abu. Mana mungkin pangeran akan suka sama loe ..." batin Cika, sembari mengacak ngacak rambutnya sendiri.
Memang benar, sejak awal pertemuan dengan Medi Cika sudah jatuh hati padanya. Namun siapa sangka, yang diagungkan cinta ternyata bosnya sendiri. Hal inilah, yang membuat Cika sedikit berkecil hati. Harapan setinggi gunung pun, pupus lah sudah tiada tara. Namun semakin sadar diri, bukan malah sadar diri beneran tapi malah makin enggak tau diri. Karena, Medi ini termasuk pria misterius yang bisa bikin Cika sangat penasaran.
Tapi permasalahannya sekarang, Medi menghilang entah kemana. Bagaikan ditelan bumi secara tiba-tiba. Ini benar-benar aneh untuk Cika, sekaligus nyata.
"Duhhhhh ... Gue enggak boleh terus terusan gini ..." Gumam Cika.
"Gueee harus melanjutkan hidup! dan Jagan pernah bilang ke siapa pun kalo gue adalah orang kantor yang terakhir berkomunikasi dengannya ..." Batin Cika lagi sambil menyilangkan kedua tangannya di atas dada dan mengangguk anggukan kepalanya.
Semenjak medi menghilang secara misterius, Cika terus di hantui rasa bersalah. Apalagi, malam itu mereka baru saja makan nasgor bersama. Padahal, jika dipikir-pikir Medi menghilang juga bukan karena Cika. Mungkin saja, Medi tidak masuk kantor selama satu Minggu ini sedang sibuk mengerjakan proyek besar di suatu daerah dan tidak mau diganggu dengan siapa pun.
***
Disisi lain ...
Medi sedang termenung, melihat ikan koi yang berada tepat di taman belakang. Medi, sengaja tidak pergi ke kantor selama satu Minggu ini. Dikarenakan pak Joko, sedang berada di rumah sakit.
Malam itu, setibanya Medi dirumah. Mbok Jum berteriak sangat kencang dari dalam rumah. Tanpa berpikir panjang, Medi langsung berlari menuju ke sumber suara. Benar saja, Medi melihat pak Joko sedang terbaring lemah di ruang keluarga.
Medi tak banyak bertanya kepada Mbok Jum malam itu, ia langsung membawa pak Joko ke Mobil dan memerintahkan sopir untuk ke rumah sakit. Malam itu dibenak Medi hanyalah ke khawatiran tentang ayahnya, karena selama perjalanan pak Joko tidak sadarkan diri.
Mobil melaju dengan sengat kencang, mbok Jum yang berada di kursi bagian depan tepat disebelah sopir pun terus menangis melihat keadaan pak Joko. kurang lebih setegah jam mobil sampai di IGD rumah sakit ternama di salah satu kota ini. Rumah sakit ini, memang tempat biasa keluarga pak Joko dirawat. Rumah sakit yang sangat besar dan juga mewah ini, salah satu rumah sakit termahal dikawasan ibu kota. Tentu untuk keluarga pak Joko ini belum seberapa dibandingkan dengan harta yang mereka miliki.
Ketika Medi keluar dari mobil, sembari memapa pak Joko. Tiba tiba ada beberapa perawat membatu medi dengan membawa hospital bad. Langsung saja para perawat laki-laki itu membaringkan pak Joko ke hospital bad dan perlahan mendorongnya untuk dibawa ke IGD menemui dokter.
Ternyata dokter dengan sigap langsung memeriksa keadaan pak Joko. Benar saja, pak Joko terkena serangan jantung mendadak yang mengakibatkan pak Joko tak sadarkan diri. Setelah pemeriksaan berlanjut, pak Joko juga tak kunjung sadarkan diri selama dua hari lamanya.
Dihari ketiga, ketika Medi sedang berada di titik terendah untuk berjuang hidup mengingat keadaan pak Joko yang tak ada tanda tanda akan sadarkan diri kembali membuat Medi langsung ingin mati saja karena dunianya seakan tak bernyawa. Namun, Allah berkehendak lain. Dengan memberikan, jalan terbaik kepada pak Joko.
Setelah, masa kritis pak Joko terlewatkan pak Joko langsung dipindahkan ke kamar pasien VVIP detik itu juga. Karena selama ini, pak Joko berada di dalam ruang ICU. Tentu saja ruangan pasien yang pak Joko tempati memiliki fasilitas yang sangat mewah. Mulai dari ranjang pasien, ada sofa di dalamnya, kulkas, dapur kecil, kamar tidur, ruang tv, serta meja makan, sudah layaknya apartemen kecil. Padahal itu hanyalah rumah sakit.
"ayah, cepat sembuh ... ' Itulah yang Medi ucapakan kepada pak Joko. Mendengar itu, pak Joko hanya mengganguk.
Selama, satu Minggu dirawat di sana. Semua tim dokter dan perawat sangat bekerja keras demi kesembuhan pak Joko. Alhasil, pak Joko pun cepat pulih kembali. Walaupun, keadaannya belum membaik sepenuhnya. Namun, dengan begitu Medi pun sudah sangat senang. Karena, semasa pak Joko di rawat. Medi rutin mengingatkan tim medis, untuk membantu kesehatan ayahnya secara maksimal.
Minggu sore, Medi dipanggil salah satu dokter spesialis jantung keruangannya sebelum diperbolehkan pulang. Medi, bergegas masuk ke dalam ruangan dokter tersebut. Benar saja, di dalam dokter sudah menunggu kedatangan Medi. Melihat Medi sudah berdiri di hadapan dokter, dokter dengan mempersilahkan Medi untuk duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.
Dokter Arman
"Selamat sore Medi ..."
Medi
"Sore dokter 😊"
Dokter Arman
"Medi, saya harus katakan ini kepada kamu. Saya harap kamu bisa bersabar menerima apa saja informasi yang akan saya sampaikan ..."
Medi
"Enggak apa apa dok, katakan saja!"
Dokter Arman
"Med, ayah kamu kemarin terserang stemi, stemi ini jenis serangan jantung yang paling serius ketika pembuluh darah tersumbat sepenuhnya oleh gumpalan darah dan membutuhkan pengobatan mendesak. Saya berharap, hal ini tidak terulang kembali! Ayah kamu juga jangan terlalu banyak pikiran. Jika, kondisinya terlalu capek, atau banyak pikiran saya khawatir akibatnya akan bisa fatal! Untung saja kemarin, langsung bisa ditangani dengan sigap ..."
Medi
"Terimakasih atas penjelasannya dok, apakah ayah saya bisa bertahan hidup dok?"
Dokter Arman
"tentu saja ...
buatlah ayahmu selalu happy! dengan bahagia pasti seseorang akan bertambah sehat 😊 oh iya Med, saya sudah menuliskan semua resep obat yang terbaik untuk ayahmu. Nanti sebelum pulang, silahkan kamu ambil di bagian apotek iya. Dan sering sering, kontrol ke rumah sakit untuk mengetahui sejauh mana kondisi ayahmu membaik ..."
Medi
"Terimakasih dok, selama di rumah sakit dokter sudah banyak sekali membatu ayah..."
Dokter Arman
"Tentu saja, itu sudah menjadi tugasku ..."
Sambil berdiri, Medi menjabat tangan dokter dengan sangat tegap. menandakan rasa terimakasihnya, selama ini sudah merawat pak Joko dengan sangat baik.
Lamunan Medi terpecahkan, ketika mbok Jum memanggil Medi dengan sangat keras.
"Medi ... Medi .. Medi ...!!" Teriak mbok Jum.
Medi yang mendengar hal itu, langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan meninggalkan ikan koi yang sedang di kasih makan olehnya.
"Kenapa sih mbok, teriak teriak? ..." tanya Medi.
"Itu loh med, ayahmu mau bicara padamu. Beliau sudah menunggu di ruang keluarga ..." Jelas mbok Jum.
Mendengar hal itu Medi langsung menuju ruang keluarga, bukan tentang persoalan apa. Medi, takut terjadi apa-apa dengan sang ayah.
Rupanya benar saja, pak Joko sudah menunggu Medi di ruang keluarga sambil menikmati secangkir teh hangat dengan gula khusus untuk penderita diabetes.
"Ayah memanggilku?"Tanya Medi lembut, sembari menghampiri ayahnya yang duduk tepat berada di tengah kursi.
"Duduklah, anakku ..." titah pak Joko ke pada Medi sambil menepuk kursi kosong yang ada disampingnya.
"Medi, besok kamu wajib masuk ke kantor tanpa terkecuali! karena sudah seminggu ini kata mbok Jum kamu tidak berangkat bekerja. maka dari itu, besok berangkat lah ke kantor. Kamu harus melihat perkembangan sampai dimana? dengan begitu ayah merasa sangat senang ..."Perintah pak Joko.
Medi yang mendengar hal itu pun hanya terdiam. Toh juga, jika Medi menyangkal tidak pasti ujung nya masih harus berangkat kerja. Padahal Medi enggan sekali pergi ke kantor, mengingat kondisi ayahnya yang belum sehat sempurna. Namun, keadaan berkata lai.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments