Pintu Lift Terbuka
Medi melihat Cika, yang juga masih termenung. Dengan hati yang sangat geram, Medi langsung menarik tangan Cika keluar lift dengan cepat. Sontak Cika sangat terkejut bukan kepalang, dilirknya sesosok pria bertubuh besar dan tinggi.
Cika hanya membatin, "sepertinya gue kenal".
Medi terus menarik tangan Cika, sampai ke ujung lorong ruangan lantai lima belas. Diujung lorong ini, nampak terlihat satu pintu. Medi bergegas membuka pintu itu dengan cepat.
"Naikkk !!!" Perintah Medi tegas.
Tak ada penolakan untuknya, Cika menuruti perintah Medi. Ternyata pintu itu berisikan tangga untuk menuju ke rooftop atas bagian gedung ini. Sesampainya disana, Medi langsung memojokkan tubuh Cika diujung pagar pembatas gedung.
Di ruang terbuka paling atas kantor ini, memang tak berisi apa pun. Bukan itu saja, satu orang pun tak ada disini. Maka dari itu, Medi berani memperlakukan hal demikian terhadap Cika.
Medi, dengan sigap melingkarkan tangannya ke pinggang Cika yang sangat indah. Tak ada penolakan dari Cika, Cika hanya menatap Medi dengan amat dalam.
"Cika Apriyani ..." Medi memangil Cika dengan sangat lembut.
Lalu nadanyapun mulai naik satu demi satu oktaf.
"Cik, kamu kenapa sih? Sakit? Ada masalah? Atau apa? kamu jagan buat aku gila iya!" Cecah Medi dengan berbagai macam pertanyaan. Mendengar hal itu, Cika hanya terdiam.
"Kamu kenapa? Mulai dari lantai empat sampai sepuluh, hingga lima belas ini di dalam lift enggak bereaksi apa pun. Are you oke?" Tanya Medi kembali.
Mendengar, nada Medi bertanya cukup kasar bagi Cika membuat tubuh Cika bergetar. Cika merasa sangat ketakutan, Karena hari ini merupakan hari yang sangat mengurus pikirannnya. Tak terasa bulir air mata membasahi pipinya dengan sempurna.
Melihat hal itu, Medi secara spontan memeluk Cika dengan perlahan. Cika tak menolak sedikit pun, tanpa sengaja Cika menumpahkan seluruh benih air mata yang selama ini terpendam di dada bidang Medi yang amat nyaman.
Baru ini Cika merasakan kehangatan dari seorang pria. Cika terus-terusan menangis sesegukan di dalam pelukan Medi. Medi tanpa sadar, membelai rambut Cika secara perlahan. Medi juga belum pernah merasakan, dekapan yang sangat hangat dari seorang wanita. Walaupun Medi sering memeluk banyak wanita di luar sana, namun kali ini sungguh rasanya sangat berbeda.
Tak terasa sudah hampir setengah jam Medi dan Cika, menikmati kehangatan di antara keduanya. Cika yang sadar, akan kejadian ini. Perlahan, melepaskan pelukan dari Medi. Namun, ketika Cika hendak melepaskan pelukannya. Medi malah menarik, kencang tubuhnya. Rupanya Medi masih ingin, Cika menumpahkan seluruh emosi atau pun luwapan emosinya di dalam pelukannya.
Sadar dengan hal ini, Cika kembali menangis sejadi jadinya. Akhirnya pun peristiwa ini berlangsung cukup lama.
Bu Yeni sedari tadi sudah menunggu di ruang rapat. Para client besar pun, satu persatu mulai berdatangan. Beberapa kali, Bu Yeni menghubungi pak Medi, namun tak ada jawaban. Asisten pak Medi pun, juga tidak mengetahui keberadaan pak Medi dimana. Semua orang sibuk mencari pak Medi, kesana kemari. Bagaimana tidak, rapat kali ini adalah rapat besar. Yang akan mendapatkan keuntungan dan pengeluaran yang cukup besar. Jadi, pak Medi wajib hadir dalam rapat siang ini.
***
Medi teringat akan satu hal, ia rapat nya. Buru- buru Medi melihat jam tangannya, benar saja jam sudah menunjukan pukul dua belas siang. Yang mana, rapat kali ini disepakati pada waktu jam makan siang. Dikarnakan selesai rapat baik atau buruknya tander kali ini yang di dapatkan, pak Medi ingin mengajak Client nya makan siang di restoran sebelah kantor mereka.
Perlahan, Medi melonggarkan pelukannya. Sambil memegang pipi Cika dengan kedua tangannya Medi berkata "cik, apa pun masalahmu cerita, siapa tau aku bisa bantu ..." Kembali Medi menghapus sisa sisa bulir air mata yang masih menempel di pipi wanita ini.
"Aku, pamit dulu iya cik. Ada rapat besar yang harus aku pimpin, pasti semua orang sudah menungguku di ruang rapat ..." Jelas Medi.
"Pergilah ..." Kata itu yang terucap dari bibir mungil Cika. Tak sengaja Medi pun, mengecup kening Cika dengan lembut sebelum meninggalkannya.
***
Ruang Rapat
Benar saja, dua menit lagi rapat besar ini akan segera dimulai. Terlihat sekali Bu Yeni gugup dihadapan client besar mereka. Melihat hal ini, asisten Medi mengambil alih dengan mengajak dua client besar ini berbincang santai sambil menunggu kedatangan Medi. Suara pintu pun berbunyi, tak selang berapa lama Medi masuk keruangan. Semua orang melihat ke arahnya, kali ini bukan karena terkesima melainkan penampilan Medi yang terlihat sedikit kotor.
Benar saja, baju kemeja putih yang di balut di dalam jas miliknya nampak sedikit basah. Hal ini dikarenakan, air mata Cika yang belum juga kering. Benar-benar, banjir air mata iya gaessss. Medi langsung saja, memberikan kata permintaan maaf nya Karena kedatangannya sedikit terlambat. Untungnya kedua client ini tidak begitu mempermasalahkannya. Rupanya medi hanya terlambat satu menit.
Bu Yeni, langsung saja mempersilahkan para client beserta beberapa asisten dan staf untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Tanpa basah-basih, Medi langsung memimpin rapat dengan mode serius.
Rapat berlangsung cukup lama, kurang lebih hampir satu jam. Dua client ini benar-benar serius ingin menanamkan lima puluh persen sahamnya kepada PT SUCI ABADI maka dari itu para client tak main-main mendengarkan penjelasan Medi. Terlebih soal keuntungan yang mereka dapatkan.
Tak terasa satu jam telah berlangsung, masuklah ke babak akhir dari sesi penting rapat kali ini. saatnya client memberikan jawaban atas presentase dari Medi. Bukannya mendapatkan jawaban, kedua client ini malah ingin break makan siang sebentar. Setelah makan siang, barulah mereka memutuskan hasil ingin bergabung ke perusahaan Medi atau tidak.
Mendengar hal ini, Medi langsung memberikan kode kepada Bu Yeni dan asisten nya untuk mengajak kedua client ini menyantap makan siang di restoran samping kantor. Melihat kode tersebut, Bu Yeni dan asisten Medi langsung mengarahkan kedua client ini.
***
Medi masih, memikirkan Cika. Sebelum ikut bergabung makan siang bersama, Medi harus memastikan Cika dalam keadaan baik baik saja. Medi langsung menghampiri Cika di ruang kerjanya. Namun sayang, Medi tak menemukan Cika berada di sana. Lisa yang melihat gelagat Medi sangat aneh, membuat Lisa menarik kesimpulan bahwa hilangnya Cika pada hari ini mungkin saja disebabkan oleh bosnya sendiri.
"lis, jika kamu melihat Cika. Suruh dia tunggu diruangan saya ..." Titah Medi.
Mendengar hal tersebut Lisa hanya mengangguk kepalanya.
"Memang benar benar aneh ..." Batin Lisa sambil menatap Medi dengan amat dalam.
Medi bergegas meninggalkan ruangan, dan langsung bergabung makan siang bersama dengan para client.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments