Pukul 21.00
Cika berdiri di loby kantor. Sambil menunggu ojek online yang dia sudah order dari setegah jam yang lalu. Benar sekali hari ini Cika lembur cukup lama. Dilirknya sesekali smartphone yang ada ditangannya. Sesekali di mencoba membuka aplikasi orange mencari jodoh.
Betapa terkejutnya ia, melihat banyak sekali orang orang men-chatting lewat aplikasi orange itu.
"Hmmm ... Ternyata gue enggak jelek jelek amat iya! Buktinya banyak banget cowok ganteng, yang chatting gue. Dilihat dari fotonya sih ganteng tapi enggak tau aslinya ..." Cika berbicara sendiri, sambil menatap layar ponselnya.
Dari sekian banyak yang chatting Cika. Cika hanya tertarik dengan tiga pria di aplikasi ini. Niat Cika, akan membalas semua chat ini setelah sampai dirumah. Tepatnya setelah mandi, makan, dan dilanjutkan dengan rebahan.
Tak berapa lama, Seorang pria mendekatinya. Pria berjaket kuning itu menyapanya.
" Benar, mba Cika?" Tanya pria itu.
" Iya benar pak, ojek kuning iya?" Tanya Cika balik.
Pria itu langsung menjawab dengan cepat
"iya mba ..."
Tak banyak basa-basih, Cika langsung keluar loby dan menaikin motor matic berwarna hitam itu. Pria ojek kuning itupun langsung menyodorkan helm kepada Cika.
" Sesuai aplikasi iya mba?" Tanyanya.
" Oke ..." jawab Cika sambil mengerakkan tangannya yang juga ikut membulatkan oke.
Motor pun melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan pulang, Cika sangat menikmatinya. Dipadangnya langit malam ini sungguh indah. Banyak bintang bertaburan di langit malam ini. Serta hiasan lampu perkotaan menyorotin setiap bola matanya.
Gedung-gedung pencakar langit, tak luput dari pandangannya pada malam itu. Cika hanya memikirkan satu hal. Ia masih sangat memikirkan seluruh hutang-hutangnya. Andai saja Cika tidak memiliki hutang dengan rentenir itu. Maka menikmati malam seperti ini, akan bertambah syahdu untuknya.
Mau seberapa indah langit dipandang, jika masih memiliki beban yang amat mendalam. Membuat kita hanya bisa menikmati secara setengah. Ia, setegah bahagia, karena kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan yang tidak memiliki hutang.
Tak terasa, ojek kuning pun sudah masuk di perumahan Cika. Tepatnya sekitar dua ratus lima puluh meter lagi, Cika akan tiba dirumah. Benar saja, setelah pertigaan pertama belok kanan. Rumah Cika pun sudah tampak terlihat. Rumah dengan pagar hitam, dan dinding yang dibalut berwarna coklat. Sangat mencolok dari jalan. Belum lagi, ditambah dengan tanaman ibunya yang sangat banyak, nampak terliat asri dan juga indah.
Cika pun menepuk pundak sang Ojek Kuning ini. Sambil berkata " Bang, pertiga belok kanan rumah coklat iya ... " Abang ojek hanya mengangguk saja mendengar perkataan Cika. Karena abang ojek sudah mengerti dengan rumah yang dimaksudkan.
Cika melepaskan helmnya, sembari turun dari atas motor. Dikeluarkannya uang, berwarna biru satu lembar.
" Ini bang uangnya ... kembalinya ambil aja ..." jelas Cika sambil menyodorkan uang ke Abang ojek kuning.
Abang ojek kuning pun merespon dengan amat ramah.
" Terima kasih mba, terimakasih banyak ... Alhamdulillah buat tambahan susu anak saya" jawab abang ojek.
Cika hanya tersenyum mendengar hal itu.
Walaupun Cika sedang terlilit hutang, tapi ia juga suka berbagi rezeki kepada orang lain. Walaupun nominal nya tidak banyak, asalkan ia ikhlas dalam membari. Karena ibunya, selalu mengajarkan untuk berbagi terhadap sesama dan memang kepada orang yang layak untuk dibantu.
Sambil menarik nafas panjang, Cika pun membuka pintu pagar dengan perlahan. Rupanya ibu sudah menunggu Cika sedari tadi di ruang tamu. Jadi, ibu langsung cepat- cepat membuka pintu rumah dan mempersilahkan Cika masuk sekarang.
" Mandilah nak, lalu segara makan ... Kepala ibu sedikit pusing. Mungkin ibu akan tidur duluan iya nak .... " titah ibu, sembari memegang kepalanya.
Jika dilihat dari raut wajahnya, ibu memang sedang tidak enak badan. Nampak sekali pucat. Mendengar hal itu, Cika pun langsung khawatir.
" Bu, apa kita ke dokter sekarang?" Tanya Cika, untuk meyakinkan kondisi ibunya.
Ibu pun langsung mengelangkan kepala dengan cepat
" tidak usah nak, dibawak istirahat saja besok ibu sudah enakkan kok ... "
Mendengar hal ini, Cika pun merasa sedikit lebih legah.
Ibu meninggal Cika yang masih duduk di ruang tamu, sambil membereskan tasnya. Dengan perlahan ibu menuju kamar tengah, disusul dengan kak Tina di belakang nya. Melihat ibu sudah benar-benar masuk ke dalam kamar. Cika pun, langsung bergegas mamasuki kamarnya juga. Untuk menaruh tas kerja, dan juga mengambil handuk yang berada di dalam kamarnya.
Dengan langkah kaki perlahan Cika melewati kamar ibu. Benar saja tidak terdengar suara apa pun lagi. Ibu benar-benar sudah tidur bersama kak Tina. Cika sempat melirik sebentar ke arah kamar, hanya untuk memastikan saja bahwa kondisi ibu baik-baik saja. Melihat keadaan kamar tenang, Cika pun lebih mempercepat langkah kaki nya menuju kamar mandi yang terletak di dapur.
***
22.30 WIB
Akhirnya Cika pun selesai mandi. memang wanita ini, sangat betah berlama-lama di dalam kamar mandi. Entah apa yang dipikirkannya, Cika beranggapa. Kamar mandi adalah tempat ternyaman setelah ruang tidur baginya. Selain bisa membersihkan diri. Rupanya kamar mandi, menjadi wadah tempat bermain air baginya. Memang terdengar cukup aneh, namun itulah kenyataannya.
Dengan piaman tidur berwarna coklat polos. Cika menuju meja makan, dilihatnya apa isi dibalik tudung saji. Rupanya ibu sudah menyiapkan Sup ayam untuknya. Tanpa basa- basih Cika langsung mengambil piring, menuju magicom untuk mengambil nasi dengan piring kecil. Tak lupa juga, ia mengambil mangkok untuk menaruh Sup ayam komplit beserta sayur mayurnya.
Entah mengapa jika makan sup di malam hari memang begitu nikmat. Cika duduk di meja makan sendirian, ditemani dengan secangkir air putih besar. Tak lupa juga dengan ponsel yang diletakkan disebelah gelas yang berisi air tadi.
Dengan lahap dan penuh kenikmatan, Cika makan perlahan sambil benar-benar menikmatin semangkuk sup buatan ibunya. sekitar lima belas menit berlalu. Piring yang berisi nasi, dan mangkok yang berisikan sup ayam komplit sudah ludes dilahap Cika. Nampak sekali Cika amat sangat kekenyangan.
Tak biasanya Cika makan selahap ini. Mungkin karena kondisi sudah malam, dan juga habis lembur kerja, sangat cocok untuk disantap. Rupanya Cika anak yang tak mau merepotkan ibunya. Ia, langsung bergegas menuju tempat pencucian piring persis berada di sebelah kompor. Dengan sigap Cika langsung mencuci piring beserta dengan gelas hingga bersih.
Melihat dapur dalam keadaan bersih. Lantas, Cika segera meninggalkan dapur dengan hati yang nyaman. Pikirnya, hanya ini yang bisa ku bantu meringkan pekerjaan rumah. Karena sehari-hari Cika selalu sibuk bekerja dan pulang sampai larut malam. Hanya di hari Minggu saja dia menikmati liburnya. Itu pun hanya di rumah. Rebahan, sambil menonton Drakor kesukaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments