"Mba ini jus mangga ya ..." pelayan menyodorkan segelas jus ke arah cika, Sambil menatap heran lalu pergi meninggalkan nya. Sontak Cika langsung sadar dari lamunannya, dan langsung menghapus air mata yang masih berderai di pipinya seketika.
Perlahan Cika menikmati segelas jus mangga sambil sesekali melirik ke arah luar kaca untuk melihat pengguna jalan.
Dari Meja tengah arah jam sembilan, tampak sosok pria dari tadi memperhatikan nya. Namun, sosok tersebut tidak dihiraukannya.
Medi rupanya dari tadi, diam-diam mengikuti Cika sampai ke kantin. Medi melihat semua apa yang dialaminya, dia pun sempat terkejut ketika melihat Cika menangis sangat sedih. Timbul dalam hatinya, mengapa gadis lucu ini menangis. Dari raut wajahnya tampak sedih sekali. Apakah ada masalah yang sangat berat, yang sedang dialaminya. Pikir Medi, sambil menyeruput teh yang ia pesan.
Dari kejauhan, tampak Cika terlihat menangis kembali. Rupanya dia masih memikirkan tentang kejadian tadi pagi di sambungan telpon, bagaimana ia bisa terjebak dalam hutang rentenir, yang menakutkan ini.
Dengan kaki yang disilang, dan tangan kanan menompang di wajah. Sambil melihat ke arah kaca, mata Cika terus melihat pengguna jalan berlalu lalang.
" Andai waktu bisa ku ulang, aku tak akan meminjam uang dengan hantu kuburan itu ...!" batin Cika dalam hati. Kalian benar pembaca, Cika memanggil Rentenir itu dengan sebutan hantu kuburan hehhe aneh iya? Tidak, rupanya memang dia seperti hantu yang tak ubahnya menghantui pikiran Cika selama satu tahun terakhir ini.
Berawal dari pinjaman hanya tiga juta rupiah, sekerang entah bagaimana rupanya. Pokok hutang yang di hitung oleh Rentenir itu sudah menjadi lima juta rupiah. Jika Cika tidak bisa membayar bunganya setiap bulan saja, maka pokoknya akan selalu bertambah begitu juga dengan bunganya.
Awalnya hanya tempo satu bulan saja, namun Cika masih dalam kondisi masa sulit dimana ia belum bisa jika harus melunasinya dalam tempo satu bulan. Jadi, Cika terus membayar bunga pinjaman saja, mulai dari enam ratus ribu rupiah sekerang sudah menjadi satu juta empat ratus ribu rupiah.
Hal inilah yang membuat uang gaji Cika setiap bulannya selalu habis, untuk membayarkan riba riba ini kepada rentenir. Jangan bisa menabung, untuk mencukupi kebutuhan sehari hari saja ia kadang kebingungan.
Ibu Cika tidak tau akan hal ini, karena Cika tidak pernah menceritakan permasalahan ini kepada ibu nya. Ia tidak ingin, ibunya nanti kepikiran dan jatuh sakit. Baginya kebahagiaan ibu dan kakak perempuannya menjadi hal yang terdepan.
Mau bagaimana lagi, waktu itu Cika bener- bener tidak ada pilihan. Walaupun dia sudah berusaha terlebih dahulu mencari pinjaman ke saudara saudari ibunya yang tak membuahkan hasil. Sehingga ia dengan sangat terpaksa meminjam uang kepada Hantu Kuburan.
Tepat satu tahun, Cika sudah menjalani menabung uang di Rentenir itu. Jika dihitung hitung hutang dan pokoknya sudah lunas. Tapi apa mau dikata, konsep Rentenir jika masih mencicil dan belum bisa membayar pokok serta bunga sekaligus masih dinyatakan belum lunas.
Hal inilah tak ubahnya membuat Cika sering berlarut larut dalam kesedihan. Dirumah Cika tidak pernah menampakan kesedihan tersebut, dia tampil sangat gembira seolah oleh tidak pernah ada masalah keuangan dihidupnya.
***
Jam sudah menunjukan pukul 12.40 menit. Medi masih mengamati Cika dengan penuh tanya. Tapi waktu yang membawanya harus langsung menyudahi hal ini, dikarenakan jam istirahat makan siang sebentar lagi akan berakhir.
Sambil meletakkan uang selembar lima puluh ribu, dibawah secangkir teh tadi. Medi meninggalkan mejanya, sambil mengacungkan tangan kanannya ke arah pelayan. Pelayan pun melihat kode yang Medi berikan, langsung menghampiri meja Medi.
"Sekalian sama mba yang minum jus mangga iya, yang di pojok sana ..." bisik Medi ketelinga pelayan.
Belum sempat pelayan menjawab, Medi langsung bertutur kembali.
"Kembaliannya buat kamu saja ..." sambil tersenyum ramah ke arah pelayan.
Sontak pelayan membalasnya dengan anggukan kecil dan senyum manis.
Medi lalu bergegas meninggalkan Cika yang masih menangis di pojokan kantin. Dengan langkah sedikit terburu buru Medi masuk ke lift dan menuju ke lantai sepuluh sambil bertanya-tanya tentang Cika.
Dipojokkan kantin, Cika tersadar dalam lamunannya. Melirik jam ditangan kirinya, tak ubahnya mata yang berkaca kaca sontak melotot besar karena jam menunjukan pukul 12.50 WIB. Sontak Cika langsung menghabiskan jus yang tinggal beberapa hisapan lagi. Sambil matanya melirik ke arah pelayan.
Pelayan pun, melihat tatapan Cika dan langsung menghampirinya. "Mba, jusnya sudah dibayar sama .... " Tuturnya menggantung.
Cika Sontak langsung memotong ucapannya "dibayar sama siapa mas?" Tanyanya penasaran.
"Hmmm anuh mba ... Hmmm ... Pak ... Pak ... Pak siapa iya ..." jawab pelayan sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal sembari mengingat kembali siapa nama pria yang mentraktir Cika siang ini.
" Udahlah ... nanti aja. Yang jelas aku makasih banget ... Kapan-kapan jika gue kesni lagi, dan mas melihat ada pria baik hati ini kabarin gue iya mas ... Gue ingin mengucapkan terima kasih ..." tutur Cika kepada pelayan.
" baik mba ... " jawab pelayan dengan sangat cepat.
***
Rupanya dilantai sepuluh semua orang sudah kembali ke meja kerja mereka masing- masing. Untung saja, dengan kekuatan super kilat. Cika, bisa sampai ke Meja kerja nya dengan tepat waktu.
Hari ini ia, bekerja benar-bener mode serius. Ia tak banyak bicara, jari jemarinya semakin lincah gemulai mengetik satu persatu alfabet dengan cepat.
Yang ada dipikirannya saat ini ialah hanya ingin cepat pulang dan menyerahkan uang kepada hantu kuburan yang sedang menunggu di pertigaan rumahnya. Mengapa demikian? Karena jika Cika terlalu malam pulang, rentenir itu selalu mengancam ingin menagih hutang kepada ibunya. Hal inilah yang membuat Cika terus menerus ingin pulang tepat waktu.
Cika yang biasanya lembur, hari ini tak mengambil kesempatan lemburnya untuk menambahkan cuan penghasilan. kali ini pikirannya hanya ingin pulang tepat waktu, supaya hantu kuburan itu tidak menemui ibunya dirumah.
Pukul sudah menunjukan, jam lima sore. Ini pertanda Cika sudah boleh pulang kerumah. karena kantor tempat ia bekerja, waktu pulangnya itu jam lima sore.
Cika hanya menyelesaikan satu tugas lagi. Buru buru dia melirik jamnya sesekali, sambil terus mengetik lincah. "sekitar dua puluh menit lagi ini selesai ..." batin Cika. Dengan semangat yang berapi-api, kurang dari dua puluh menit segala pekerjaannya sudah terselesaikan.
Sambil memejamkan mata, dengan mengendorkan urat urat jari jemari lincahnya. Cika menghela nafas panjang. " akhirnya selesai ...." Gumam Cika dalam hati.
Lisa yang melihatnya sedari tadi pun, aneh melihat kelakuan Cika tidak seperti biasanya ingin buru buru pulang kerumah.
Sambil menutup leptop, Cika tak ubahnya membereskan tasnya. Dia mengecek kembali apa saja yang belum dimasukkan ke dalam tas nya. Rupanya liptin berwarna cerry tersebut belum masuk ke dalam tasnya. Buru- buru Cika mencari di atas meja kerjanya. Rupanya liptin itu tak ia dapatin juga.
Dilirknya di laci meja, sambil menariknya. Terlihat liptin merah cerry tersebut di pojok laci. Cika langsung memasukkan ke dalam tasnya. Tas berwarna coklat ini, memang sangat cocok dibawak ke kantor. Tas wanita yang benar benar elegant dan membuat percaya dirinya naik seratus persen lebih tajam.
Tas Bahu, tersebut langsung di sandangkan Cika dibahunya. Sambil menepuk pundak Lisa lisaaaaa.
" Gue cabut duluan iya ... ada keperluan mendadak dirumah! Gue juga enggak jadi lembur hari ini. Besok aja gue akan hajar beberapa hari ..." tutur Cika. Mendengar itu, Lisa hanya menggangukan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Má lúm
Kasih teka-teki dong, kelanjutannya seperti apa? 🤔
2024-01-09
0