Dreggg dreggg dreggg ...
Ponsel Cika terus bergetar, Cika sengaja kali ini mengubah ponselnya menjadi mode getar. Karena ia, ingin tidur lebih pulas. Maklum saja, semenjak kejadian dua hari yang lalu bersama Medi dikantor membuat Cika tidak bisa tidur memikirkan ucapan terima kasih itu.
Cika meraba-raba sisi kanan dan kiri kasurnya, dia terus mencari keberadaan ponsel miliknya. akhirnya dia mendapatkannya juga, seperti biasa di bawah bantal tapi kali ini tepat disisi sebelah kiri. Cika membuka matanya perlahan. Maklum saja hari masih sangat pagi.
Setegah bernyawa Cika mengangkat telpon yang terus memanggilnya itu, karena posisi Cika belum full baterai jadi ia tak melihat lagi nama kontak si pemanggil.
"hallooo ... Cika, jangan lupa hari ini iya? Kira- kira mau jam berapa?"Tanya si penelpon.
Seketika mata Cika melotot, ia sangat hafal dengan nada suara tersebut. Spontan Cika melihat layar ponselnya. Benar saja, di layar ponsel tertera nama "Hantu Kuburan".
"Gila-gilanya iya, ini hantu kuburan nelpon enggak mikir waktu. Bener bener iyaaaaa ..." batin Cika sangat kesal.
Sambil menarik nafas panjang, Cika menjawab secara perlahan "hari ini, aku kemungkinan lembur malam dikantor te. Jika mau menunggu datang saja sekitar jam sepuluh malam ditempat biasa ... "Titah Cika.
"Ohh, baiklah Cika tak apa-apa. Tante siap menunggu, lagian Tante juga belum tidur jam segitu ..." Ujar lintah darat ini.
Maaf iya pembaca, author kesal sekali sama lintah darat penghisap darah ini. Hehehehe ...
"oke ..." jawab Cika cepat sembari menutup panggilan telpon.
"Tanggal berapa sih ini? kenapa dia sudah menelpon?" Batin Cika. Sambari menatap layar ponselnya, Cika melihat memang sudah tanggal jatuh tempo pembayaran. Cika membuka kembali menu di layar ponselnya, dia pergi ke halaman m-banking. Cika langsung saja menekan tombol dengan cepat, untuk mengecek saldo di dalam atmnya melalui m-banking. Cika hanya menarik nafas dalam-dalam, rupanya saldo direkening miliknya tidak cukup untuk membayar bunga kepada hantu kuburan ini.
Cika hanya bisa membatin, "duhhh Kemana lagi gue harus mencari uang empat ratus ribu dalam hitungan jam ... Sepertinya terpaksa hari ini gue harus menemui bendahara kantor."
"Sepertinya aku harus datang lebih awal!" Cika langsung bergegas mandi untuk mempersiapkan diri ke kantor. Dilirknya jam masih pukul 06.00 WIB, kali ini Cika tak mau menyempatkan kesempatan datang lebih awal. Karena ia, tidak mau ada satu orang pun yang mengetahui ia meminta uang lembur kepada staf keuangan lebih dulu.
Staf keuangan bernama Bu Yeni, Bu Yeni sudah terbiasa dengan Cika. Memang setiap akhir bulan, pasti Cika meminta uang lembur. Bu yeni tak mempermasalahkan hal ini, karena menurutnya Cika adalah tulang punggung keluarga yang harus mencukupi kebutuhan di rumah nya. Bu Yeni, cukup hafal dengan Cika. Biasanya, ia sudah menyiapkan uang lembur Cika lebih dulu dari pada yang lainnya. Karena, Cika selalu meminta uang lembur nya di akhir bulan.
***
07.15 WIB
Cika tepat berada di kantor, Cika sudah absen di lantai sepuluh terlebih dahulu. Lalu bergegas pergi ke ruangan Staf keuangan yang kebetulan berada di lantai dua. Cika membuka pintu staf keuangan dengan perlahan. Diliriknya ke kanan dan ke kiri, ternyata pagi ini staf keuangan agak ramai terlihat beberapa karyawan sudah mulai berdatangan.
Dia melihat ke arah jam dua, nampak terlihat tas Bu Yeni sudah bertanggar di atas meja. Melihat hal itu, hati Cika sedikit lega. rupanya Bu Yeni, sudah datang lebih awal darinya. Tapi, Cika tak melihat keberadaan Bu Yeni dimanapun. Cika mencoba bertanya kepada rekan Bu Yeni diruangan tersebut, rekan Bu Yeni menjelaskan bahwa Bu Yeni tengah di panggil pak Medi di Aula kantor dikarenakan nanti siang ada projek besar yang mungkin menelan biaya yang cukup besar untuk kantor. Maka dari itu pak Medi mengajak Bu Yeni langsung untuk berdiskusi sebelum client datang ke ruang rapat. Kenapa di aula? Karena pak Medi sedari tadi pukul 06.00 WIB pagi sudah berada di sana, entah apa yang dilakukannya.
Mendengar hal itu, Cika sedikit gelisah. Apakah ia, akan mendapatkan uang dari Bu Yeni tepat sebelum jam sepuluh malam. Mengingat jika ada client rapat bisa berlangsung cukup lama, bahkan sampah larut malam.
Cika hanya tertunduk lemas, sembari berjalan keluar menuju pintu lift yang berada di pintu keluar staf keuangan. Jatungnya tak berhenti berdetak kencang, Cika takut ia tak bisa membayar bunga kepada hantu kuburan tepat waktu. Bisa-bisanya, nanti jika tidak tepat waktu hantu kuburan ini akan ke kantor tempat ia bekerja. Omongan itu, selalu menjadi ancaman bagi hantu kuburan kepada Cika.
Pintu lift pun terbuka lebar, Cika memasuki lift dengan berjalan perlahan. Ditekannya angka sepuluh, tak lama kemudian pintu lift pun tertutup. Cika sendirian berada di dalam lift saat ini, pikirannya pun sedang sangat kacau. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat kusut. Padahal, penampilan Cika pagi ini terlihat sangat segar. Namun, perasaan hati selalu terbaca oleh raut wajah.
Tiba-tiba pintu lift terbuka, di lantai empat. Medi yang melihat Cika hanya termenung dipojokan lift pun menatap heran. Cika tak mengetahui jika pintu lift sudah terbuka, tatapannya kosong. Maka dari itu, Medi tampak khawatir dengan sikap yang ditunjukan karyawannya satu ini.
"Benar-benar enggak bisa di tebak ia, cewek satu ini? Hari ini bisa ceria, besok bisa murung. Apa sih maunya? Bisa banget bikin gue tambah penasaran!" Batin Medi sambil melirik ke arah Cika.
Pintu lift pun tertutup, terlihat jelas warna biru pada angka sepuluh. Cika masih juga, belum sadar bahwasanya di dalam lift hanya ada mereka berdua. Tatapan Cika masih saja kosong, ia terus memikirkan bagaimana caranya bisa mendapatkan uang dalam waktu cepat. Atau bagaimana caranya bisa bertemu Bu Yeni sebelum rapat dimulai.
Medi yang juga berdiri di pojokkan lift tepat disisi kanan Cika, menatap Cika amat dalam.
"Manyun gini aja enak bener dipandang, apalagi kalo ketawa ..." Batin Medi.
Tiba-tiba pintu lift terbuka, itu menandakan lantai sepuluh sudah tiba. Medi hendak melangkahkan kakinya keluar, namun Cika pun belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari pintu lift ini. Melihat hal ini, Medi pun mengurungkan niatnya.
Medi menekan lagi angka di dalam lift, tepatnya ke lantai paling atas dari kantor ini. Benar saja Medi benar-benar menekan angka lima belas, lalu pintu lift pun menutup kembali. Medi masih membiarkan Cika, termenung dalam diam. Walaupun dibenak Medi, banyak sekali yang ia ingin tanyakan. Namun, masih dibiarkan saja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments