Senin Ceria
Pagi-pagi Medi sangat bersemangat untuk pergi ke kantor, padahal jam menunjukan pukul 06.30 WIB.
Tak biasanya Medi sangat bersemangat kali ini, rupanya hari ini adalah hari yang sangat penting untuknya dimana dia akan mengadakan rapat penting pertama kalinya bersama seluruh karyawan PT SUCI ABADI.
Denga jas berwarna hitam, serta rambut yang ditata sangat rapi, tak lupa memakai dasi berwarna biru gelap. Sangat cocok di tubuh Medi yang sangat ideal. Tak lupa juga, Medi menambah aksesoris berupa jam tangan mahal bermerk sesuai dengan warna jas yang dia pakai saat ini. Ditambah dengan parfum Vanila yang manis, membuat tingkat ketampanan Medi dua puluh persen meningkat sangat tajam.
Sementara itu di meja makan, ayahnya Joko sudah menunggu Medi untuk menikmati sarapan bersamanya. Benar sekali hanya ada mereka berdua, karena Rendi semalam pulang Mabok jadi dia masih tidur dan entah kapan akan terbangun.
Joko memerintahkan pelayan, untuk menyiapkan nasi goreng untuk menu sarapan pagi ini. Ditambah dengan telur ceplok dan juga kerupuk. Walaupun pak Joko ini orang kaya, tapi dia sangat menyukai kerupuk. Baginya makan apa pun tanpa kerupuk, seperti ada yang kurang. "Orang kaya aja doyan kerupuk iya gaesssss!"
Pelayan di rumah pak Joko bagian memasak hanya satu, ini pun pelayan yang sudah mengabdi sangat lama bersamanya. Mbok Jum, sudah mengabdi kepada keluarga pak Joko kurang lebih tiga puluh tahun. Benar benar dari pak Joko masih belum menikah sampai sudah punya anak dua. Semenjak istri pak Joko meninggal, Mbok Jum inilah yang sering menemani pak Joko dirumah. Karena bagi pak Joko Mbok Jum, sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Mengingat usia Mbok Jum sudah memasuki enam puluh tahun. Namun demikian, mbok Jum masih nampak terlihat seperti umur lima puluhan.
" Tuan, ini makanannya sudah siap" tutur Mbok Jum sambil menata piring di meja makan.
" Baiklah mbok, kita tunggu Medi sebentar ia. Kemungkinan sekitar lima menit lagi media akan turun mbok ..." Jawab pak Joko dengan lembut.
"Baiklah, saya tinggal dulu iya tuan. Jika ada yang kurang boleh panggil saja saya ..." Terang mbok Jum.
Mendengar hal itu, pak Joko hanya mengangguk.
Sekitar lima menit berlalu, bernar saja Medi sudah nampak terlihat menuju meja makan. Pak Joko yang sudah sedari tadi menunggunya, mempersilahkan untuk duduk.
" Masakan mbokk Jum pasti enak nih ayah, pas banget nasi goreng kesukaanku ..." Tutur Joko sambil membuka piring yang ada di hadapannya.
Tanpa berlama lama, Medi langsung menyedok nasi goreng ke piringnya. Dilanjutkan dengan telur ceplok dan juga kerupuk.
Suapan demi suapan sudah mendarat sempurna di mulut Medi, saking lahapnya Medi pun sampai tak memperdulikan pak Joko yang sedang berada di sampingnya. Melihat Medi makan dengan sangat lahap, pak Joko pun hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Anakku, kamu tetaplah Medi yang kecil ketika dirumah ... Andai Rendi seperti kamu juga, dan tak banyak berulah!" Batin pak Joko, sedih sekaligus bahagia.
Mengingat Rendi dan Medi memang benar benar seratus delapan puluh derajat sangat berbeda.
Tak sampai dua puluh menit, rupanya nasi goreng mbok Jum mendarat mulus di perut Medi dengan sempurna. Pak Joko yang melihat itu pun, hanya menepuk pundak Medi secara perlahan. Melihat respon pak Joko, Medi pun sedikit malu dan tertunduk " maaf iya ayah ..." Hanya kata itu yang diucapkan Medi. Pak Joko hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
" Medi ... ayah titip perusahaan Padamu iya mulai hari ini. Mengingat kondisi ayah yang tidak mudah lagi, serta sakit sakitan. Membuat ayah tidak mungkin harus datang ke kantor setiap harinya. kamu ... Bekerja keras lah dengan lebih, kembangkan sayap seluas luasnya ... Agar perusahaan kita bisa bertambah maju dan berkembang!!"
Titah pak Joko serius, sambil menatap mata medi dengan dalam.
Mendengar perintah ayahnya itu, Medi sedih. Bukan sedih yang lain, dikarenakan melihat kondisi pak Joko yang setiap harinya semakin menurun. Ini yang membuat Medi khawatir sekaligus sedih. Mengingat dia hanya memiliki Ayah, dan dia tidak mau kehilangan.
Sambil menarik nafas panjang Medi berkata "Ayah, aku tak janji ... Tapi aku akan bekerja keras lebih untuk ayah ..."
Mendengar hal tersebut pak Joko langsung memeluk Medi dengan erat.
Suasana di meja makan pun, berselimut sedih. Melihat, suasana anak dan ayah ini. Rupanya diam diam mbok Jum memperhatikan pak Joko dan medi dari jauh.
***
Di Ruang rapat, semua staf dan karyawan sudah berkumpul. Mengingat perintah Medi kemarin, seluruh karyawan wajib hadir di dalam rapat pukul tujuh tiga puluh tanpa terkecuali. Cika, Lisa, dan yang lainnya sudah berpakaian rapi. Mereka semua tinggal menunggu Medi datang keruang rapat.
Kebetulan Cika dan Lisa duduk bersebelahan.
" Cik, kira kira pak Medi hari ini pakai jas warna apa iya? Gue udah enggak sabar ngeliat pangeran datang ..."Tanya Lisa.
Mendengar hal tersebut, Cika hanya melirik Lisa setengah melotot sambil berbisik
" Genit banget loe iya, inget pacar pacar pacarr !!!"
Nada Cika penuh dengan tekanan. Mendengar hal itu, membuat Lisa sedikit kesal dan mendorong Cika dengan perlahan.
Jam sudah menunjukan pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Tak selang berapa lama Medi sudah hadir di ruang rapat diiringi dengan asistennya. Medi langsung duduk di kursi utama, dan menatap seluruh karyawan.
" Selamat Pagi semuanya ...
perkenalkan saya Medi Saputra, selaku direktur utama di PT SUCI ABADI ...
Mulai dari hari ini, sampai pak Joko sembuh semua akan saya ambil alih!
saya berharap, kita bisa bekerjasama kedepannya dengan baik!"
Titah Medi, tegas, dan sangat berwibawa. Semua anggota karyawan pun menyambut Medi dengan tepuk tangan yang gembira. Tampak sekali Lisa yang sangat bersemangat. Cika yang melihat Lisa sangat berambisi pun hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala.
Tak terasa rapat pun sudah berjalan sekitar tiga puluh menit lamanya. Semua arahan sudah Medi berikan begitu juga dengan solusi masalah perusahaan. Mengingat Waktu yang sudah berjalan tiga puluh menit. Medi sesegera mungkin menutup rapatnya. Dan memerintah semua karyawan kembali ke ruang kerja dengan tugasnya masing-masing.
Satu persatu karyawan pun keluar dari ruang rapat, terkecuali Cika dan Lisa mereka tak mau keluar berdesakan atau beramai-ramai. maklum saja rapat besar kali ini di hadiri oleh seluruh karyawan yang berjumlah tiga ratus lima puluh karyawan. Jadi mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan ruang rapat ketika sudah dalam kondisi sepi.
" Cik, mau makan siang dimana nanti? Tanya Lisa sembari masuk ke lift yang sudah terbuka.
"Belum tau nih, enaknya makan apa iya?" Cika pun balik bertanya kepada Lisa.
Bukannya mendapatkan jawaban, malah kepala Cika dijitak kecil dibuat Lisa. Lisa kesal terhadap pertanyaan balik Cika yang enggak ada jawaban malah menanyakan balik.
" Loh iya cik, bener benerrrr!! Orang nanya, dia balik nanya ..." omel Lisa. Belum sampai disitu, ponsel Cika berbunyi beberapa kali
Ting ...
Ting ...
Ting ...
Ting ...
Ting ...
Mendengar hal itu, Lisa langsung melirik Cika. akhirnya mereka pun saling pandang.
"Kenapa loe, ngelitin gue kayak gitu? Biji mata noh, mau jatoh?" Terang Cika kesal.
Di karena Lisa melihatnya sedikit melotot tapi juga tersenyum.
"Eeehh Cika, tumben banget ponsel loh bunyi? Biasa juga hening kayak kuburan. Ini tumben bangeeeetttttt!" Teriak Lisa diujung katanya.
Belum sempat Cika menjawab, pintu lift sudah terbuka lebar. Cika buru-buru melangkahkan kakinya menuju meja kerja. Karena saat ini, ia enggan menjawab pertanyaan Lisa yang mungkin kepo tingkat tinggi terhadapnya.
Cika langsung menarik kursi di meja kerjanya. Lalu langsung menyalakan leptop dengan cepat. Melihat hal ini Lisa sangat kesal dibuatnya. Bukannya mendapatkan jawaban dari Cika, malah dibuat penasaran olehnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments