10.00 WIB
Semua orang nampak sibuk dengan pekerjaan masing masing. Terlebih Cika, sejak kejadian Medi tak masuk kantor kurang lebih satu Minggu, perubahan sikapnya pun nampak terlihat. Ia terbilang, lebih banyak diam dari pada berbicara.
Lisa yang nampak, asik bercermin dengan touch-up make up-nya tipis-tipis tiba-tiba terdiam seketika sembari melihat pria yang sedang berjalan di hadapannya. Dengan tubuh tinggi besar, dan sangat ideal. Aroma parfum yang khas membuat Lisa nampak tercengang.
Pria itu tak mengucapkan sekata apa pun, dia hanya berjalan lurus dan memasuki ruang kerjanya. Tiba-tiba, Lisa menyikutkan tangannya ke tangan Cika yang asyik menekan alphabet dengan lincahnya.
"Kenapa sih loe? jgn ganggu gue!" Tegas Cika.
Lisa pun masih tak menghiraukan ucapan Cika. Lisa terus, menyengol tangan Cika sampai akhirnya Cika menoleh ke hadapannya.
Lisa hanya memberikan kode mata kepada Cika, untuk melihat ke arah jam sembilan. Lalu dengan cepat, Cika mengarah ke arah yang dimaksud. Benar saja, rupanya Medi tengah memasuki pintu ruang kerjanya.
"Pak Medi, pak!! ..." Cika setegah berteriak. mendengar hal itu, Lisa secara spontan membekap mulut Cika dengan Erat. Sadar dengan ucapannya, Cika pun menundukkan kepala dan bersembunyi di bawang kolong mejanya.
Sebenarnya Medi tau jika Cika berteriak namanya. Tapi dia, memilih untuk tetap masuk ke ruang kerjanya tanpa melihat ke belakang. "ehmmm emmmmm emmm ..." Gerak Cika, sambil berusaha membuka dekapan mulutnya dari tangan Lisa. Lisa yang sadar hal itu, langsung melepas tangannya dengan cepat. "Sorry cik, sorry ..." ucap Lisa. Cika hanya menarik nafas dalam-dalam, dan kembali duduk sempurna di tempat duduk kerjanya.
"Eehh Cika, loe ngapain teriak teriak kayak tadi?" Tanya Lisa dengan tegas sambil betolak pinggang.
"hmmmm, gue spontan aja Lis ... Habis dari sekian purnama tuh sih Medi baru masuk. Seenggaknya kan di enggak punah ..." tutur Cika dengan nada yang sedikit menekan.
"Loe, bisa sopan enggak! Medi .. Medi ... Medi ... Adik loe die!!" Ucap Lisa sambil menunjukan tangannya ke arah ruang kerja Medi.
"eeeehh eehhh iya, sorry maaf-maaf keceplosan gue! Lagian luee iya Lis, kenapa bekap mulut gue iya? malu banget gue diliatin sama anak nak satu ruangan ini!" Ungkap Cika sambil melihat seluruh arah ruangan.
Lisa dengan sigap mentoyor kening Cika "emang ... Emang loee oon banget cik ... cik! coba loe pikir kalo pak Medi tadi denger dan sampai ke sini gimana cik? Gimana? Untungnya pak Medi enggak dengerkan! Buktinya dia langsung masuk ke ruang kerjanya ..." Jelas Lisa dengan sangat panjang.
Cika hanya memberikan respon anggukan dengan semua, apa yang dikatakan Lisa.
Sementara, di balik ruang kerja Medi pun hanya tersenyum melihat tingkah karyawannya. Diam-diam Medi melihat Cika, dari balik kaca ruang kerjanya. Sontak, Medi teringat satu hal dia langsung menepuk jidatnya pelan.
"Duuhh, kok gue bisa lupa ngabarin dia malam itu ..." Ungkap Medi.
Benar saja setelah kejadian makan nasgor bareng malam itu, niatan Medi memang ingin menghubungi Cika untuk memberikan kabar ketika dia sampai di rumah. Namun hal ini tidak sempat dilakukannya, mengingat keadaan malam itu sangatlah penting.
Selama satu Minggu lebih pun, Medi juga tak memainkan ponselnya sama sekali. Dia hanya fokus, menemani ayahnya dalam masa pemulihan. Jika, dilihat entah berapa banyak pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Untung saja malam tadi, sebelum berangkat ke kantor Medi menyempatkan mencharge ponselnya hingga full baterai. Jadi, hal yang ia lakukan pertama kali di ruang kerjanya adalah mengecek semua pesan yang masuk lewat ponselnya. Serta, mengecek beberapa email yang masuk dan dokumen yang menumpuk di atas meja kerjanya yang harus segera di tanda tangani.
Namun, semua hal itu dia kesamping sejenak. Dia mengambil ponselnya yang berada tepat di atas meja kerja. Lalu mencari di pencarian kontak, nama Cika. Betapa kagetnya Medi, rupanya no ponsel Cika di save di kontaknya dengan nama Cika manis sekali hal ini membuat Medi tersenyum sangat manis. Entah mengapa, hati Medi tergerak untuk mengirim pesan singkat kepada Cika melalui wa.
Medi
"kamu nyariin aku iya? 😊"
Tak lama, pesan itu pun centang dua di wa nya Medi. Sambil melihat ke arah kaca, Cika nampaknya Tidak melihat pesan yang dikirimkan oleh Medi. Terlihat Cika lagi asyik berdebat dengan Lisa. Entah apa yang mereka perdebatkan, melihat hal tersebut medi hanya tersenyum dan menggelengkan kepala secara perlahan. "Dasar bocil ..." Batinnya dalam hati.
Sebenarnya, hari ini Medi masih belum mau masuk kantor untuk melalukan aktivitas kerjanya. Karena, dari lubuk hati yang paling dalam. Ia benar-benar ingin, menemanin ayahnya yang sedang sakit dirumah sampai benar-benar sangat pulih. Namun, Medi juga tida bisa menolak permintaan ayahnya yang harus mewajibkan Medi pergi ke kantor hari ini untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya yang sedang menumpuk. Mau tak mau, Medi menurutin semua kemauan ayahnya. Karena, ia teringat pesan dokter Arman yang harus membuat ayahnya happy, karena dengan kita happy percaya enggak percaya itu juga meningkatkan masa pemulihan dengan baik.
Medi duduk dikursi kebesaran, sambil memegang Pena berwarna emas dengan tinta hitam. Satu persatu dokumen, yang sudah menumpuk di hadapannya dibaca dengan teliti. Setelah membaca satu persatu dengan teliti, Medi menandatangani secara perlahan. Akhirnya, satu persatu tumpukan dokumen yang menumpuk itu selesai juga ia kerjakan.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, ini menandakan jam istirahat makan siang dimulai. Sebenarnya hati kecil Medi, ingin melanjutkan mengecek email masuk yang ada di leptopnya. Namun, cacing- cacing di perut Medi memberontak keras. Ini cukup membuat Medi, memegangi perutnya.
Dilirknya ponsel di hadapannya, rupanya belum juga mendapatkan balasan dari Cika. Tanpa, pikir panjang lagi Medi memutuskan menuju kantin kantor dengan segera.
***
Cika sedang duduk dipojokan kantin kantor, sambil menikmati roti bakar yang ia pesan. kali ini, Cika hanya sendiri tidak ditemani oleh Lisa. Lisa lebih memilih makan siang, bersama my pacar di bakso pakde. Sebenarnya Cika, mau aja ikut tawaran Lisa untuk bergabung bersama mereka. Tapi setelah Cika pikir-pikir lagi, kayaknya enak di sendiri saja dari pada jadi obat nyamuk.
Walaupun ini sudah menunjukan akhir bulan, Cika mau benar-benar menikmati makan siang apa pun yang ia mau. Sebelum, menghadapi hantu kuburan dua hari lagi.
Ia, pembaca ....
Kalian harus tau dua hari lagi Cika harus menyiapkan uang sebesar satu juta empat ratus ribu rupiah ke pada hantu kuburan. Walaupun Cika setegah kepikiran, dia tetap harus membuat dirinya bahagia.
Cika melihat dari bilik kaca, ada sebuah burung yang hinggap di palem botol yang masih kecil. Melihat itu Cika hanya tersenyum, "enak banget iya loe burung! andaikan gue juga bisa bebas dari ini semua!" batin Cika dalam hati. Cika lalu tersadar dari lamunannya sejenak, dilihatnya lah ponselnya. Ia melihat ada pesan wa masuk, tapi tak ada namanya.
0813xxxxxxxx
"kamu nyariin aku iya? 😊"
Sontak saja mata Cika, membulat sempurna. "Siapa lagi ini yang wa gue?" cibir Cika.
Baru saja Cika ingin membalas pesan dari no baru tersebut. Cika dikagetkan dengan, sosok tinggi besar dihadapannya.
"Haiii, apakah disini bangkunyo kosong nona?" Sapa laki-laki itu.
Cika tidak menjawab apa pun, ia masih terdiam membisu.
"Sepertinya, saya tidak diizinkan duduk disini, baiklah saya akan cari kursi yang lain ... "Ujar laki-laki itu sambil tersenyum.
Cika, masih saja terdiam. Betapa kagetnya Cika, ternyata yang mengajaknya berbicara adalah Medi. Bodohnya, Cika hanya terdiam bukan tidak mau berbicara namun Cika masih terkejut melihat sosok Medi dihadapannya.
Baru saja Cika akan, memenggil namanya kembali. Medi sudah tak terlihat lagi. Alhasil, balas pesan Cika pun juga ikut terkirim yang isinya ...
Cika
"qwerrjajabakajajjaaan ..."
Benar benar typo banget nih cik iya pembaca.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments