Chapter 07

Setelah selesai makan malam, Sara menonton film di ruang teater. Gadis itu sudah tidur terlalu lama, jadi sekarang matanya sangat cerah belum mengantuk sama sekali. Dan tadi Bibi Carol menyarankan agar Sara menonton saja, maka disinilah gadis itu, untuk pertama kalinya Sara menonton sebuah film.

Sedangkan Nick dan Harry kembali ke ruang kerjanya, Nick akan kembali ke Paris dua hari lagi. Dan Nick harus membuat dokumen resmi untuk Sara, karena akan membawa gadis itu bersamanya.

"Aku ingin data gadis itu besok." kata Nick tidak bisa di bantah.

"Baik Tuan," jawab Harry, masih belum beranjak.

"Ada apa? Apa yang ingin kau katakan padaku?" tanya Nick melihat Harry ingin mengatakan sesuatu.

"Nona Ellen akan menjual Club itu Tuan." lapor Harry.

"Bukankah Club nya di kelola pria tua itu?" tanya Nick, Harry mengangguk.

"Iya, tapi Tuan Marcus meninggal lima hari yang lalu. Dan Club itu akan di jual oleh Nona Ellen, karena sejak awal Nona Ellen tidak ingin mengelola Club itu." jelas Harry.

"Suruh Theo membelinya, bukankah dia masih berada di Odense?" kata Nick menanyakan salah satu anak buahnya.

"Iya Tuan." sahut Harry.

"Saya permisi," pamit Harry undur diri, Nick hanya mengangguk.

Nick membuka laptop nya, pria itu harus memeriksa beberapa email dari beberapa sekretaris kepercayaannya. Sudah lima bulan lebih Nick meninggalkan kota Paris, dan lusa Nick memutuskan untuk kembali ke Paris.

Nick merasa sudah cukup meratapi nasib percintaannya, ia tidak ingin berlarut-larut patah hati dan mengabaikan pekerjaannya. Meskipun dimanapun Nick berada, pria itu selalu bekerja tanpa mengenal tempat dan waktu.

Setelah memeriksa beberapa email, Nick beranjak dari kursinya. Tubuhnya belum terlalu pulih, pria itu masih perlu banyak istirahat. Saat hendak menaiki tangga, sayup-sayup Nick mendengar suara yang berasal dari ruang teater.

Pintunya sedikit terbuka hingga Nick bisa menangkap suara itu karena dalam mansion memang sangat sunyi dan sepi. Saat Nick masuk ruang teater, di layar terlihat jelas pemeran utama pria dan wanita tengah melakukan adegan panas.

Suara-suara laknat yang keluar dari alat pengeras pun mampu membuat jantung Nick berdesir. Nick adalah pria dewasa dan normal, dimana se*ks sudah menjadi kebutuhannya.

Nick melihat Sara duduk didepan layar, namun gadis itu menutup telinga dengan kedua tangannya dan matanya terpejam rapat. Nick meraih sudut bibirnya dan menggeleng, lalu tangannya meraih remote dan mematikan film itu.

Sara membuka matanya setelah merasa sunyi, gadis itu terlihat beberapa kali menghela nafas berat seolah baru lepas dari marabahaya.

"Ahhh.... Nick...!!!! Astaga..." sara terkejut melihat Nick, gadis itu terjingkat dan memegangi dadanya.

"Siapa yang menyuruhmu menonton film seperti ini?" tanya Nick.

"A-ku, aku tadi bosan tidak tahu harus berbuat apa, aku juga tidak mengantuk. Lalu Bibi Carol menyarankan untuk menonton karena dia mau istirahat setelah bekerja sepanjang hari. Jadi...." Sara menggigit bibir bawahnya.

"Jadi kau menonton film dewasa?" sambung Nick, gadis itu menggeleng cepat.

"Bukan seperti itu, kata Bibi Carol aku bisa memilih film menggunakan remote itu. Tapi saat aku memencet tombol itu..." Sara bingung menjelaskannya pada Nick, sedangkan Nick sudah cukup mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Sara.

"Kembalilah ke kamarmu," titah Nick.

"Baiklah," Sara menundukkan kepalanya dan berjalan keluar, namun gadis itu kembali menoleh kebelakang.

"Nick, kau tidak marah padaku 'kan?" tanya Sara hati-hati.

"Ya, pergilah." usir Nick, Sara tersenyum dan kembali berjalan kearah kamar nya.

Sedangkan Nick menghembuskan nafas kasar, Nick seolah menyadari kesalahannya. Keputusannya membawa Sara ternyata tidaklah semudah yang ia bayangkan.

"Memungut anak kucing liar?" gumam Nick memikirkan Sara.

❄️❄️❄️

📍 Manchester, Inggris.

"Good morning Dad," sapa ramah seorang gadis.

"Morning sweetie," balas sang Daddy.

"Mommy belum pulang Dad?" tanyanya melihat kursi ibunya masih kosong.

"Seperti yang kau lihat sweetie," jawabnya tersenyum.

"Ayo kita sarapan." kata Daddy nya.

"Daddy pasti sangat kesepian," katanya dengan wajah sendu.

"Daddy happy, dan Daddy baik-baik saja. Don't worry sweetie." sahut Daddy nya sambil tersenyum.

"I know," ucap gadis itu, mengambil selembar roti panggang dan mengoleskan strawberry jam.

Suasana seperti ini sudah sering terjadi dalam kediaman Knight. Sejak enam belas tahun yang lalu, tepatnya saat Lucy mengetahui jika Elliott memiliki anak lain selain Dayana.

Wanita manapun akan marah dan kecewa saat tahu suaminya memiliki anak dari wanita lain, itulah yang dirasakan oleh Lucy. Hubungan suami istri itu merenggang hingga saat ini, namun Elliott tetap mempertahankan pernikahannya, karena tidak ingin ada perceraian.

Dengan resiko yang seperti dijalaninya ini, Lucy menjaga jarak darinya dan tentu saja tidak perduli lagi padanya. Jika tidak memikirkan Dayana, sudah lama Lucy menggugat cerai Elliott.

"Apa tidak sebaiknya Daddy dan Mommy bercerai saja?" kata Dayana di sela sarapan pagi, Elliott menatap tidak percaya pada putrinya.

"Aku tahu Daddy kesepian, jika Daddy bercerai dengan Mommy, maka Daddy akan bebas mencari kebahagiaan Daddy. Begitu juga dengan Mommy, dari pada kalian sama-sama tersiksa seperti ini." ucap Dayana.

"Sweetie, Daddy...." kata-kata Elliott menggantung di udara.

"Ini hanya saranku saja, kalian tidak perlu lagi memikirkan ku. Aku sudah dewasa Dad, aku sangat paham jika hubungan kalian tidak baik-baik saja." sela Dayana.

"Aku sudah selesai," Dayana menyesap susu di gelasnya.

Cup...

Gadis itu mencium pipi Elliott.

"Pikirkan lah Dad, aku pergi dulu." kata Dayana melenggang pergi, Elliott masih terdiam ditempat menatap kepergian putrinya.

"Maafkan Daddy..." lirih Elliott, menyesali kesalahannya. Walaupun tidak benar-benar menyesal, karena dari kesalahannya itu Elliott memiliki putri secantik Leah.

....

"Ellie, maafkan aku tidak bisa menjaga putrimu," lirih Jully merasa bersalah karena tidak bisa menjaga putri sahabatnya, bahkan kini Jully tidak tahu Leah ada dimana.

"Ini bukan salahmu, Jully. Ellie pasti mengerti, jika ada yang harus disalahkan itu Tuan Elliott. Bagaimana bisa seorang Ayah mengasingkan putrinya sendiri?" geram Berto.

"Sudahlah Berto, kau tidak akan mengerti." sahut Jully.

"Ya, aku memang tidak ingin mengerti. Sebaiknya kita kembali ke Manchester, Leah sudah pasti pergi dari tempat ini. Semoga saja gadis malang itu bertemu dengan orang yang baik." kata Berto, pria paruh baya itu juga menyayangi Leah, hanya saja ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk Leah.

"Ya, semoga saja." gumam Jully menatap sendu rumah kecil yang menjadi tempat tinggal Leah selama ini.

"Jika memang kau pergi untuk mencari kebahagiaan mu, semoga kau menemukan kebahagiaan itu sayang. Bibi selalu mendoakan yang terbaik untukmu . Dan semoga kau bertemu dengan orang yang bisa menerimamu dan mencintaimu." batin Jully lalu masuk kedalam mobil yang di kemudikan oleh Berto.

"Aku yakin Leah baik-baik saja di luar sana. Gadis malang itu sudah cukup menderita hidup disini." Berto meyakinkan Jully jika Leah baik-baik saja.

"Semoga...." sahut Jully menatap kearah jendela mobil, dan hanya pepohonan rimbun yang terlihat sepanjang mata memandang. Tidak salah memang jika pada akhirnya Leah pergi dari sini.

❄️

❄️

❄️

❄️

❄️

TBC 🌺

Di novel ini gak ada duoble up atau crazy up yaaa....

Tapi mudah-mudahan up setiap hari, karena author sudah menyerahkan beberapa chapter pada editor yang akan di rilis sesuai jadwal 🤗

Terpopuler

Comments

MommyRea

MommyRea

kami tetap sabar nunggu up nya Thor 😊...

2024-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!