📍Manchester, Inggris.
"Mom, are you okay?" tanya Dayana melihat Lucy duduk dihalaman belakang dengan secangkir teh di depannya.
"Hai dear, Mommy sangat merindukanmu." kata Lucy tersenyum dan merentangkan tangannya, Dayana langsung memeluknya.
"Aku juga sangat merindukan Mommy," kata Dayana menghirup aroma ibunya yang sudah sangat dirindukan.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Lucy mengurai pelukan nya.
"Seperti yang Mommy lihat, aku sangat baik. Mommy akan pergi lagi?" Dayana menatap Ibunya. Lucy membelai pipi mulus putrinya.
"Kau sudah besar sayang, kau pasti tahu jika hubungan Mommy dan Daddy mu tidak baik-baik saja. Bahkan Mommy tidak bisa membesarkan mu dengan baik, maafkan Mommy." kata Lucy, penyesalan mendera hatinya karena tidak bisa memperhatikan putri semata wayangnya.
"Apa itu artinya Mommy dan Daddy akan berpisah?" tebak Dayana.
"Ya, Mommy rasa sekarang saat yang tepat untuk mengakhiri hubungan kami yang sudah sangat tidak sehat ini." jujur Lucy tidak menyembunyikan apapun dari putrinya, Dayana sudah sangat dewasa dan bisa memahami segalanya.
"Mommy harap kau bisa mengerti, maaf jika Mommy gagal memberikan keluarga yang sempurna untuk mu," Lucy menggenggam tangan Dayana, gadis itu tersenyum tipis.
"Aku harap kalian bisa hidup dengan lebih bahagia setelah berpisah, kalian sudah terlalu lama menahan semua ini. Aku sudah cukup dewasa dan tidak perlu lagi mengkhawatirkan ku, aku mendukung apapun yang menjadi keputusan Mommy dan Daddy." ucap Dayana berbesar hati meskipun sebenarnya sakit, tapi setidaknya ayah dan ibunya tidak saling menyakiti lagi.
"Mommy dan Daddy adalah orang tua yang baik untukku, kalian tidak harus menjadi sempurna untuk menjadi baik." sambung Dayana.
"Terimakasih sayang, kau tumbuh menjadi anak yang baik dan bijaksana seperti ini. Mommy harap kau hidup dengan bahagia." kata Lucy penuh haru.
"Pasti, aku akan memastikan jika aku akan hidup dengan bahagia." sahut Dayana tersenyum lebar.
Lucy adalah wanita yang baik, hanya saja keegoisan dan ambisi dulu tanpa sadar membuat kehidupan rumah tangganya hancur karena memberi celah masuknya orang ketiga. Lucy sangat menyesali semuanya, kini apa yang menjadi ambisi dan obsesi nya dulu tidak ada harganya lagi karena harus di bayar dengan hancurnya sebuah keluarga.
❄️❄️❄️
Elliott menemui Lucy di Penthouse nya yang berada di pusat kota Manchester, Elliott ingin membujuk Lucy meskipun harus mendapat penolakan lagi, tapi setidaknya Elliott sudah berusaha untuk mempertahankan rumah tangganya.
"Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Elliott ketika Lucy membuka pintunya, wanita paruh baya itu menatap Elliott lalu mengangguk dan mempersilahkan suaminya masuk.
"Duduklah," kata Lucy mengambil sebotol anggur dan dua gelas kosong dari arah mini Bar nya, Elliott terus menatap istrinya.
"Aku tidak akan mengubah keputusan ku sekalipun kau berlutut di kakiku." kata Lucy sambil menuangkan anggur itu dalam gelas.
"Aku hanya ingin kita secepatnya berpisah dan mengakhiri segalanya," sambung Lucy memberikan satu gelas berisi anggur pada Elliott.
"Bukankah kau juga berhubungan dengan Jacob? Lalu kenapa kau hanya melihat kesalahanku?" kata Elliott, Lucy yang hendak meminum anggur tidak jadi, dan menatap balik Elliott.
"Ya, kau benar. Hubunganku dengan Jacob lebih hangat dari pada hubungan pernikahan kita, kami benar-benar seperti suami istri meskipun tidak ada ikatan pernikahan di antara kami." sahut Lucy dengan wajah datarnya.
"Aku tahu kau sudah mengetahuinya, tapi aku hanya memperjelas nya saja. Aku tidak perduli jika kau akan marah, Aku juga tahu jika selama ini kau menyembunyikan iblis kecil itu, tapi aku sudah tidak perduli lagi." jelas Lucy menyesap anggurnya.
"Dulu kau mengkhianati pernikahan kita karena wanita dari kelas rendahan itu, sekarang kau mengorbankan aku dan Dayana demi melindungi anak tidak sah mu." sambung Lucy tanpa perduli raut wajah Elliott yang berubah.
"Kau sudah memilihnya, Elliott. Dan aku tidak akan menghalangi mu lagi, bahkan jika kau ingin hidup bersama dengan anak itu. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, kita jalani hidup masing-masing." kata Lucy beranjak dari duduknya dan membuka pintunya.
"Sekarang pergilah, karena aku tidak ingin bicara lagi denganmu. Ini pertemuan terakhir kita sebagai suami istri, kedepannya jangan pernah menemui ku lagi. Jika suatu saat kau melihatku dari kejauhan, bersembunyi lah karena aku tidak ingin melihatmu." sambung Lucy menatap Elliott yang masih tak bergeming.
"Pergilah Elliott, jangan membuatku mengulangi kata yang sama." kesal Lucy karena Elliott belum beranjak.
"Aku mengakui kesalahan dan kebodohan ku, tapi sedikitpun aku tidak pernah mencintai nya. Kau satu-satunya wanita yang aku cintai dan selalu ada dalam hatiku, sampai saat ini." ucap Elliott, Lucy hanya tersenyum tipis.
"Sudah ku bilang jika aku tidak akan merubah keputusan ku sekalipun kau berlutut di kakiku. Aku tidak perduli dengan cinta dan hatimu, apalagi kata-kata yang baru saja kau ucapkan! Pergilah." usir Lucy. Dengan terpaksa Elliott beranjak dari duduknya bahkan pria itu belum meminum anggur yang di berikan oleh sang istri.
"Aku benar-benar menyesal dan minta maaf," kata Elliott setelah berada di dekat Lucy.
"Pergilah, aku tidak ingin mendengar apapun lagi." Lucy mendorong Elliott agar segera keluar dari Penthouse nya dan segera menutup pintu.
Sebenarnya Lucy juga tidak pernah membayangkan pernikahan nya akan berakhir seperti ini, tapi untuk bertahan dan kembali memulai semuanya dari awal itu sangat sulit bagi Lucy. Elliott bukan hanya khilaf semata, namun dengan sadar bermain api hingga membuahkan hasil yang nyata, bukan seperti hubungan one night stand tapi hubungan yang memang sengaja dan di kehendaki nya.
❄️❄️❄️
📍Paris, Prancis.
Nick membuka kemejanya di depan cermin besar yang ada di walk in closet nya, di kemeja putih itu terdapat beberapa cipratan jus delima yang terlihat sangat jelas. Nick mengambil kemeja berwarna abu-abu dan memakainya, pikirannya terus melayang pada Sara yang benar-benar polos tanpa rem.
"Bukan tugasku untuk mengajarinya 'kan?" lirih Nick bertolak belakang dengan isi hatinya.
"Tidak-tidak, aku terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk hal yang tidak penting." kata Nick menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah terlalu baik padanya. Mengeluarkan nya dari hutan, memberikan guru, bahkan menguliahkan ya nanti. Itu semua sudah cukup." Nick meyakinkan diri agar semua yang dilakukannya pada Sara sudah lebih dari cukup dan tidak ingin berbuat lebih jauh lagi.
"Tapi bagaimana?" Nick terdiam memikirkan jika Sara tetap seperti itu, berbicara tanpa melihat ada siapa dan bersama siapa. Apalagi jika nanti Sara sudah kuliah dan bertemu dengan banyak pria brengsek dan hidung belang?.
"Shitttt!!!" umpat Nick melemparkan dasi yang hendak di pakainya, lalu keluar dari walk in closet itu. Sikap acuhnya kalah dengan hati nurani Nick ketika memikirkan Sara, entah mengapa Nick merasa jika Sara adalah tanggung jawabnya, bahkan melebihi tanggung jawabnya pada Amber dan Ellen.
❄️
❄️
❄️
❄️
❄️
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
MommyRea
Nick belum menyadari bahwa sdh mulai bucin pada Sara, dgn dalih tanggung jawab ..😀😀
2024-01-31
1