Chapter 16

Hati demi hari Sara lalui dengan bahagia, gadis itu selalu semangat belajar dan tidak pernah berhenti menyunggingkan senyum manisnya. Apalagi kini Sara sudah resmi menjadi mahasiswi baru, hal itu membuat Sara semakin bahagia karena bisa bertemu dengan banyak orang setiap harinya.

Sara menjadi idola baru di kampus nya, wajah cantik, ramah, pintar, dan selalu welcome dengan orang baru membuat Sara di sukai banyak orang. Dan tentu saja hal itu membuat beberapa mahasiswi yang merasa tersaingi tidak suka pada Sara, mereka menganggap jika Sara sengaja tebar pesona dan menggoda para pria tampan di kampus nya.

"Sara..." panggil seorang pria, Sara yang sedang berjalan dengan Sandra teman barunya berhenti.

"He's very handsome, right?" bisik Sandra yang ada di sampingnya, namun ekspresi Sara biasa saja.

"Kau tahu namaku?" tanya Sara dengan tatapan polosnya, pria itu tersenyum.

"Tentu saja, aku Ansel." pria itu menyebutkan namanya dan mengulurkan tangannya. Sara tersenyum dan menyambut tangan Ansel.

"Sara, dan ini temanku, Sandra." ucapnya, Ansel juga menyalami Sandra.

"Aku senior di kampus ini dan aku cukup populer, tapi sepertinya kau tidak lagi populer setelah kedatangan mu." kata pria itu sambil tersenyum.

"Sorry, aku tidak bermaksud...." kata-kata Sara menguap di udara karena langsung disela oleh Ansel.

"No, no, no. Kau tidak bersalah, aku hanya bercanda." kata Ansel, membuat wajah Sara lega.

"Tapi aku serius, aku kesini hanya untuk belajar." kata Sara, Ansel tersenyum dan mengangguk.

"Mau berteman denganku?" tanya Ansel.

"Tentu saja, aku suka berteman dan ingin punya banyak teman." sahut Sara mengembangkan senyumnya.

"Kau sangat cantik," puji Ansel dengan sadar.

"Kau juga tampan. Benarkan, Sandra?" kata Sara menolah pada temannya yang tidak berkedip melihat Ansel.

"Hemmm." sahut Sandra menundukkan kepalanya.

"Sebagai tanda pertemanan kita, bagaimana jika aku traktir makan siang?" tanya Ansel.

"Aku mau jika Sandra juga ikut," kata Sara membuat wajah Ansel sedikit berubah namun tetap tersenyum.

"Tentu saja Sandra juga harus ikut." kata Ansel dengan terpaksa, Sandra kembali mengangkat wajahnya.

"Sorry, aku tidak bisa ikut. Aku harus segera pulang." Sandra sangat paham jika Ansel hanya ingin mengajak Sara saja.

"Baiklah, kalau begitu aku juga akan pulang." kata Sara.

"Tidak bisa, kau harus makan bersama Kak Ansel sebagai tanda pertemanan kalian" cegah Sandra.

"Aku juga belum pernah makan siang denganmu sebagai tanda pertemanan kita," sahut Sara membuat Sandra bingung.

"Kau ada kepentingan mendesak, Sandra? Ayolah kita makan siang dulu." bujuk Ansel, selama 25 tahun hidupnya belum pernah seorang Ansel membujuk seseorang untuk makan siang, apalagi seorang wanita. Yang ada para wanita selalu membujuk agar bisa makan siang bersama, tapi sepertinya kini bukan harinya Ansel di bujuk, bahkan malah membujuk.

"Oke," akhirnya Sandra setuju ikut makan siang bersama Sara dan Ansel.

❄️❄️❄️

Ansel membawa kedua gadis itu ke kafe yang tidak jauh dari kampus, Ansel merasa senang bisa makan bersama dengan gadis yang selama beberapa hari belakangan ini menjadi topik hangat seantero kampus.

Dan seperti yang mereka katakan jika Sara adalah gadis yang cantik, baik dan welcome pada siapa saja. Seperti gadis polos atau memang Sara adalah gadis yang naif, entahlah Ansel belum bisa menilai Sara.

"Boleh aku minta nomer ponsel mu, Sara?" tanya Ansel, mereka sudah selesai makan siang dan sedang menikmati desert.

"Nomer ponsel? Apa itu? Aku tidak punya ponsel." jawab Sara mengejutkan Sandra dan Ansel. Sandra juga belum tahu nomer ponsel Sara, tapi Sandra tidak tahu jika Sara tidak punya benda canggih yang sangat penting bagi setiap umat manusia sekarang ini.

"Baiklah jika tidak boleh," kata Ansel mengira jika Sara berbohong karena tidak ingin memberikan nomer ponsel nya, sangat tidak mungkin jika di era modern seperti gadis secantik Sara tidak punya ponsel apalagi media sosial.

"Ini sudah jam setengah satu, aku harus pulang karena Paman Simone sudah menjemput ku." kata Sara beranjak dari kursinya.

"Terimakasih atas makanan yang lezat ini, Ansel. Bye..." ucap Sara sambil tersenyum lalu pergi.

"Terimakasih juga Kak, aku pergi." Sandra mengikuti Sara yang berjalan terlebih dahulu, Ansel hanya diam dan menatap kepergian dua gadis itu.

"Menarik, sangat menarik." gumam Ansel lalu memanggil waitress dan membayar bill-nya.

...

"Selamat datang Nona," sambut kepala Tim ketika Sara masuk dalam mansion.

"Terimakasih, Paman Tim." kata Sara tersenyum.

"Apakah Nona akan makan siang sekarang?" tanya kepala Tim, Sara menggeleng.

"Aku sudah makan siang di kampus, seorang teman mengajakku makan siang sebagai tanda kami telah berteman." cerita Sara duduk di sofa tamu.

"Di kampus banyak orang-orang baik ya Paman. Hanya saja hari ini aku tidak bertemu dengan Elena." paman Tim mendengarkan semua cerita Sara, setiap pulang dari kampus, Sara selalu membawa cerita baru, dan kepala Tim akan menjadi pendengar yang baik.

"Apakah sekarang Nona punya banyak teman?" tanya kepala Tim menanggapi cerita Sara.

"Tentu saja, mereka sangat baik padaku dan aku sangat suka berteman. Seperti Ansel tadi, kami baru bertemu dan dia langsung mengajakku makan siang, sangat baik bukan?" kata Sara sambil tersenyum.

"Iya, sangat baik. Tapi Nona harus tetap berhati-hati, jangan terlalu dengan dengan mereka." kata kepala Tim, Sara mengangguk karena Nick juga berpesan seperti itu padanya.

"Paman, tadi Ansel minta nomer ponselku dan aku bilang jika aku tidak punya nomer ponsel. Dia tidak marah, hanya saja dia bilang jika aku tidak boleh memberikan nomer ponselku." cerita Sara kembali panjang.

"Apakah Paman Tim punya nomer ponsel?" tanya Sara, mata indahnya menatap pria paruh baya itu.

"Tentu saja Nona, semua pelayan di rumah ini punya ponsel, karena itulah hiburan mereka saat istirahat." jelas kepala Tim.

"Jadi hanya aku yang tidak punya?" lirih Sara, kepala Tim menundukkan wajahnya merasa salah bicara.

"Seperti apa itu nomer ponsel? Boleh aku tahu nomer ponsel Paman Tim?" tanya Sara, Kapala Tim melihat gadis itu lalu tersenyum dan mengambil ponselnya yang ada di saku celana.

"Ini namanya ponsel, disini kita bisa melihat seluruh isi dunia. Kita bisa melihat apa saja dan menghubungi siapa saja." jelas kepala Tim dengan sabar, Sara memperhatikan ponsel kepala Tim dan mendengarkan penjelasan dengan seksama.

"Apa Nick juga punya ponsel?" tanya Sara, Kapala Tim hanya mengangguk.

"Apakah kita bisa menghubungi Nick dengan ponsel ini?" tanya Sara, kepala Tim terdiam dan Dan melihat Sara.

"Bisa Nona, tapi sekarang Tuan Nick pasti sedang sangat sibuk, jadi kita tidak boleh menghubungi nya." jelas kepala Tim.

"Sebentar saja Paman Tim, aku mohon." ucap Sara memelas ingin tahu cara kerja benda segi empat yang tipis itu.

"Baiklah, kita coba sekali. Tapi jika Tuan Nick tidak mengangkat nya, kita tidak boleh menghubungi nya lagi." kata kepala Tim, Sara mengangguk setuju.

❄️

❄️

❄️

❄️

❄️

TBC 🌺

Terpopuler

Comments

MommyRea

MommyRea

semakin penasaran... lanjut Thor 😊

2024-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!