Part 13

Malam harinya, saat makan malam. Di meja makan sudah ada Zara yang duduk menyuapi Axel yang sudah mulai ia berikan mpasi sedikit-sedikit. Bayi itu sedang duduk di pangkuannya dan terlihat senang saat bisa mencoba makanan yang berbeda setiap harinya.

Berbeda dengan Zara yang terlihat sibuk menyuapi Axel, hingga dia lupa memakan makanannya. Arsenio yang sejak tadi sudah selesai makan dan duduk di ruang tengah terlihat kesal, karena Zara belum kunjung makan saat jam sudah menunjukan pukul 9 malam.

Dan malah telaten menunggu Axel mencerna makanannya. Pria itu membawa laptop dan satu berkas yang sedang ia kerjakan. Lalu meraih makanan Zara dan mulai menyodorkan makanan kepada baby Sister tersebut.

Zara yang baru sadar apa yang di lakukan Arsenio ini, membuat dirinya terdiam dan menatap aneh. Tatapan yang menunjukan kebingungan, bagaimana tidak bingung jika sikap majikannya yang semula kaku dan datar kini dalam sehari bisa berubah drastis. Apa pria itu sedang bertukar jiwa atau bagaimana? Pikir Zara.

"Buka mulutmu, aku sedang tak punya waktu untuk menunggu mu makan." Ucapan tegas itu membuat Zara reflek membuka mulutnya dan mengunyah makanan dengan pikirannya sendiri.

"Ini sudah jam malam, aku tidak ingin ada yang masih tinggal di dapur dan malah mengusik tidurku nanti." Alasan Arsenio hingga membuat Zara hanya mengangguk percaya.

Pria itu menyuapi Zara sambil mengetik beberapa berkas. Hingga sebuah celetukan Zara membuat pria itu terdiam sebentar.

"Anak mu itu tidak salah, dia adalah anak yang menggemaskan. Sebesar apapun kau membencinya, Dia juga tidak bisa memilih harus hidup di keluarga mana."

Pria itu terlihat menatap Zara yang menunduk dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Gadis yang sudah berani itu terlihat menunduk takut setelah mengatakan itu. Takut pria itu tiba-tiba mengusirnya dan menyeretnya keluar.

"Makanlah lagi." Ucap pria itu kembali menyodorkan makanan pada Zara, gadis itu hanya menurut.

"Axel sudah selesai makan, aku bisa makan sendiri." Ucap Zara mengambil alih sendok di tangan Arsenio yang terlihat memberikan tanpa sepatah kata pun. Pria itu tetap disana menemani dengan mengetik lagi sembari menunggu Zara selesai makan.

Axel terlihat sangat menggemaskan di gendongan Zara, anak mungil itu terlihat memainkan jemarinya sembari menatap Zara yang sedang mengunyah makanannya.

Selesai makan Zara sudah meletakan Axel di kasur lantai tak jauh dari meja makan, gadis itu segera membersihkan Piring yang kotor. Arsenio terlihat menatap sebentar bayi kecil yang tersenyum padanya, ada yang beda dari tatapan itu. Entah sejak kapan tapi dirinya sudah perlahan tidak merasakan kebencian yang mendalam pada anaknya itu.

Hingga tak ingin terlarut dalam pikirannya, Arsenio kini bangun dari duduknya dan kembali kekamar dengan berkas tadi. Zara hanya menaikan bahunya saat bos nya itu pergi, pasalnya Arsenio memang tidak bisa di prediksi.

.

.

.

.

Keesokan paginya, Arsenio terlihat sudah rapi dengan pakaiannya. Pria itu menatap dapur yang masih sepi, biasanya Zara sudah ada di sana dan menyiapkan sarapan. Kini gadis itu tak terlihat batang hidungnya. Perlahan, Pria itu mengetuk pintu kamar Zara hingga suara tangis Axel yang terjawab. Pria itu masuk tanpa permisi dan melihat Zara sedang berusaha untuk memenangkan anak itu dengan wajah pucat.

Dengan cepat kaki pria itu menghampiri Zara dan memeriksa kepala Zara yang ternyata demam tinggi dan kini berusaha untuk menenangkan Axel.

"Sepertinya Axel lapar, dan aku tidak bisa ke kantor hari ini." Ucap Gadis itu dengan serak dan juga di sela-sela batuknya.

"Kamu demam ayo ke dokter!" Ajak pria itu dengan khawatir.

"Tidak apa, nanti juga sembuh. Hari ini-''

"Jangan keras kepala, ayo bangun dan ke dokter."

"Aku tidak mau! Axel harus makan dulu! Minggir!" Untuk pertama kalinya gadis itu bicara dengan nada tidak sopan seperti biasanya. Mungkin karena kepalanya sedang sakit lalu di tambah Axel yang menangis rewel membuat Zara kehilangan kendali.

Zara yang sudah berdiri kini di bopong oleh Arsenio hingga membuat pria itu menggendong Zara dan Axel yang sedang di gendongan zara.

"Lepas! Aku tidak mau kedokter! Axel masih menangis... " Kesal Zara yang sudah hendak di ajak keluar pintu Villa.

Pria itu kembali berbalik dan mendudukkan gadis itu di meja makan.

"Apa yang harus ku siapkan untuk bayi ini?" Tanya Arsenio dengan menggulung lengan kemeja birunya dan menaruh jas yang semula ia kenakan.

"Di kulkas ada buah apel, tolong kupas dan blender dengan sedikit air." Ucap Zara pada akhirnya meminta tolong, karena kepala yang sudah sangat berat.

Oekkk

"Kenapa dia masih berisik, bukankah sedang di buatkan makanan?" Tanya Arsenio yang membuat Zara hanya bisa tersenyum tipis. Gadis itu terlihat beberapa kali memberikan susu yang masih belum terminum, namun Axel masih rewel.

Pria itu juga terlihat berkutit dengan pan, yang ternyata sedang membuatkan Zara bubur.

"Kemarikan..." Zara berusaha untuk menyuapi Axel yang masih rewel meski tidak serewel tadi, namun masih terdengar bayi itu menangis sebentar bila mulutnya tidak terisi makanan.

Hingga Akhirnya Axel tidak mau makan lagi dan kembali merengek. Tidak hanya Zara yang terlihat frustasi, namun Arsenio juga sudah menampakan wajah marahnya.

"Maaf jika kau terganggu, aku akan mengurusnya di dalam kamar." Ucap Zara pada akhirnya karena tak mau Arsenio marah.

"Duduk! Makan buburmu lebih dulu." Ucap Arsenio dengan memilih pergi ke kolam renang dengan ponselnya meninggalkan Zara di dapur. Zara yang tak merasa lapar, dia memilih ke kamar dan berniat menggantikan pakaian untuk Axel.

Namun saat tangannya menaruh Bayi itu di kasur, kepalanya terasa berputar. Hingga akhirnya Zara terduduk di sebelah Axel dengan berusaha menenangkan diri.

"Kenapa dengan ku?" Pikirnya dengan perasaan kesal.

"Hei! Kenapa keras kepala sekali, sudah ku bilang makan buburmu!" Oceh Arsenio yang membawa bubur kedalam kamar zara.

"Katakan apa yang perlu aku bantu!" Kata Arsenio saat Zara masih terdiam menundukan kepalanya.

"Ambilkan baju ganti untuk Axel dan juga jangan lupa ambil termometer."

Pria itu dengan telaten menuruti ucapan Zara yang masih pucat dan lemas. Hingga akhirnya termometer itu menunjukkan bahwa suhu badan Axel tinggi. Berarti Bayi itu tertular panas badan dari Zara.

"Astaga! Ternyata demam." Ucap Zara dengan terkejut.

"Dokter dalam perjalanan kemari, nanti anak ini juga akan di periksa." Ucap Arsenio menenangkan.

"Mau apa? Biar aku saja..." Ucap Pria itu yang kini sudah mengambil alih Axel dan menggendong bayi itu dengan mengajak nya berkeliling kamar, dengan beberapa kali menyanyikan lagu yang entah kemana nadanya.

Zara hanya bisa menatap dengan lesu, saking tak kuatnya duduk. Zara tanpa sadar merebahkan dirinya ke kasur dan perlahan terlelap.

Namun Axel masih rewel, hingga membuat Arsenio keluar kamar dan menenangkan Axel di luar kamar Zara.

Tak berselang beberapa lama, Zara di periksa dokter begitupun Axel. Bayi itu dan Zara di minta untuk tidur di kamar terpisah. Agar nanti panas Axel tidak tambah tinggi karena Zara yang masih demam.

Kevin yang sudah ada di sana kini mengantar dokter dan membelikan obat untuk Axel dan Zara. Lalu setelah itu semuanya di urus oleh Arsenio, karena kevin harus meng-handle urusan kantor yang diserahkan padanya.

"Perlu saya carikan baby sister lain tuan?" Tanya Kevin saat menelisik wajah frustasi Arsenio saat memberikan obat tadi ke Axel.

"Tidak, kembali saja ke kantor dan kirimkan rinciannya di email." Ucap pria itu yang sebenarnya merasa butuh baby sister lagi namun, mengingat Zara yang begitu menyayangi Axel hingga tak ingin gadis itu terluka nantinya.

"Baik tuan... " Kevin kembali ke kantor untuk meeting dengan klien yang sudah di jadwalkan.

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

arsenio mulai suka tuh ....

2024-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!