Dering alarm ponsel membuat Zara terlonjak bangun saking kagetnya. Ia yang berniat akan memejamkan mata hanya 10 menit kini malah tertidur pulas hingga pagi. Matanya mengerjap cepat saat tidak menemukan pemilik kamar.
"Sudah bangun? Sepertinya kasur ku sangat nyaman!" Ucap Arsenio yang baru datang dengan kimono mandi.
"A-apa anda tidur disini kemarin?" Tanya Zara wanti-wanti.
"Apa kamu ingin tidur dengaku?" Pertanyaan di jawab pertanyaan semakin membuat Zara kesal pagi-pagi begini.
"Bukan itu maksudku! Aku hanya-"
"Jangan banyak berfikir! Aku tidur di ruang tengah kemarin. Tapi jika kamu ingin bisa tidur denganku, akan aku pikirkan... " Ucap Arsenio dengan ekspresi meledeknya.
"Tidak! Aku hanya bertanya saja!" Ucap Zara segera bangun dari kasur, bahkan saking takutnya akan ucapan pria itu. Zara sempoyongan saat akan keluar kamar.
Pria yang jahil itu terkekeh saat melihat Zara keluar kalang kabut.
"Dasar anak kecil!" Celetuk pria itu dengan tangan meraih lemari lalu mengenakan pakaiannya.
Berbeda dengan Arsenio, Zara kini terlihat masih memikirkan ucapan Arsenio. Dengan terus berfikir gadis itu menuju kamarnya untuk bersiap sebentar. Bahkan saat mandi pun gadis itu masih berfikir tentang apa yang dilihatnya semalam.
"Sepertinya pria itu ku lihat tidur di sebelah Axel dan satu ranjang dengan ku. Apa itu hanya halusinasi ku saja ya?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Sudahlah, mungkin hanya bunga tidur saja."
Segera setelah memutuskan bahwa yang ia lihat kemarin adalah bunga tidur, Zara menyiapkan sarapan untuk Arsenio dan Axel. Gadis yang biasanya di siapkan sarapan kini sudah terbiasa menyiapkan sarapan untuk orang lain.
Sesaat makanan itu jadi dan di hidangkan, suara tangis Axel terdengar. Dengan segera Zara berlari kecil untuk mengambil Axel.
"Good morning baby...." Sapa Zara pada Axel yang masih menangis tidak menemukan Zara di sebelahnya. Padahal ada Sang papa yang sedang sibuk di depan cermin. Namun, pria itu sama sekali tidak mau mengambil anaknya sebentar.
"Ada apa sir?" Tanya Zara saat melihat Arsenio terus memainkan dasi yang bahkan belum terpasang itu.
"Aku tidak bisa memakainya!" Ucap Arsenio yang terdengar ketus, sepertinya sedarii tadi pria itu terus mencoba melakukannya.
"Aneh sekali, biasanya sudah ada yang jadi... " Gumam Zara heran.
"Jika tidak ingin membantu keluarlah!" Ketus Arsenio.
"Akan aku bantu... "
Sesaat setelah mengucapkan itu, senyum samar terlihat di wajah pria matang tersebut. Bahkan ia berusaha untuk tidak tersenyum saat Zara membantunya memakai dasi. Axel yang di taruh di bawah seketika menatap kesal. Bayi mungil itu seakan tau bahwa papanya hanya mencari alasan agar di bantu oleh Zara.
"Kamu terlalu pendek!" Celetuk Arsenio, Zara yang mendelik kesal kini terpekik saat tubuhnya tiba-tiba saja di gendong dan didudukan di atas meja kerja pria itu.
"Aaa!" Pekik Zara.
Bahkan saking kagetnya, gadis itu masih terbengong sesaat setelah duduk di atas meja.
"Kamu sangat suka posisi ini ya? Hingga kamu sangat ingin berlama-lama memasang dasi ku!" Ucapan Narsis itu seketika membuat Zara tersadar bahwa dia di permainkan oleh pria matang satu ini.
"Mimpi!" Sahut Zara lalu kembali melanjutkan memasang dasi itu.
Wajah yang begitu cantik dan teduh di mata Arsenio membuat pria itu tanpa sadar memajukan wajahnya perlahan. Seakan ia ingin sekali mencicipi bibir mungil gadis di depannya ini.
Sebelum Arsenio melangkah jauh, Axel menangis dengan kencang hingga membuat Zara menoleh.
"Sebentar ya Baby boy... " Ucap Zara lalu mendorong Arsenio saat dasinya sudah terpasang.
Dengan wajah sebal pria itu menatap anaknya yang masih menangis seakan mengejek pria itu. Zara segera meloncat turun lalu mengambil Axel dan mengajaknya keluar.
"Tidak buruk... " Ucap Pria itu saat melihat dadi yang sudah terpasang rapi. Segera ia mengambil tas dan keluar menyusul Zara.
Di meja makan, Arsenio duduk sendiri sekitar 15 menit. Setelah itu Zara datang dengan pakaian kerja dan Axel yang sudah tampan dan harum.
"Ayo sarapan baby boy... "
Arsenio memperhatikan Zara, pria itu kembali terkagum-kagum saat menatap gadis kecil itu. Usianya baru menginjak 20 tahun namun dia sudah bisa mengatur waktu untuk dirinya dan Axel. Rasa yang bahkan tidak di ketahu bule satu ini terus merembet jauh dan entah sudah sampai mana.
Tak berselang lama, suara deru mobil dari Kevin terdengar. Hari ini mereka akan ada jadwal keluar kota. Zara akan tetap di kantor untuk rapat dengan beberapa karyawan sebagai perwakilan dari Arsenio.
"Ayo berangkat!" Ucap Arsenio.
Zara yang hendak meraih stroller Axel tiba-tiba saja melongo saat pria itu membantunya menaikan Axel kedalam mobil. Ada yang aneh dari pria itu hari ini, dia membantu tanpa bicara.
Kevin yang memperhatikan dari kaca depan hanya tersenyum sangat tipis. Bahkan mungkin tidak terlihat jika tidak di perhatikan dengan benar.
.......
Siang harinya, setelah makan siang Zara segera menidurkan Axel lalu menemui beberapa karyawan yang lain di ruang rapat. Zara menyampaikan keinginan dari bosa mereka dengan bahasa yang sopan. Bahkan mungkin, karyawan yang lain jika bisa memilih mereka akan memilih membuat Zara menjadi perantara mereka agar, tidak bertemu dengan pria kaku dan menyeramkan seperti Arsenio dan Kevin.
Setalah rapat, Zara merangkum semua ide dan gagasan dari karyawan lalu membuatkan laporan agar bisa di pertimbangan oleh bos nya.
Saat akan mengeprint beberapa laporan ternyata printer yang ada di ruangannya rusak, dan mau tidak mau ia harus mengeprint di ruangan karyawan yang lain. Sebelum pergi Zara menatap Axel sebentar.
Sepertinya bayi itu sangat lelap dalam tidurnya, jadi bisa di perkirakan kalau dirinya bisa meninggalkan Axel sebentar.
Sepeninggal Zara, seorang wanita yang melihatnya keluar dari ruangan kini malah wanita itu yang masuk. Langkah nya yang panjang kini berhenti di depan stroller yang sedang menampakan Axel tertidur. Dipandanginya anak itu dari atas sampai bawah, lalu tangannya segera mencuri beberapa foto.
Saking terlena akan Axel, wanita itu tidak sadar bahwa pintu telah dibuka dan Zara masuk dengan berkas di tangannya. Gadis yang bingung itu kini menghampiri sang wanita.
" Nona Elizabeth?" Ucap Zara yang kini berdiri di sebalah Elizabeth.
"Ku kira ini adalah ruangan Nio." Ucap Elizabeth menggunakan bahasa Inggris, Zara yang sudah sadar betul kini sudah bisa menggunakan beberapa bahasa karena, Arsenio terus mengajarinya hingga kepalanya ini rasanya mau pecah.
"Jika memang kau salah masuk ruangan, kenapa kau masih memandangi Axel?" Tanya Zara penuh selidik.
"Aku hanya memastikan bahwa dia masih hidup atau tidak!" Ucap Elizabeth yang terdengar kasar di telinga Zara.
"Kau! Bagaimana bisa kau berfikir dia telah tiada?" Ucap Zara tercekat, dadanya bergemuruh mendengar ucapan wanita cantik itu.
"Karena aku yang menginginkan ketiadaan nya!" Ucap Elizabeth dengan tenang lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu tanpa tau malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Atik Marwati
ah jadi rempong ....
2024-09-20
0