Part 4

"Kamu ingin resign?" Pertanyaan yang tiba-tiba dari managernya itu membuat Zara terlonjak kaget. Pasalnya, ia belum berkata apapun.

"Iya Bu, bagaimana ibu bisa tau?'' Tanya Zara heran, wanita kepala 4 tersebut hanya tersenyum lalu menggeleng.

"Tentu saja tau, kamu tipikal orang yang mudah di tebak. Kita tidak akan bicara serius seperti ini jika kamu tidak ingin resign." Ucap wanita itu dengan mata melirik jam dimana dia harus pulang.

"Kapan kamu ingin berhenti?" Zara terdiam sebentar.

"2 hari lagi adalah hari terakhir saya disini." Sahut Zara mantap, sang manager itu mengangguk lalu bangun dari duduknya.

"Semoga kamu betah di tempat kerja yang baru ya, meski ibu sering marah-marahin kamu tapi ibu tetap sayang. Sedikit tidak rela rasanya kamu pergi." Ujar wanita itu sembari memeluk Zara, jika sudah seperti ini jangan sampai ia berubah pikiran.

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sang manager sudah pulang, Zara turun ke kamar bule itu untuk menjaga bayi mungil tersebut. Di saat sampai disana, ternyata bule kasar itu sudah rapi dan di tunggu oleh temannya.

"Why you so slowly?" Kata pertama saat Zara baru saja tiba, membuat Zara sebal saja.

"This's your clothes! You can sleep in my room." Kunci di berikan oleh pria itu lalu hendak pergi. Sejenak pria itu kembali lagi berbalik.

"Siapa namamu?" Tanya bule itu yang lupa siapa nama orang yang ia ajak bekerja sama.

"Zara, and you?"

"Arsenio Brandon." Tanpa bicara lagi kedua pria itu pergi dengan sombongnya, cih! Menyebalkan, kenapa ia harus memiliki kontrak dengan pria kaku itu.

Zara masuk kedalam kamar itu dan menatap bayi tampan yang sedang tertidur. Sayang sekali, bayi yang seharusnya di sayang kedua orang tuanya Kini harus di tinggal bekerja.

Gadis yang penasaran akan isi kamar Arsenio, kini berkeliling. Ia tak menemukan apapun yang menunjukan bahwa kamar ini di huni. Semua pakaian masih di dalam koper termasuk pakaian baby. Yang pasti kamar ini bersih, pria tersebut pasti sangat suka kebersihan.

"Aku lapar, dasar pria tidak punya perasaan. Sekarang aku harus makan apa? Jika aku ke restoran pasti mbak Nila akan banyak bertanya dan aku pasti akan sangat jujur." Zara bolak-balik bagai setrikaan, lalu tersenyum.

"Aku punya idea!" Seru gadis itu lalu berlari ke arah telepon kamar dengan memencet nomor restoran, tak lupa sebelum itu ia menyamarkan suara terlebih dulu.

"Hello."

"Hai, can I order something for my self. And can you bring the food in my room." Zara bicara dengan logat India, ia sangat tau ini adalah cara efektif untuk memesan agar tidak di ketahui oleh siapapun. Ia sangat ahli jika menggunakan logat India.

"Yes mam....."

Setelah memesan dengan banyak tarikan nafas dan logat yang beberapa. Zara terbaring di kasur tersebut lalu memeluk sebentar Axel yang sedang tertidur pulas.

Gadis yang sudah merasa badannya sangat lengket kini mengambil bag berisi pakaian lalu tak lupa menutup tirai agr nanti tak ketahuan siapapun yang ada di hotel. Dan semoga saja, motornya yang terparkir di parkiran tidak di sadari oleh siapapun.

Zara mandi dengan air bathtub karena ia tau nanti jika Axel menangis ia bisa mendengar jelas.

Kiranya 10 menit, Zara keluar dengan dress selutut. Apa pria itu tidak mengukur kalau dirinya sangat tinggi jadi dress ini kekecilan untuknya. Namun, ia suka karena dress ini sangat cantik.

Saat tirai di buka sedikit, ia mendapati makanan sudah ada di luar. Dan ia baru sadar bahwa dunia sudah mulai gelap. Zara segera masuk dan mengunci rapat pintu tersebut karena ia sangat takut sekarang.

Axel terbangun dengan rengekan kecil, Zara segera menghampiri lalu menimang bayi mungil tersebut.

"Good evening baby Axel, apa kamu ingin bermain?" Tanya Zara untuk menghalau rasa takutnya.

Tak lupa menyalakan tv lalu ia berjalan menimang baby dengan sesekali berhenti untuk menyuapi makanan ke mulutnya. Namun sepertinya Axel sangat rewel jika di malam hari. Buktinya saja, Anak sekecil itu masih terjaga dan terus merengek.

Zara menaruh baby Axel di atas kasur lalu membuatkan susu sambil sesekali mengunyah makanan. Gadis itu tak menyerah untuk menenangkan Axel yang rewel.

Hingga kiranya 20 menit kemudian, Axel terdiam namun tak tertidur. Baju yang Axel gunakan sudah di ganti dan tentu sudah minum susu hingga bayi itu tenang dan hanya menatapnya. AC di dalam kamar sudah ia matikan, karena cuaca saat ini juga sangat dingin.

"Pantas saja, banyak ibu yang baru melahirkan itu mengalami baby blues. Ternyata sesulit ini untuk menenangkan bayi." Gadis itu bicara dengan mulut sibuk mengunyah makanan dan menyelesaikan makannya.

Tv yang menyala menampilkan lagu anak-anak yang dimana Zara juga suka. Jadi bukan hanya Axel yang terdiam, melainkan Zara juga sibuk menonton serial tv anak-anak.

"Baby Axel, dimana mama mu? Kenapa tidak bersama papa jahat mu? Kasihan sekali kamu ya, anak baik seperti mu tak pantas untuk mereka." Gumam gadis itu, hatinya tersentuh kala bayi itu hanya menatapnya dengan tersenyum.

"Axel yang pintar tidak butuh mereka ya, Axel bisa menjadi anak yang kuat dengan sendirinya." Ucap Zara lagi, kemana orang tua yang melahirkannya? Kemana mereka yang membuat bayi ini hadir? Memang benar kata orang, manusia tidak pernah puas akan apa yang di berikan pada mereka.

Tidak apa Axel, selama aku masih bisa menjagamu. Aku akan memberikan semua kasih sayang yang aku pernah dapatkan dari orang tuaku.

Zara merebahkan dirinya di sebelah bayi yang sepertinya sudah mulai mengantuk. Di saat malam begini, hanya ia yang berada di kamar ini. karena kamar yang ada di sebelahnya semuanya kosong. Sekelebat cerita horor tentang hotel ini hadir di dalam benak nya.

Saliva yang tercekat di tenggorokan semakin membuatnya tak bisa berfikir jernih. Ia bahkan merasa ada yang menatapnya dari arah pintu. Baby Axel ternyata sudah tertidur dan Zara tak tega membangunkan bayi itu hanya untuk menemaninya.

Tok

Tok

Tok

Bulu kuduk gadis itu semakin naik saat mendengarnya. Tv yang ia nyalakan tak bisa menghalau rasa takut gadis itu. Selimut tebal itu ia naikan hingga kepalanya. Zara mencoba menutup matanya namun ketukan itu terus menerus bahkan lebih kencang.

"Wahai tuan yang sedang mengetuk pintuku, tolonglah pergi tak ada tumbal yang bisa ku berikan padamu. Pria yang ingin aku tumbalkan sedang keluar untuk bekerja, nanti saat dia kembali aku akan meminta dia menemui mu." Gumam Zara terus menerus dan berulangkali.

Perlahan ketukan itu menghilang, bahkan langkah kaki juga perlahan menjauh.

"Syukurlah, hantu itu bisa di ajak kompromi!" Lega Zara dengan menurunkan selimut hingga dada. Selintas ucapannya kini ia pikirkan.

"Aku ingin menumbalkan Aresenio, apa dia mau aku tumbalkan?" Pikir gadis itu lalu menatap Axel. "Hehehe, ini rahasia ya Axel. Syutt..." Zara tertidur dengan memeluk Axel yang sudah terlelap.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!