Sore harinya, Zara keluar bersama temannya yang tak lain adalah sahabat terbaiknya. Yang selalu saja ada dan siap membantunya dalam hal apapun. Pasal dirinya yang bekerja dengan Arsenio ia ceritakan juga pada gadis itu. Namanya Tantri, gadis dengan postur tubuh yang lebih tinggi dari Zara. Dengan senyum manis dan juga mandiri. Gadis itu layaknya pejuang tangguh yang meski sudah terseret arus pun masih tetap bisa berdiri tegak.
Mereka berdua kenal dari SMA, Zara yang tipikal mudah bergaul bertemu dengan Tantri yang pendiam. Sialnya Zara mengubah terlalu banyak gadis itu. Hingga Tantri lebih gila darinya.
Brumm brummm
Suara motor yang di kendari oleh Tantri pun tiba, Zara terbuyar dari lamunannya. Suara cempreng yang ia rindukan sudah terdengar memekakkan telinga.
"Heh!!! Kenapa masih berdiri disana! Keburu malem nih!! ayo cepetan! Biar bisa jalan-jalan!! " Teriak Tantri pada Zara, dengan segera gadis itu mendekat takut tambah mengomel lagi si cempreng.
Tak menunggu waktu lama, mereka sudah mulai menyusuri jalan untuk pergi ke tempat makan yang menjadi favorit mereka berdua yaitu mie ayam ala bu lilis. Sudah sejak SMA mereka langganan pada warung tersebut, karena situasi dan waktu yang sulit membuat mereka jarang bersama ke warung Mia ayam itu.
"Gimana disana? Aman kah?" Ujar Tantri menanyakan perihal pekerjaan temannya, pasalnya ada hal yang selalu menganggu perasaan dirinya saat harus membiarkan gadis itu ke villa besar itu.
Zara yang tengah asik mengaduk mie ayamnya menoleh, menatap kedua manik mata temannya yang penuh dengan rasa khawatir.
"Di sana sangat menyenangkan, aku bahkan sangat bahagia bisa bekerja disana." Sahut Zara sembari menatap mantap, ia sangat tau apa yang menjadi kekhawatiran sahabatnya itu.
"Aku harap kau tak seperti diriku, aku harap ketakutan ku hanya sebuah ilusi." Tantri terlihat menunduk dengan raut wajah cemas.
"Hey, ayo lah!! Gadis seperti mu tidak cocok mengatakan hal itu, gadis gila sepertimu hanya cocok untuk mengatakan hal gila."
"Is! Kau sangat menyebalkan."
Mereka berdua tertawa bersama, entah apa ada yang lucu yang pasti mereka saling bertukar tawa. Namun, jauh dalam lubuk hati Zara. Gadis itu sangat terharu memiliki teman seperti Tantri yang sangat memperdulikannya.
Tak berselang lama mereka makan sehari mengobrol, telepon Zara berdering dan menampilkan nama Kevin. Gadis itu segera mengangkatnya lalu tangis bayi di iringi oleh sapaan orang di sebrang sana.
"Zara, bagaimana cara membuat Axel terdiam?" Tanya Kevin to the point. Terdengar suara deru nafas frustasi dari pria itu.
"Apa sudah makan dan minum? " Tanya Zara sembari menyuapi mulutnya sisa mie ayam tersebut.
"Sudah namun tangisnya masih kencang.. " Adu Kevin.
"Coba gendong Axel dengan tubuhnya yang tengkurap di tangan mu."
"Hah!?"
"Dia tidak mengerti bahasa dengan benar! " Sungut Zara lalu mengalihkan ke pangilan vidio.
Tantri hanya menatap dan memperhatikan apa yang sedang di lakukan Zara. Gadis itu memeragakan cara menggendong bayi melalu panggilan vidio. Ternyata dalam panggilan vidio itu, Arsenio turut adil dalam menenangkan bayi mungil tersebut.
Tak lama kemudian, Axel benar-benar berhenti menangis dan mulai mengantuk.
"Wahhh!! Bisa!! Bisa!!! " Seru Arsenio yang lebih kencang saking senangnya.
Zara juga tersenyum menatap keduanya yang terlihat sangat senang seperti baru mendapatkan kontrak besar.
"Sekarang diamlah, nanti Axel akan terbangun lagi." Ucap Zara mengingatkan.
"Terima kasih Zara, maaf merepotkan!" Ujar Kevin di seberang sana.
"Tidak apa, aku juga sedang bersantai."
"Sendirian?" Kini Arsenio yang bertanya.
"Bersama temanku, Tantri."
Zara mengarahkan ponselnya menghadap Tantri yang terlihat tersenyum tipis sembari menyapa dengan melambaikan tangannya.
"Yasudah, tutup teleponnya! Dia sedang bersenang-senang." Ujar Arsenio yang terlihat berjalan ke arah kamarnya bersama Axel.
"Kenapa? Kau ingin bertanya kenapa mereka bisa tidur bersama?" Ucapan Kevin langsung mendapatkan anggukan dari Zara.
"Tuan Arsenio sendiri yang ingin menjaga Axel hingga kau datang."
"Oh, tumben! Biasanya marah terus kalau liat Axel."
"Itu kerenamu Zara, tuan mulai menerima kehadiran anaknya karena mu."
"Aku tak melakukan apapun, itu terjadi dengan sendirinya."
"Sudahlah, selamat malam. Nikmati hari liburmu." Ujar Kevin sebelum memutuskan vidio call tersebut.
Zara hanya tersenyum lalu menggeleng menatap foto yang di kirimkan Kevin. Dimana di foto tersebut, terlihat Arsenio menggendong Axel Sebelum menaruhnya di atas kasur.
"Bos mu itu... " Ucap Tantri terputus.
"Iya, kenapa dengannya? " Tanya Zara tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kau menyukainya?"
"Uhuk! uhuk!! " Zara tersedak air liurnya sendiri.
"Apa!? Tidak lah! Seperti tidak ada pria lain saja! Pria tempramen sepertinya tidak cocok denganku! " Sahut Zara dengan wajah memerah, bahkan dirinya salah tingkah.
"Baiklah tenang, kau hanya perlu menjawab tidak. Kenapa malah ngegas... " Sahut Tantri yang terlihat menggeleng heran lalu meneguk air nya dengan senyum tipis.
"Aku berkata dengan sungguh-sungguh." Ucap Zara meyakinkan sahabatnya itu.
"Baiklah, ayo jalan lagi! Aku mau jajan es cream." Tantri bangun lebih dulu, dan senyumnya perlahan redup.
Aku harap yang kau katakan itu benar Zara, Aku benar-benar sangat takut. Batin Tantri.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat selanjutnya dengan sesekali terdengar tawa menggelegar dari keduanya. Bahkan pengendara lain sampai menoleh terkejut karena keduanya tertawa sangat kencang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Alanna Th
apa yg dkhawatirkn tantri? mungkin tantri tau klakuan arsenio d luar?
2025-04-08
0