Part 19

Di sebuah apartemen mewah, seorang wanita sedang terduduk dengan kesal. Dia mengedarkan pandangannya menatap sekitar ruangan. Mata yang awalnya menatap marah kini berubah teduh. Bahkan matanya kini berembun saat melihat sekitar ruangan yang sepi.

Lagi dan lagi dirinya selalu sendiri seperti ini, tak ada orang yang mau bersamanya. Tak ada yang mau mendengar keluh kesahnya. Egonya terlalu tinggi hingga tak bisa membiarkan orang lain masuk kedalam kehidupannya untuk melihatnya lemah seperti ini.

Tangis isak mulai terdengar di ruangan yang hampa itu. Bahkan tangisnya terdengar sangat menyayat hati. Tangisnya mengeluarkan semua susah dalam hatinya hingga suaranya tak terdengar saat menangis.

"Maaf.... Maafkan akuu....." Ucapnya dengan terus memeluk erat tubuhnya.

"Ka-kau tumbuh dengan baik, kau sangat tampan! Hikss... "

"Bagaimana bisa kau memiliki ibu seperti ku? Bagaimana bisa aku di sebut ibu jika aku sendiri menginginkan ketiadaan mu? Maaf Axel.... " Ucap Elizabeth dengan tersedu-sedu.

Tangisnya sangat menandakan penyesalan yang bahkan tak bisa di maafkan oleh dirinya sendiri.

"Aku terlalu terobsesi dengan ketenaran hingga membiarkan permata sepertimu pergi dari hidupku." Ucap nya lagi.

"Axelll....... Aku harap kau tidak terlalu membenci diriku! Aku telah kehilangan mamaku saat aku berumur 5 tahun. Aku belum siap untuk memiliki mu hingga aku mengancam Nio untuk menggugurkan mu. Aku tau... Orang tua Nio tidak akan membiarkan hal itu terjadi." Setelah berucap seperti itu, Elizabeth membuka laci yang ada di meja depannya.

Tangannya mengambil sebuah kertas USG dirinya saat mengandung Axel. Tangis nya masih tak surut. Hatinya begitu terenyuh saat melihat anak yang ia kandung dulu kini sudah hampir menginjak 7 bulan.

Di elusnya gambar itu dengan senyum yang antara senang dan sedih. Kakinya secara perlahan naik ke arah kamar. Saat di bukanya, kamar itu penuh dengan gambar USG Axel dan foto saat Axel baru lahir. Tak ada yang lain, hanya foto Axel dan dirinya yang ia tempel di dinding kamar. Ada juga foto yang diam-diam ia ambil saat dirinya baru selesai melahirkan. Ia memfoto dirinya dengan Axel tanpa sepengetahuan siapapun.

"Aku adalah ibu yang jahat bukan? Jika kau mendengarkan penjelasan tentangmu akan kah kau mau memaafkan ku? Kau tau sayang.... Aku egois untuk banyak hal, karena dunia tidak membiarkan diriku untuk memiliki apapun di dunia ini."

"Dunia ini terlalu kejam jika dirimu ada bersama wanita seperti ku. Aku adalah anak tanpa ayah, aku mungkin bisa menerima orang menghinaku namun, jika mendengar orang menghina mu dengan mengatakan kau anak yang lahir dari anak wanita jalang.... Maka aku bisa-bisa membunuh mereka detik itu juga."

"Rasa sakit penghiaan itu tak bisa ku bayangkan hingga membuatku harus berbuat seperti itu. Maaf Axel..... Maaf.... "

Elizabeth tersungkur lalu memeluk foto itu dengan meringkuk. Tangisnya tak kunjung surut, terlebih melihat senyum Axel tadi membuat nya ingin sekali menangis di sana. Maka dari itu ia memilih untuk pergi alih-alih marah karena Zara.

Elizabeth sebenarnya adalah gadis yang rapuh di dalam, namun ia selalu menujukan benteng tinggi untuk menutupi semua kerapuhannya. Bahkan Marchel sekali pun tidak bisa menembusnya, meski mereka menjalin hubungan 5 tahun lamanya. Wanita ini belum bisa memberi kepercayaan pada siapapun selain dirinya sendiri. Semua yang ia tunjukan adalah topengnya.

Jika ada yang bertanya, bukankah Elizabeth akan hidup enak jika tinggal bersama Arsenio? Mungkin benar namun apa yang ia dapat dengan menikah Arsenio juga akan hilang jika ia berpisah dengan Arsenio. Ia ingin membuktikan dirinya sendiri bahwa dia mampu menata karirnya, tanpa bantuan siapapun. Jadi saat karirnya baru naik daun, ia sedih karena dinyatakan hamil anak dari Arsenio

Wanita ini tau bahwa kehadiran Axel juga tidak diinginkan oleh pria itu, namun ia sangat tau bahwa orang tua Arsenio tidak akan membiarkan cucu mereka terluka sedikit pun.

..........

Malam harinya, seperti biasa setelah makan malam Zara kembali menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Arsenio. Pria itu meminta nya menyiapkan jadwal untuk besok dan membuat laporan tentang tender kemarin.

Axel mulai merengek saat dirinya tidak di perhatikan oleh Zara.

"Sebentar ya Axel, aku selesaikan pekerjaan ku dulu lalu kita bermain ya... " Ucap Zara lembut dengan mengusap kepala anak yang sedang merangkah ke arahnya.

"Sudah selesai Zara?" Tanya Arsenio dengan membaca berkas lain di tangannya. Zara hanya mendelik kesal, andai ia bisa mengeluarkan api dari matanya mungkin pria itu sudah terbakar sekarang.

"Sebentar lagi sir. " Ucap Zara menahan kesal.

"Lama sekali?" Sahut pria itu tanpa menoleh, Zara diam agar tidak tersulut emosi. Padahal baru 30 menit yang lalu dia di berikan tugas kini harus menyelesaikan keduanya bersamaan.

"Sebentar ya sayang... " Ucapan Zara sontak membuat Arsenio menoleh kaget. Jantungnya berdegup kencang namun sayangnya gadis itu bicara bukan padanya melainkan Axel yang sedang merangkak menuju pangkuannya.

"Ku tunggu 15 menit lagi!" Tegas Arsenio lalu berjalan ke arah kamarnya dengan mengoceh tidak jelas. Zara hanya bisa terbelalak kaget mendengarnya.

Dasar manusia tidak punya hati! Umpat Zara dalam hati namun masih mengerjakannya dengan di ganggu oleh Axel sesekali.

Dalam kurang lebih 10 menit, Zara mengirim pekerjaannya pada Arsenio yang berarti dirinya sudah menyelesaikan tugasnya. Axel sudah terus merengek hingga membuat Zara tau bahwa anak itu sangat mengantuk hingga merengek tidak jelas.

"Tidurkan di kamar ku!" Ucap Arsenio dari depan pintunya lalu pria itu masuk tanpa mendengarkan Zara yang hendak protes.

Gadis itu mau tidak mau membawa Axel ke dalam kamar pria itu dengan susu di tangannya.

Di dalam kamar Pria yang tadi memerintahnya kini hanya menunjuk kasurnya dengan mata. Zara yang tidak mengerti hanya terdiam mematung.

"Tidurkan di sana, nanti setelah tidur kau bisa kembali ke kamar mu." Ucapnya lagi saat gadis di depannya itu tidak mengerti apa yang ia maksud.

"Baiklah... " Ucap Zara mengalah, ia malas untuk berdebat dengan pria yang mau menang sendiri itu.

Arsenio mengatur suhu udara agar nyaman untuk anaknya. Zara membaringkan Axel dengan dirinya ikut berbaring sembari menepuk-nepuk pantat bayi mungil itu.

Pria yang menatap sedari tadi kini tercengang saat melihat Zara, yang dengan mudahnya membuat Axel tertidur tanpa harus menimangnya kesana kemari seperti dirinya kemarin.

Tanpa sadar, Zara yang menunggu Axel selesai meminum susunya dengan mata terpejam. Kini gadis itu juga memejamkan matanya saking sejuk kamar tersebut.

Sekitar jam 11 malam, Arsenio yang baru selesai dengan berkas nya kini hanya menyunggingkan senyum kemenangan. Seakan memang ini yang ia nantikan sedari tadi. Pria itu ikut berbaring setelah membuat kedua orang yang sedang terlelap itu dalam posisi yang nyaman.

Sebelum benar-benar menutup matanya, Arsenio menatap wajah teduh Zara yang sedang terlelap.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

hati" trjerat cassanova

2025-04-08

0

Atik Marwati

Atik Marwati

heleh... arsenio

2024-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!