Siang harinya, Zara kembali membantu di bawah untuk menyiapkan makan siang. Semuanya sudah ia tata dengan sebagaimana mestinya. Dari salad hingga yang berkuah sudah ia susun dan tinggal menunggu tamu datang saja.
Sekitar jam 3 sore, semua tamu yoga sudah selesai makan dan barulah tamu luar yoga mulai memesan makanan.
Di meja lain, pengasuh bayi itu datang dan menaruh troli bayi itu di sebelah meja. Membiarkan bayinya merengek, sedang dia sibuk dengan ponselnya.
"Stop cry! Dasar anak cengeng! Apa-apa nangis!" Ujarnya dengan angkuh, bahkan kakinya ia naikan ke atas meja tanpa sopan santun.
Nila yang mendengar suara tangis bayi kini ikut menengok.
"Ini nih yang kemarin buat keributan ya? Kasihan anaknya, pasti belum siap punya anak itu." Ujar mbak nila, Zara kini melirik.
"Dia bukan ibunya, hanya pengasuh bayi itu. Pengen aku ambil bayinya terus aku simpan di rumah. Kasihan..." Lirih Zara tak tega.
"Lah, terus ibunya kemana? Bayi baru berusia hampir 3 bulan kan?"
"Gak tau kemana, tiap hari nangis. Punya pengasuh udah kayak ibu tiri, kalau gak diem di kasih suntikan."
"Dikasi suntikan? Kasar sekali! Eh itu ayahnya datang..." Ujar mbak nila memberi tau, Zara menoleh dan menatap bule itu yang sepertinya sedang bertengkar dengan pengasuhnya.
Zara dengan lihainya menyelinap dan mengambil bayi itu. Lalu mendekapnya, mengajaknya pergi dari keributan bule dan pengasuhnya.
"Eh, kamu ambil gitu aja anaknya?" Tanya Mbak nila kaget.
"Jugaan gak di tauin sama bule itu..." Sahutnya dengan sesekali mencium pipi bayi mungil itu.
"Jam kerja ku sudah selesai kan mbak ya? Boleh lah aku ngasuh bayi ini bentar sebelum pulang?"
"Cie udah mulai jadi ibu, ayahnya mana tuh..."
"Ayahnya lagi di Korea nyari uang..."
"Ahaha.... Dasar halu! Boleh, bawa ke belakang aja. Lucu bayinya...." Ujar mbak nila memberi izin.
Zara berjalan dengan menggendong bayi mungil itu menuju belakang kitchen.
"Aduh ganteng ya, putih lagi... Muach,.muach...." Zara mencium bayi yang tertidur pulas itu.
"Siapa namanya?" Tanya Mbak nila lagi.
"Axel .... Nama orang luar negeri." Ujar Zara menyahut.
Zara duduk di kursi lalu menggendong bayi itu di dengan tangan sesekali usil menganggu tidur bayi itu. Entah mengapa mudah sekali bayi ini tertidur jika sudah ia timang.
"Bangun Axel.... Jangan tidur terus...." Ucap gadis itu dengan sesekali mencium pipi bayi yang sedang tertidur pulas.
"Emang anak kecil seumuran Axel selalu tidur, jangan di ganggu. Nanti bangun nangis." Peringat mbak nila yang memang sudah tau seluk beluk anak. Mengingat wanita itu sudah mempunyai 3 anak.
"Bawa ke kamar." Ujar pria bule itu yang berlalu bak angin. Menyebalkan sekali, kenapa ada orang yang suka nya memberi perintah seperti itu.
"Aku bawa ke kamar dulu ya mbak, nanti aku mampir lagi." Ujar Zara pamit lalu menggendong bayi itu menuju kamar bawah.
.........
Terlihat pengasuh itu menatapnya tajam, tak lupa juga koper yang ia bawa di tangannya. Zara hanya menatap bingung, yang bisa ia perkirakan pengasuh ini pasti di pecat.
Zara berfikir, apakah ini karenanya? Apa ia terlalu ikut campur sebagai orang luar?
"why stop here? enter the room." Ucapnya, Zara hanya ngikut lalu menaruh baby Axel di atas kasur.
"Jadilah pengasuh untuk anakku..." Ujar bule itu tiba-tiba, bahkan tangan Zara yang sedang menurunkan suhu ruangan kini mematung.
"Maaf sebelumnya Mr. Saya hanya membantu disini, saya memiliki pekerjaan yang akan menjadi karir saya nantinya." Sahut Zara dengan sopan tanpa berniat menyinggung pria bule di depannya.
Zara kini berdiri tegak di depan pria tinggi itu. Mereka saling berhadapan.
"Kalau begitu jadilah sekretaris ku..." Tawarnya lagi.
"Maaf Mr, anda membuat saya menjadi pengasuh berkedok sekretaris. Dan saya tidak mau." Kekeuh Zara dengan keputusannya, meski menyukai anak-anak tapi ia tidak mau masa depan dirinya runtuh.
"Dengarkan dulu, kita bicara serius." Ujar pria itu mengajak Zara berbicara di balkon dan duduk pastinya.
"Hanya sampai grandma Axel datang, setelah itu semua tugasmu selesai. Kamu bisa berhenti saat itu juga, dan ya. Bayarannya juga mahal, selain itu saya juga akan memberimu keahlian seorang sekretaris. Itu bisa menunjang karir mu kedepan." Tawar bule satu ini yang mengajaknya berbisnis.
Hati Zara mulai tergoyahkan, bagaimana pun ia juga mengidamkan memiliki skill sekretaris.
"Berapa lama itu? Saya butuh kepastian waktu dan ya, hanya sekedar poin sekretaris? Atau sampai mahir?" Tanya Zara yang tak mau rugi waktu dan tenaga.
"Sampai kamu bisa, bahkan akan saya minta seseorang untuk mengajari kamu manajemen dan akunting yang biasanya harus di kuasai oleh seorang sekretaris. Bagaimana? Dan untuk kepulangan mama saya, kemungkinan 1 bulan kurang lebih."
Zara sedang berfikir, ia ingin menolak tapi kapan lagi datang kesempatan ini. Gadis itu memangku kepalanya dengan tangan kanan dan menatap lurus, lalu melirik pria di sebelahnya yang terlihat mengeluarkan ponselnya. Apa dia sedang mengerjai ku? Atau dia sedang ingin menjadi penipu? Aa... Iya, bisa jadi ia sedang berusaha membuatku menjadi target selanjutnya.
"Akan saya buatkan surat kontrak dimana jika saya berbohong atau mengingkari ucapan saya, maka kamu berhak menuntut dua kali lipat." Kata pria itu memperlihatkan kontrak digitalnya.
"Apa? Secepat itu? Bahkan aku belum berkata iya." Protes Zara tak percaya.
"Diam anda adalah jawaban iya...."
Oeekkk
Axel menangis, Zara segera masuk kedalam kamar dan menghampiri anak bayi yang sedang menangis itu.
"Hay boy, sudah bangun aja. Baru juga di tinggal sebentar, mau bersih-bersih sekarang? Apa lapar?" Ucap Zara dengan tangan sibuk memainkan tangan bayi mungil yang masih sedikit merengek.
"What are you talking about?'' Tanya bule itu yang tidak mengerti, Zara bicara terlalu cepat.
"Tidak ada..." Sahutnya acuh. Lalu menggendong bayi itu menuju kamar mandi dan memandikan bayi tampan itu dengan hati-hati.
Setiap gerakan yang di lakukan Zara di perhatikan oleh pria itu. Bukan karna ingin tau apa saja yang di lakukan Zara, melainkan ia hanya ingin memastikan bahwa bayinya benar-benar diam dan tidak akan merengek.
"Menginaplah disini!" Ujar pria itu dengan mata fokus pada tab nya. Setelah tadi Axel terdengar diam dan tidak rewel, pria itu sudah kembali fokus pada tab nya. Melihat perkembangan saham dan pekerjanya di luar dan dalam negeri.
"Maaf saya tidak bisa tinggal begitu saja, bagaimana saya harus menjelaskan pada orang tua saya nanti. Lagi pula, dalam perjanjian yang tadi saya tanda tangani tidak ada yang namanya tidur di tempat kerja." Protes Zara sembari menimang bayi mungil itu.
"Benar, tapi anggap saja lembur. Karna malam ini saya harus keluar dan tidak bisa membawa bayi itu. Saya akan bayar uang lembur mu sekarang."
Di keluarkan nya uang lima lembar warna merah. Jiwa yang ingin menolak itu hilang seketika saat matanya penuh dengan uang.
"Baiklah kalau anda memaksa...." Sahutnya dengan tangan yang sudah meraih uang itu dengan senyum licik. Ini namanya rejeki nomplok, sudah dapat menginap di hotel lalu kini yang lima ratus ribu di dapat dengan hanya menemani bayi tampan ini tidur.
"Saya akan pesankan pakaian untukmu agar tidak ada alasan untukmu kabur dengan uang ku." Ucap pria itu angkuh.
Zara hanya menatap kesal, namun apa boleh buat. Uang membuatnya buta, ucapan kasar pria itu tak membuatnya gentar.
"Baiklah, saya akan mengabari orang tua saya dulu. Sebelum itu, saya juga akan mengambil tas yang masih ada di loby." Zara menatap sebentar bayi kecil itu, lalu pergi begitu saja. Memang dia saja yang bisa kasar dan tak tau sopan santun? Hello zara juga bisa! Senang gadis itu keluar dari kamar dengan angkuh.
Gedubrak!
Sialnya di saat angkuh begini, hal yang paling memalukan adalah terlihat bodoh di depan orang yang ingin ia beri pelajaran. Kenapa juga tangga itu tidak ia lihat padahal sudah sering ia lewati.
"Oh shit! Aku sangat malu...." gumam gadis itu berusaha bangun lagi dan tak menoleh ke belakang. Ia sudah sangat malu untuk menatap pria itu.
Pria yang dari tadi menatanya hanya tersenyum meledek, bahkan itu sangat tipis dan tak akan di sadari oleh siapapun.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Novi Sri
ayo semangat....ceritanya bgs
2024-01-09
3