Mengubah Pulau Menjadi Kerajaan Bisnisku
*
*
"Liam bajingan! Pergi dari rumahku! Tidak Sudi aku menerima orang miskin macam kau!"
"Ya, pergilah! Jangan menambah beban keluarga kami!"
"Miskin ya miskin saja! Mau pinjam uang pada kami, jangan coba-coba! Kau tidak akan mampu membayarnya kembali!"
"Bukankah kita saudara?! Tidakkah aku mengabaikan kalian ketika kalian butuh bantuan dulu?!" Teriak Liam marah.
"Jangan mengarang cerita! Kapan aku meminta bantuan dan dibantu olehmu?!"
"Cih! Pergi sana, tidak usah membuat drama di rumah kita!"
"Benar, pergi, pergi, kami tidak mau terkena imbas dari hutangmu!"
"Bangkrut ya bangkrut saja, jangan so'!"
Teriakan-teriakan penghinaan dan penolakan terus terngiang di kepala Liam. Sudah satu bulan, ia mengalami kegagalan proyek dalam pembangunan tempat hiburan bermain.
Hanya satu bulan, tetapi orang-orang yang dulu sering dibantu olehnya seketika berbalik dan meludahinya. Liam tertawa miris untuk dirinya sendiri, karena percaya pada mereka bahkan setelah mereka berpura-pura tidak kenal padanya di tempat umum. Padahal dulu saudara, tapi sekarang paling cepat berbalik seperti orang asing.
Liam mengangkat koper dan tas yang berisi barang-barang yang sekiranya diperlukan yang telah disiapkan olehnya, lalu menuruni perahu besar dan pindah ke sekoci. Ia hendak pergi ke pulau tanpa penghuni miliknya, yang merupakan satu-satunya aset yang tersisa. Meninggalkan kota yang sudah membuat hatinya dingin.
Setelah perjalanan selama seminggu dan terombang-ambing tanpa makanan yang layak karena uang sisa yang ia punya, hanya cukup untuk ongkos dan sekoci yang bisa membawanya ke pulau miliknya.
Setelah mendayung dengan susah payah, akhirnya Liam sampai. "Brengsek! Kenapa pulaunya berantakan begini?!" Teriak Liam frustasi.
Ia tahu pulaunya tidak bagus, tapi ia tidak menyangka pulaunya akan menjadi seburuk ini. Banyak pohon yang tumbang, rumah sederhana yang sebelumnya ada juga sudah hancur ditimpa banyak pohon. Selain itu, banyak pohon yang mengering di sisi masuk hutannya. Meski hanya sebagian, tetapi buah-buahan yang telah ditanamnya juga ikut hilang.
Liam yang berharap akan adanya makanan yang bisa ia santap begitu memasuki pulau, sirna sudah. Tetapi ia tetap berjalan dan mengambil beberapa daun untuk alas tidur.
Liam ingin memejamkan mata sebentar. Ia terlalu lelah, dan tidak ada tenaga untuk mencari makanan di sekitar pulau untuk saat ini. Terlelap dalam hitungan detik.
BANG! BANG! BANG!
"AH!" Teriak Liam, yang baru saja terlelap, kembali terbangun ketika mendengar suara ledakan yang sangat besar. Tanah yang ditidurinya bahkan bergetar hebat. "Bukan letusan gunung, kan?! T-tapi tidak ada gunung di pulauku!" Teriak Liam dengan tubuh yang sudah tertelungkup, tiarap dengan tangan di atas kepala, melindunginya.
Sampai beberapa saat, ledakan hilang dan getaran berangsur menjadi pelan dan benar-benar berhenti. Liam yang ketakutan, mulai mengangkat kepala dan perlahan bangun dari tiarapnya.
"Sudah selesai? Apa yang terjadi?" Gumam Liam penasaran. "Haruskah aku melihatnya kesana?" Tanyanya pada diri sendiri.
Tetapi kemudian Liam menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak, aku masih harus mengurus diriku sendiri lebih dulu." Ucapnya lagi, seraya menganggukkan kepalanya.
Liam kemudian mengambil pisau di kopernya, dan mengambil kayu. Membuatnya runcing yang bisa dijadikan tombak dadakan untuk menangkap ikan.
Karena tidak akan bisa tidur lagi setelah ledakan, dan hari akan gelap dalam beberapa jam, Liam hanya bisa mencari makanan lebih dulu untuk dirinya sendiri.
Mengecek tempat ledakan, bisa ia lakukan besok. Lagipula, setelah ledakan yang begitu besar, tempatnya mungkin hancur dan panas. Dan jalan ke daerah ledakan juga mungkin tidak akan semudah berjalan di atas aspal.
Liam memerkirakan tempat terjadinya ledakan berada di tengah hutan di pulau tersebut. Jadi, untuk memuaskan rasa penasarannya, ia hanya bisa membekali dirinya sendiri lebih dulu untuk kesana. Selain senjata, juga harus membawa banyak makanan dan air untuk dikonsumsi di sepanjang jalan.
Tanpa mengganti baju yang sudah terlihat lepek, Liam berjalan ke sisi pulau dimana terdapat banyak batu karang dengan air jernih. Yah, pulaunya masih asri, jadi tidak akan ada masalah meski ia hidup sendirian di pulau tersebut. Mungkin hanya akan kesepian.
Melihat air jernih dan beberapa ikan yang berenang, Liam mulai mengangkat tombak kayunya dan menusuk ke arah ikan dengan cepat. Percobaan pertama, kedua dan ketiga gagal. Tapi Liam tidak menyerah.
Sampai akhirnya pada percobaan kelima, Liam mendapatkan satu ekor ikan kakap putih yang kira-kira beratnya 2kg. Yang langsung membuat Liam berteriak saking senangnya mendapat ikan yang bisa ia santap.
Kemudian ia mencobanya lagi, berkali-kali sampai akhirnya matahari mulai terbenam, dan Liam berhasil mendapatkan 5 ekor ikan kakap putih, jenis yang paling bisa ia kenali. Untuk yang lainnya, karena kecepatannya melebihi kakap, dan ia tidak tahu jenis ikan apa, akhirnya Liam menyerah menangkap jenis lainnya.
Dengan ikan jenis kakap, sebanyak 5 ekor, cukup untuk makanan Liam malam ini. Besok pagi, ia akan mencoba peruntungan mencari beberapa jamur dan buah liar di hutan luar pulau. Untuk masuk lebih dalam, ia masih harus mempersiapkan diri dan mengisi banyak tenaga.
Kemudian sebelum benar-benar membakar ikan, Liam yang tidak punya air untuk diminum, hanya bisa menatap pohon kelapa yang ada di tepi pantai. Ia menepuk dadanya, kemudian mulai naik ke atasnya untuk memetik pohon kelapa.
Dulu ia pemanjat handal, jadi tidak terlalu kesulitan meski beberapa kali hampir terpeleset. Pada akhirnya Liam mendapat 3 buah kelapa, yang langsung dilempar ke bawah olehnya. Menghantam pasir putih.
Setelah turun, ia kemudian menyeka kedua tangannya. Ia cukup berpengalaman hidup sendirian di alam liar. Karena meskipun dirinya seorang pengusaha, tetapi setiap 6 bulan sekali ia selalu bepergian sendiri mengunjungi tempat-tempat yang bisa membuat pikirannya segar setelah berbulan-bulan berurusan dengan urusan perusahaan.
Jadi, hidup sendirian di pulau terpencil juga tidak membuat semangatnya surut. Ia bisa menghidupi dirinya sendiri dengan kekayaan alam disekitarnya. Untuk peralatan, ia cukup punya banyak persiapan.
Kopernya berisi baju dan dalamannya, lalu ada handuk dan selimut yang ia bawa. Kemudian tas yang dibawanya berisi garam dan beberapa bumbu lain yang bisa dipakai. Selain itu, ada panci berukuran sedang, pisau dan sendok sup. Selain itu ada gelas, sendok, dan mangkuk yang terbuat dari plastik yang dibawanya. Ada juga pemantik api dan sikat gigi yang wajib ia bawa kemanapun.
"Ahhh, segar sekali." Ucap Liam setelah meminum air kelapa dari kelap yang ia petik langsung dari pohonnya. "Baiklah, mari kita buat ikan bakar untuk mengisi perut!" Ucapnya sedikit bersemangat.
Kemudian Liam mulai membuat api, setelah membersihkan ikan dan menusukkannya ke kayu. Membumbui ikan, dan mulai membakarnya. Seketika, bau harum menguat, memenuhi indera penciumannya.
Perut yang sudah sejak lama diisi hal-hal sembarangan seperti kue kering, mulai bersuara, menyerukan protes minta segera diisi.
Liam tertawa, menepuk perutnya kemudian berbicara. "Sabar, masih belum waktunya. Tunggu waktu yang pas, maka ikannya akan semakin enak nanti!" Gumamnya pada dirinya sendiri.
Seraya menunggu ikan bakarnya matang, Liam beralih pada kelapa, menuangkan sisa air kelapa ke cangkir, lalu mengeruk buah kelapanya dengan sendok, dan menuangkannya ke mangkuk.
*
*
- Karya ini merupakan karya jalur kreatif -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Al^Grizzly🐨
awal yg menarik..semoga bisa tamat
2024-03-08
3
Ajusani Dei Yanti
aku mampir nih thorrrr kuh
2024-02-08
2
RJ 💜🐑
bagus banget 👍🏻👍🏻👍🏻😍😍
2024-01-03
1