*
*
"Cepatlah! Semuanya sudah tercabut, pohon menumpuk disana. Bantu aku membawanya!"
"AHH!"
Leandra datang dengan tangan yang masing-masing menarik satu pohon besar ke tempat dimana Liam tengah membujuk remaja laki-laki agar tidak takut pada Leo yang masih ada di hadapannya.
Lantas, remaja laki-laki ini melihat Leandra yang begitu kuat, bukan hanya sembuh dari ketakutan, tetapi ia semakin terkejut dan wajahnya menjadi semakin pucat, setelah berteriak nyaring.
"Berisik!" Desis Leandra menatap remaja laki-laki dengan tajam.
Membuat si remaja beringsut, ke belakang tubuh Liam, dan bersembunyi disana untuk menghindari Leandra dan Leo yang sama-sama terlihat menakutkan untuknya.
Ayolah, ia hanya remaja berusia 17 tahun yang bahkan belum mendapat kartu kependudukannya. Kini dihadapkan dengan keadaan unik seperti ini, bagaimana bisa ia tidak takut dan terkejut, kan? Ini hal wajar, bukankah dulu Liam juga sama terkejut dan takutnya pada Leandra?
"Aku akan kesana, sekarang. Kau istirahatlah, sisanya aku yang kerjakan dengan Leo, oke?" Ucap Liam seraya tersenyum. Ia melihat buliran keringat di dahi Leandra, lantas ia tidak tega, bagaimanapun juga ia perempuan.
"Jangan banyak bicara, dan selesaikan." Dengus Leandra, tidak mendengarkan Liam, setelah menyimpan dua pohon yang diseretnya, ia kembali ke arah dimana pohon-pohon yang dicabutnya berada, untuk menyeretnya lagi.
Melihat punggung yang semakin menjauh, Liam akhirnya menatap remaja laki-laki di belakangnya. "Tidak apa-apa, dia punya kelebihan kekuatan. Tidak akan menyakitimu. Ayo ikut aku saja kalau tidak mau sendirian disini." Ucap Liam, tidak lagi membujuknya untuk tenang.
Pada akhirnya, Liam menggunakan Leo kembali sebagai tunggangan, karena malas berjalan. Kemudian si remaja laki-laki juga dengan takut-takut menaiki Leo, setelah melihat anggukkan dari kepala Liam.
"Tidak apa-apa, kan? Dia penurut, jangan khawatir." Ucap Liam seraya menepuk bahunya pelan. "Oh benar, ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya Liam, ketika Leo mulai berjalan.
"Lazio." Balas remaja laki-laki, menyebutkan namanya.
"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau bisa terdampar di pulau milikku ini? Kau jatuh dari kapal? Ada yang mencelakaimu?" Tanya Liam bertubi-tubi.
Lazio terbatuk kecil, kemudian ia menggelengkan kepalanya, membuat Liam menganggukkan kepala, mengerti jika ia tidak ingin mengatakannya. Lantas, Liam juga tidak memaksa, jadi di sepanjang jalan hanya ada keheningan.
Sesekali terdengar raungan kecil Leo saja, yang terkadang melompat kecil ketika melihat tupai yang terlihat keluar dari arah hutan. Liam juga sesekali memarahi Leo, sebab ia terkejut dengan lompatan tersebut, meski tidak terlalu tinggi.
Sampai akhirnya, ketiganya berpapasan dengan Leandra lagi yang sudah membawa 2 pohon baru di tangannya, menyeretnya dengan wajah datar tanpa ada sedikit keluhanpun disana.
Lazio tanpa sadar meneguk ludahnya gugup, beringsut kecil di atas Leo. Membuat Liam tertawa lebar.
"Tawamu jelek." Hina Leandra datar, kemudian benar-benar pergi melewati Liam, Leo, dan Lazio.
Liam mendengus sebal, baru senang sedikit sudah diejek. Memang benar-benar Leandra ini, hidupnya datar begitu, bukankah tidak seru?
"Sudahlah, ayo jalan lagi, Leo." Ucap Liam seraya menepuk punggung samping Leo, membuat Leo berlari agak cepat dari sebelumnya, sampai akhirnya ketiganya sampai di mana tumpukan pohon disatukan sampai terlihat menggunung.
"Keren, Leandra benar-benar semakin kuat saja." Decak Liam kagum.
Setelahnya, Liam juga mengikuti jejak Leandra, yakni menyeret dua pohon di tangannya yang kiri dan kanan. Leo seperti biasa, menyeret pohon yang sudah di potong, dengan menggunakan tali. Sedangkan Lazio, hanya berjalan mengikuti Liam, karena selain ia tidak akan kuat, ia juga baru sembuh dari demam, masih lemas.
*
"Wow! Selesai lebih cepat! Besok, kita bisa melanjutkan sisa pemilihan pohon. Setelah pemilihan pohon selesai, barulah kita bisa membangun rumah pohon!" Ucap Liam dengan nada yang bersemangat.
Karena sudah 1/4 jalan ia menandai pohon yang harus dicabut. Ya, Liam hanya akan membuat jalan lurus saja, tidak ada kelokan ke kiri atau kanan, karena panjang pulaunya lebih dari cukup untuk membangun sekitar 30 rumah pohon. Paling-paling jika nanti ia butuh lahan untuk pembangunan tempat makan dan sebagainya, maka ia akan mempertimbangkan pemilihan tempat ke kiri dan ke kanan.
Bagaimanapun, tempat wisata butuh restoran dan beberapa toko penjualan oleh-oleh. Selain itu, harus ada toilet umum.
Tapi sebelum itu semua, yang di kedepankan adalah jalan dan rumah pohonnya. Bangun sekitar 4 rumah pohon duku saja sebagai permulaan, bahannya ada pohon-pohon besar yang tidak terpakai yang masih bagus dan sangat layak dijadikan rumah. Jika tidak cukup, barulah ia akan membeli papan kayu.
"Setelah rumahnya terbangun sekitar 4 rumah, aku akan pergi ke kota lagi, untuk meminta bos Diu membangun tower listrik dan sinyal. Agar kita bisa mempublikasikan tempatnya." Ucap Liam menatap Leandra, Lazio, dan Leo dengan tatapan yang berbinar penuh semangat.
Jiwa bisnisnya memang kuat. Jadi, meskipun sudah jatuh, ia tetap memulai dari nol. Apalagi dengan adanya pulau ini, maka lebih mudah baginya menghasilkan uang. Dan kembali ke masa kejayaannya. Tapi berhasil tidaknya, maka tunggu saja di masa depan.
"Makan, lapar." Ucap Leandra menatap Leo dengan malas. Sudah sekitar satu jam ia berbicara dengan semangat di depan ketiganya. Melupakan memasak makanan untuk makan malam, padahal perutnya sudah sangat keroncongan.
Senyum lebar dan binar mata penuh semangat Liam tiba-tiba meredup, ia terbatuk kecil, merasa malu. "Tidak bisakah mengganti kata-kata itu? Seperti template saja terus diulang." Ucap Liam seraya berbalik, untuk menutupi rasa malunya karena berbicara terlalu banyak.
Kemudian memasak banyak makanan dengan porsi besar seperti biasanya. Banyak menu juga yang ia masak, terlebih ada tambahan orang disini.
Jadi ketika semuanya selesai, Lazio menatap semua makanan di meja, melotot terkejut. "Apa tidak terlalu banyak?" Tanya Lazio menatap Liam bingung.
Liam tertawa renyah. "Akan habis kok, kau makanlah yang ingin kau makan dengan santai." Ucapnya, seraya mengibaskan tangan. Diam-diam juga menatap Leandra penuh makna, tapi sang empu wajah mengabaikan Liam dan mulai memakan makanannya.
Leo juga sudah mulai makan daging kesukaannya di bawah, dengan wadah khusus dan lap yang diikatkan di lehernya, agar ia makan dengan baik, tidak mengotori lantai rumahnya.
Liam juga menyediakan bahu dan mulai makan. Membuat Lazio yang melihat semuanya sudah makan dengan tanpa mengeluarkan suara, juga ikut mengambil kentang parut dan nasi, ia juga mengambil abalone dengan saus di mangkuk kecil yang berbeda.
Abalone membuatnya tergugah, jadi meski malu, ia tetap mengambilnya dengan tatapan rakus, dan mulai memakan semuanya sampai habis.
*
*
-Karya ini merupakan Karya Jalur Kreatif-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Deny Densy
sumber air tawarnya sudah ditemukan kah..?
2024-03-19
1
RJ 💜🐑
keren banget ceritanya 👍🏻👍🏻❤😍😍
2024-02-25
2