*
*
Liam membuka kedua matanya, kemudian terduduk dengan cepat, dan melihat sekeliling. Hutan, pohon, tanah, juga singa yang dilihatnya. Ia sudah keluar dari laboratorium.
Liam kebingungan, siapa yang membawanya keluar? Tetapi kemudian kebingungannya hilang ketika melihat wanita beramata biru keluar dari lubang sumber ledakan.
Liam lebih terkejut lagi, karena ternyata ia keluar dan melempar api ke dalam lubang sumber ledakan. Membuat Liam beranjak, ingin menghentikannya segera. Masih banyak mayat disana, juga beberapa perbekalan dan obat. Liam berniat mengambilnya untuk digunakan di rumah, serta menguburkan mayat-mayat dengan baik.
Liam berlari dengan cepat menghampirinya, dan kemudian berhasil melempar api ke tanah, kemudian Liam menginjaknya. Membuat wanita tersebut mengerutkan dahi dan menatap Liam tajam.
Liam bahkan lupa, jika wanita di depannya sangat kuat, melebihi Hulk yang ia tonton di televisi. Dan kini Liam hanya bisa meneguk ludahnya dengan gugup.
"A-aku, tunggu, aku ingin mengambil barang-barang yang masih bisa dipakai untuk hidup di pulau ini. Serta, serta, anu, mayatnya, m-mayat-mayat itu bukankah harus dikuburkan dengan l-layak?" Ucap Liam saking gugupnya, ia terbata-bata.
Tapi melihat diamnya wanita di depannya, yang kemudian mendengus dan pergi memasuki lubang lagi, Liam seketika menghela nafas lega. Ia akhirnya bisa menghentikannya. Lalu berpikir, ia tidak terlalu menyeramkan jika tidak sedang mengeluarkan keahlian meninjunya.
Liam menghela nafas, dan hendak masuk mengikuti wanita tadi, tetapi kemudian si wanita keluar lagi dari lubang dengan kecepatan yang bisa dirasakan, membawa beberapa mayat yang ia lihat mungkin orang-orang dari tabung.
Si wanita mengeluarkan mayat dan menumpuknya di samping tabung miliknya sendiri. Membuat Liam tanpa sadar menjauhi area tersebut. Liam sendiri bergidik ngeri, dan segera memalingkan wajahnya karena takut muntah lagi.
Menunggu sampai si wanita beberapa kali bolak-balik dan akhirnya ia selesai. Semua mayat sudah ditumpuk di luar. Ia melihat punggung Liam dan menepuknya. Menatap Liam dengan tatapan bertanya.
Liam terbatuk kecil. "Ayo buat lubang lebih dulu di sisi lain tempat ini, disana, buat lubang dalam agar bisa menguburnya sekaligus. Anggap saja kuburan masal. Atau mau mengkremasinya? Lebih baik di kremasi tidak, sih?" Ucap Liam, ia juga kebingungan. Karena mayatnya mungkin bukan mayat biasa.
Liam sendiri takut beberapa hidup lagi, dan dirinya menjadi tidak tenang setelah memikirkan hal tersebut.
Tapi si wanita tetap pergi ke sisi lain tempatnya, Liam menatap punggungnya yang menjauh. Tapi kemudian terkejut, karena dalam sekali tinjuan ketika sampai di sisi lain, si wanita berhasil membuat lubang besar dalam hitungan detik!
"Sial! Sial! Manusia macam apa kau?!" Ucap Liam tertahan. Hanya dirinya saja yang bisa mendengarnya. Liam masih saja takut dengan semua yang dilihatnya.
Si wanita kembali mengangkut mayat dalam beberapa kali balikan. Memasukkan semuanya ke dalam lubang, turun ke laboratorium, menyiramkan bensin, dan akhirnya membuang api ke dalam lubang dimana mayat dipindahkan.
Seketika kobaran api terlihat besar. Asap juga mengepul dari lubang tersebut.
Liam menahan nafas melihatnya. Lagi-lagi merasa gugup. Tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya sendiri.
"Anu, bisakah kau membantuku mengambil barang-barang yang berguna? Semacam obat dan perbekalan yang bisa dimakan atau digunakan? Aku, a-aku akan mulai membangun rumah di sisi lain pulau ini, jadi, j-jadi aku butuh banyak barang dan perbekalan." Ucap Liam, menjadi gugup lagi ketika si wanita berbalik dan menatapnya dengan mata birunya.
Si wanita tidak banyak bicara. Tapi ia tetap diam di tempat, seolah enggan membantu, tidak ingin mendengarkan Liam sama sekali.
Liam akhirnya menghela nafas, melihat responnya, ia mau tidak mau harus turun sendiri dan mencari banyak hal sendiri. Lagipula mayat dan potongan-potongannya sudah dibersihkan oleh si wanita, jadi ia bisa masuk dengan sedikit santai.
Paling-paling hanya ada genangan darah dan reruntuhan. Ia masih bisa berhati-hati ketika ia masuk nantinya.
Kemudia diputuskan, Liam akhirnya turun lagi dengan membawa ranselnya. Ia mulai berjalan ke tempat dimana para mayat dokter ditemukan sebelumnya. Ia mencari obat-obatan disana. Yang segera ditemukan beberapa antiseptik, obat anti inflamasi, obat demam, obat luka, kasa, pembalut luka, dan lainnya. Liam bahkan menemukan beberapa kotak P3K di dalam, membuatnya bersorak senang.
Selain itu, ada beberapa kardus air mineral. Membuatnya semakin senang. Dan ini baru dari satu ruangan, masih banyak ruangan lainnya yang masih utuh, jadi Liam berencana mencarinya terus, sampai ia menelusuri semuanya. Mengangkutnya ke tempat dimana ia bisa mengeluarkan barangnya secara bersamaan nantinya.
Liam berencana menginap dan terus mengumpulkan perbekalan dari laboratorium ilegal tersebut. Siapa yang peduli pada perampokan kecil ini. Lagipula laboratorium sudah meledak, dan ia hanya memanfaatkan barang yang ada di dalamnya. Mubazir jika tidak segera ia ambil untuk digunakan. Terlebih makanan dan minuman, kan?
Begitu saja, sampai akhirnya malam pun tiba. Liam keluar dari laboratorium untuk membuat api dan membuat makanan, ia akan tidur di atas alih-alih di dalam laboratorium yang pengap, karena bekas ledakan masih ada, asap hitam di dalamnya tidak sepenuhnya hilang.
Begitu keluar, Liam melihat ke arah wanita yang masih berdiri memunggunginya, menatap tumpukan mayat yang kini mungkin sudah menjadi abu.
Kemudian, setelah beberapa saat diperhatikan, si wanita akhirnya bergerak dan mulai menutupi lubang dengan tanah lagi. Membuat Liam mendadak mengatakan oh ketika melihatnya.
Si wanita enggan menggubris perkataannya, mungkinkah ia ingin melihat teman-temannya untuk yang terakhir kali? Atau ia sengaja menunggu sampai api membakar hangus semuanya karena takut ada orang yang tiba-tiba hidup lagi?
Tapi kemungkinan kedua lebih dipercaya Liam, karena melihat raut dingin dan tajamnya setiap saat, tidak mungkin ia punya perasaan hangat dihatinya? Atau ia salah? Entahlah.
Liam enggan mengurusnya (maksudnya memikirkannya) lagi. Liam mengalihkan perhatiannya, dan mulai membuat api di samping singa yang masih dengan baik hati diam di bawah pohon. Ia mungkin tidak berani pergi sampai kapanpun, apalagi melihat tingkah si wanita yang setiap saat menunjukkan kekuatannya.
Boro-boro singa, Liam saja ketakutan setengah mati. Ia hanya memberanikan diri ketika mengajaknya mengobrol, karena ia membutuhkan bantuan.
"Yo, kau sudah lapar?" Tanya Liam. Membuat Singa mendengus kecil. Tapi Liam tidak banyak meresponnya lagi, dan beralih pada panci kecil miliknya, ia menemukan beberapa mie instan dan air, jadi ia memasaknya sebagai makan malam hari ini.
Tapi ia lupa, si wanita sangat suka makan. Mie yang sedikit itu, mana cukup untuk dirinya dan si wanita? Meski begitu, Liam tidak yakin si wanita akan menghampirinya dan meminta makan?
Tapi keraguannya seketika hilang, ketika si wanita melompat dan tiba di hadapannya seperti angin dan mengucapkan "Lapar." Pada Liam yang baru saja hendak memakan mie nya.
*
*
- Karya ini merupakan karya jalur kreatif -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
deria
makan aja cepet diminta bantuan buat nyari makan diem🙄
2024-04-11
2
_cloetffny
🤣
2024-01-13
2