Hazka yang sudah menghabiskan waktunya di balkon dengan sebatang rokojnya jadi bingung, bagaimana merahasiakan apa yang disampaikan Ansel barusan pada Kirania.
Ansel pun sudah memperingatkan jangan mengatakannya pada Kirania tentang penyakit Rihana. Pasti dia akan langsung pulang kalo tau sepupunya lagi sakit parah.Tapi ngga mungkin Hazka akan bisa lama merahasiakannya dari Kirania.
"Memangnya kamu ngga ingin aku cepat pulang, heh," decih Hazka sebal.
"Mami yang minta agar kalian buat anak di sana," dengus Ansel ngga kalah menyebalkannya.
Heran dengan maminya yang mau saja menuruti keinginan mami Hazka. Bibit unggul adiknya akan tercemar jika bercampur dengan bibit penuh kuman dari Hazka. Adiknya sudah jelas rugi berat.
"Memangnya kamu pikir gampang aku buat anak sama adik kamu," semprot Hazka semakin jengkel.
Kalo hasrat dia memang sudah punya. Mungkin sudah sejak lama. Tapi dia ngga akan mungkin merealisasikannya. Dia akan lebih menyayangi masa depan juniornya. Ngga mungkin dia merelakan juniornya ditampol Kirania saat sedang nenunjukkan keperkasaannya.
Ansel tertawa tergelak gelak. Dia tau adiknya bukan perempuan lemah.
"Pengobatan Rihana bagaimana?" tanya Hazka pelan setelah tawa Ansel mau usai.
Ansel terdiam.
"Om sedang ngecek sumsum tulangnya. Semoga cocok."
"Kalo ngga cocok, nurut kamu Aurora mau dites?"
"Mungkin terakhir. Selain om dewan, semua anak anak dan cucu oma Mien dites juga."
"Termasuk kamu dan Kiran?"
"Ya, tapi aku udah cukup."
Hazka menghela nafas begitu telpon sudah diputus Ansel. Dia pun membuang rokok yang sudah nenyisakan filter,nya saja.
Berjalan memasuki kamar dan melihat Kirania yang sudah terlelap sambil memegang ponselnya. Sepertinya belum ada yang mengabarinya tentang kondisi Rihana.
Hazka pun mengambil ponsel gadis itu dan meletakkannya di atas nakas.
Kemudian merapikan selimutnya.
Menatap Kirania cukup lama sebelum memberanikan diri mengecup sekilas keningnya. Hazka melakukannya cepat cepat sebelum Kirania terbangun.
Dia menghela nafas panjang. Kemudian tidur di sebelah gadis itu sambil terus menatapnya .
Kamu cantik, tapi galak. Bibir Haska pun tersenyum mendengar kata kata jujur dari dalam hatinya.
*
*
*
Alexander memeluk erat istrinya yang sedang terbaring lemah.
Kenapa selama ini dia percaya percaya saja kata kata Zira-nya kalo dia ngga apa apa, ketika Alexander memergoki lebam di tangan istrinya.
"Kesenggol meja."
"Ngga sengaja kena pinggiran kursi."
Tapi akhir akhir ini lebam itu lebih sering ada dan kelelahan itu tampak semakin nyata.
Erland-putra mereka juga bukan anak yang rewel. Tapi mungkin karena periode tiap dua jam terbangun dan butuh asi, membuat istrinya berkurang waktu istirahatnya.
Bahkan Alexander selalu menemani saat Kirania memberikan asinya, walaupun di paginya dia akan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Karena keduanya adalah hidupnya.
Teringat dulu Rihana juga pernah pingsan. Tapi saat itu karena ngga dilakukan pengecekan secara menyeluruh, Alexander dengan bodohnya melupakannya. Menganggapnya hanya karena kelelahan biasa.
Harusnya dia cepat sadar melihat kelelahan Rihana yang di luar nalar. Tapi Rihana selalu menutupinya dengan senyum hangatnya.
Dewan menghela nafas panjang. Satu putrinya sedang menderita sakit, yang satu lagi masih berada di penjara.
"Tenanglah, hasilnya akan keluar besok. Semuanya sudah ikut test," jelas Opa Iskandardinata.
"Ya, pa."
Oma Mora juga menangis bersama Oma Mien.
Dewan bersandar di dinding dengan matanya yang menatap jauh ke langit malam.
Jangan bawa anak kita sekarang, Dilara. Aku mohon, pintanya dalam hati dengan mata yang sudah menjadi telaga.
Anak Rihana masih kecil, sayang. Dia bayi yang tampan. Kita sudah punya cucu, sayang, batin Dewan terus saja berkata kata dengan hati pedih.
Afif-papi Alexander-ikut bersandar di sampingnya .
"Mantuku akan baik baik saja. Dia ngga mungkin akan meninggalkan Alexander dan bayi yang sangat dicintai dengan mudah,'" tegas Afif. Kata kata itu keluar langsung dari dalam hatinya, karena mengingat perjuangan cinta Alexander dan Rihana hngga keduanya bisa bersama.
Saling suka waktu SMA, sempat berpisah setelah lulus, bertemu lagi saat sudah bekerja. Dan menikah. Punya Erland.
Rihana ngga mungkin menyerah semudah itu. Afif sangat yakin. Rihana sudah berusaha keras, bahkan dia pun sudah menemukan keluarganya.
Dewan menoleh dengan matanya yang basah.
"Rihana sangat menyayangimu dan keluarganya. Dia ngga akan menyerah. Kita juga harus kuat di sampingnya," sambung Afif menguatkannya.
Dewan mengangguk sambil mengusap matanya yang sudah penuh air dengan lengannya.
Iya, putrinya baru menemukannya dan keluarga besar mamanya. Dia pasti ngga akan menyerah secepat ini.
"Erland sama siapa?" tanyanya agak panik karena ngga melihat cucunya.
"Daiva dan Xavi yang menjaganya. Ada Eldar juga, kan, bersama mereka," tukas Afif menenangkan.
Oh iya, Eldar. Dia tersenyum legs mengingat cucunya yang satu lagi. Daiva dan Xavi dengan tulus menjaga dan merawatnya.
*
*
*
Kirania merasa aneh karena tubuhnya terasa berat dan ada bau harum yang memasuki penciumannya. Sangat dekat.
Ketika dia membuka matanya secara perlahan, dia sampai menutup matanya lagi dengan perasaan ngga percaya. Karena saat ini wajahnya menempel di dada laki laki yang Kirania sangat yakin kalo itu Hazka.
Jantungnya berdegup kencang. Dulu mereka juga pernah sedekat ini. Tapi itu saat dia pertama kali menempel erat di punggungnya, selain Ansel dan sepupunya yang lain, saat menjemputnya pulang sekolah dengan sangat ngebut.
Saat gadis itu mendongak, memang benar itu wajah Hazka yang nampak pulas tertidur. Wajah itu terlihat polos, seperti bayi yang ngga pernah berbuat dosa.
Dengan perlahan Kirania berusaha melepaskan tangan kokoh yang yang ada di pinggangnya.
Tapi yang menyebalkan tangan itu bukannya mau menyingkir, tapi malah memeluknya semakin erat. Bahkan kakinya kini digelungkan ke tubuh Kirania seakan gadis itu adalah gulingnya.
Kirania berdecak kesal. Baru saja dia merasa senang dengan debarannya, tapi laki laki ini memang ngga bisa dikasih hati.
BUGGHH!
BRAAKK!
DUGG
"Aaauuw.....! Kiraaann.... ! Pusing niiih.....! Bisa ngga, sih, jadi perempuan yang lembut," omel Hazka yang mental sempurna di lantai setelah didorong Kirania dengan sekuat tenaga yang dia bisa. Yang kasiannya kepala Hazka membentur kaki nakas dengan cukup keras.
Kirania meringis melihatnya. Dia ngga menyangka akan seperti ini efek samping dorongannya tadi pada Hazka.
Pasti sangat menyakitkan, batinnya agak merasa bersalah.
"Yang salah itu kamu. Maen asal peluk aja," bantah Kirania membela diri. Ngga mau disalahkan. Dia pun menghampiri Hazka dan berjongkok di dekatnya.
"Namanya juga orang tidur Kiran...... Mana sadar," ngeles Hazka sambil mengelus kepalanya yang masih kerasa pusing.
Dalam hati mengomel, lagi enak enaknya mimpi indah malah kejungkal ke dalam jurang, kebentur batu lagi.
"Lagian, ngapain juga kamu tidur di ranjang. Kan bisa tidur di bawah," judes Kirania.
"Aku mana bisa tidur di lantai. Lagian ranjang ini juga gede," protes Hazka lagi.
Kirania mendengus kesal.
"Gede gede! Otak kamu kotor! Maunya nempel nempel aja," semprot Kirania gedek banget hatinya mendengar pembelaan ringan Hazka.
"Kita suami istri, Kiraaan. Masih untung aku ngga minta hakku sebagai suami tadi malam," goda Hazka kemudian nyengir melihat pelototan Kirania.
"Hak aja taunya. Kewajiban aja ngga dilakuin," decih Kirania meremehkan.
"Kan udah kewajibannya." Muncul niat Hazka untuk menggoda Kirania yang cepat naek darah.
"Ngingo!"
"Kamu lupa? Kemarin, kan, aku udah kasih nafkah lahir ke kamu." Hazka mengedipkan sebelah matanya.
"Ngawur!" Emosi Kirania mulai meledak. Otaknya baru mikir.
Baju baju baru itu, kan, maksudnya? Batin Kirania merasa tertipu.
BUG BUG BUG
"Aku ngga minta kamu bayarin!'" seru Kirania gemas sambil memukulkan kedua tangannya tanpa henti di tubuh Hazka.
"Kiran, kamu ngapa, sih, suka banget mukul," tawa Hazka berderai. Sekali pun.dia ngga mengelak atau menangkis. Pusing di kepalanya sudah ngga dia rasakan.
Kirania ngga peduli. Terus saja memukul Hazka. Apalagi setelah mendengar kata kata Hazka yang bikin dia merinding
"Kiran, jangan menggodaku terus, ya. Nanti aku cium loh," goda Hazka lagi dengan tawanya yang semakin keras dan berderai.
Mungkin beginilah cara mereka berkomunikasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Deandra Putri
rihana butuh sumsum tulang??? leukimia dong??
2024-06-17
1
Elisabeth Ratna Susanti
aku ikutan deg-deg an bacanya😍
2024-02-15
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Hahaha🤣🤣🤣🤣
Mereka itu kayak Tom dan Jerry
DinDut Pacarku🌻
2024-01-22
1