Hazka dan Kirania hanya diam saja sepanjang perjalanan. Kirania pun sudah sangat terlihat kelelahan.
Bahkan ketika pesawat pribadi mereka sudah tiba di bandara internasional Prancis, Kirania masih terlelap.
"Bangun, Kiran," panggil Hazka sambil merenggangkan otot ototnya. Perjalanan hampir dua puluh jam membuat tulang tulangnya terasa kaku.
Krek krek krekk tak tak tak
Rasanya lega sekali mendengarnya.
Kemudian dia melirik Kirania lagi. Mata gadis itu masih terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka.
Hazka tersenyum melihatnya. Iseng dia mengambil kameranya dan memotretnya. Dua kali. Kemudian tersenyum lagi melihat hasil jepretannya.
Mata yang selalu menyorot marah kalo melek, dan bibir yang ngga henti hentinya mengomel, kini terasa sepi dan telihat lucu.
Hazka ngga bisa membayangkan raut kagetnya jika melihat wajahnya yang sedang tertidur begini.
Hazka.yakin, alih alih malu, dia pasti akan sangat marah karena wajah jeleknya ketahuan olehnya. Apalagi kalo diupload.
Hazka jadi nyengir sendiri.
Dia pun berjongkok di samping gadis itu ketika rasa pegalnya mulai hilang.
"Hey, Kiran. Mau sampai kapan kamu tidurnya?"
Jari telunjuk dan jempol tangannya bergerak menutup bibir gadis itu yang terbuka.
Dengan jarak sedekat ini jantung Hazka berdesir juga. Dulu dia pernah merasakan kedekatan mereka, saat gadis galak bin jutek ini ada di boncengannya.
Saat motor sengaja dipacu kencang dan gadis itu memeluk pinggangnya erat.
Tapi Hazka memaksa melupakannya, karena setelah sampai di tujuan, adik sahabatnya itu menjambak kuat rambut andalannya.
Dasar egois, makinya saat itu. Sejak itu Hazka memblacklist gadis yang ngga pernah sopan dan selalu merasa punya kuasa atas dirinya itu.
Walau memang cantik, tapi super galak.
Hazka memandang lekat struktur wajah Kirania dengan keinginan aneh.
Aku bisa gila!
Kedua tangan Hazka menepuk nepuk kasar wajahnya, agar pikirann setannya pergi.
"Kiran.....," panggilnya penuh tekanan. Hazka menatap frustasi.
Sampai kapan dia mau tidur.
Seakan mendengar keluhan Hazka, sepasang matanya terbuka sangat perlahan. Tapi hanya separuh saja. Terlihat sayu.
"Udah sampai?" suaranya terdengar lemah.
"Iya. Ayo, bangun."
Tapi mata itu terpejam lagi.
"Jangan tidur di sini Kiran. Nanti aja di hotel," cegah Hazka cepat, tapi sia sia, sepasang mata itu sudah menutup lagi.
Kirania sudah ngga bjsa mengontrol tubuhnya lagi. Dalam beberapa hari ini dia sedikitpun ngga pernah cukup beristirahat. Juga peristiwa peristiwa mengejutkan yang terjadi padanya. Di tambah perjalanan panjang ini.
Pramugari masuk kembali seolah memberi tanda.
Hazka menghela nafas panjang. Terpaksa dia mengambil keputusan yang mungkin akan disesali gadis jutek ini.
Ngga mungkin pesawat mereka berlama lama parkir di bandara tersibuk ini. Atau pulang lagi, itu lebih ngga mungkin. Hazka belum siap dipecat jadi anak.
Hazka pun menyusupkan kedua tangannya di punggung dan lutut Kirania. Dia pun menggendongnya ala brydal.
Dadanya berdesir lagi ketika tangan Kirania mengalung di lehernya. Kirania pun menyandarkan wajahnya di dada Hazka.
Bukan itu saja yang mengejutkan Hazka, tapi suhu tubuh Kirania yang lebjh dingin saat menyentuh kulitnya.
Apalagi saat keluar dari hotel, salju tipis tipis menyentuh rambutnya. Pengawalnya bergegas memayungi mereka berdua.
Hazka menatap ke depan Limosine hitam sudah terparkir.
"Bertahanlah," bisik Hazka sambil melangkahkan kakinya menuruni tangga.
Kirania hanya mengangguk. Dalam hati dia malu, tapi tubuhnya ngga bisa diajak kompromi.
Kirania ingat, dia memang kurang tidur dan sengaja diet menjelang hari pernikahannya dengan Kak Thoriq. Dia juga banyak membaca buku buku agar ngga nampak bodoh di depan para santriwati yang mengidolakan Kak Thoriq. Walaupun dia belum siap berhijab saat inj.
Sebenarnya Kak Thoriq dan keluarganya ngga pernah memaksanya. Kata kak Thoriq pelan pelan saja. Tapi Kirania merasa terbebani.
Sekarang dia rasakan sendiri akibatnya. Dia sangat kelelahan. Tubuhnya sudah ngga bisa lagi mempertahankan kekuatannya. Tulang tulangnya seakan sudah dilolosi semuanya.
Hazka terus memangku tubuh Kirania selama perjalanan ke hotel. Dia pun sudah menghubungi dokter yang akan menunggu di depan kamar hotel mereka.
Tubuh Kirania sesekali menggigil. Hazka sampai mengecilkan volume AC ke volume paling rendah.
Tanpa sadar dia sudah mengeratkn pelukannya pada Kirania.
Hazka menatap wajah yang tampak ngga tenang walau matanya terpejam.
Hazka menatap wajah yang kian dekat. Dia yakin kalo Kirania ngga sadar sudah hampir mencekik leher Hazka.
Hazka teringat tertawaan Ansel padanya saat dia mengatakan akan membuat kontrak pernikahan yang isinya ngga akan saling menyentuh satu sama lain.
Sekarang aja di saat suratnya belum dikonsep, mereka sudah melakukan banyak pelanggaran.
"Ngga mungkin lo bisa!" vonis Ansel.
Hazka memejamkan matanya ketika sudah ngga bisa lagi menahan hasratnya ketika jarak mereka kian dekat.
Dia mencecap bibir lembut yang kerap mengomelinya, menghisapnya kuat mengingat bibir itu saat menjatuhkan harga dirinya di kalanga dokter dan perawat hanya karena dia takut jarum suntik, dan melu matnya lama saat mengingat segala perintah yang harus dituruti olehnya.
Apa hanya perasaannya saja, tapi sepertinya Kirania meminta lebih bersamaan dengan limosin yang berhenti di depan hotel.
Hazka menjauhkan wajah mereka, menatap wajah yang matanya yang masih terpejam, tapi menunjukkan keresahan.
"Jangan menggodaku lebih dari ini Kirania," bisiknya lembut dengan tubuh bergetar. Dia berusaha keras menahannya.
Ingat janjinya pada Ansel akan melepaskan Kirania dalam keadaan masih suci.
Dia bersiap ketika terdengar pintu akan terbuka
WHUUSSSHHHH
Angin dingin langsung menerpa wajahnya saat pintu mobil dibuka oleh pengawalnya. Salju yang lembut sudah berubah menjadi badai yang menusuk kedalam tulang tulangnya. Reflek dia semakin melindungi Kirania yanh berada dalam pelukannya.
Seorang pengawalnya memakaikan jas panjang dan beberapa lagi memayungi tuan dan nona muda dari badai salju saat Hazka melangkah cepat memasuki lobi hotel.
Hazka bisa merasakan tubuh Kirania yang menggjgil dalam gendonganmya.
Ngga lama kemudian mereka tiba di depan pintu kamar hotel.
"Dokter masih dalam perjalanan tuan muda," ucap salah satu pengawalnya.
Hazka hanya menganggukkan kepalanya sambil melangkah masuk dan menutup pintu.
Kamar mereka sangat luas. Hazka membaringkan Kirania, kemudian menyalakan pemanas ruangan.
Bibir gadis itu sudah memucat.
Kenapa.dia bisa selemah ini? batin Hazka heran. Padahal dirinya sempat berpikir, saat mereka berada di dalam pesawat, Kirania akan mengomelinya habjs habisan, bahkan melemparinya dengan majalah, bantal sofa atau apa pun itu. Kirania akan melakukannya sebagai bentuk protes akan keterdiamannnya atas keinginan bulan madu mereka.Bahkan sampai harus membuatnya hamil.
Kirania pasti sudah gemas sekali dengannya yang sama sekali ngga menolak atau membantah rencana orang tua mereka. Bahkan menerimanya begitu saja.
Tapi nyatanya begitu masuk ke dalam pesawat, Kirania langsung memejamkan mata. Hazka ingat kalo Kirania hanya bangun untuk menyentuh beberapa suap saja makanannya.
Apa saat itu dia sudah ngga enak badan?
Hazka jadi menyesali sifat cueknya dengan menghabiskan makanannya sendiri tanpa tau keadaan Kirania yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
nah kan bner Omongan Daniel klo kirania hazka bs brsikap biasa dan apa adanya sedangkn kirania thoriq masih ada segannya.. meski thoriq dan keluarganya gak maksa kiran dan menuruhnya pelan2 belajar tpi itu jdi beban trsendiri buat kiran
2024-02-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
aku bisa bayangkan pegalnya kayak apa nih😀
2024-02-11
1
anggita
merenggangkan otot.. klo bhsa jawanya..Mulet.
2024-01-23
2