Daniel heran dengan kemacetan di depannya. Pagi ini dia ada meeting cukup penting, sehingga hal ini sedikit mengganggunya.
"Ada apa, Man?"
"Kayaknya ada mobil mogok bos, di depan," ucap Isman, supirnya yang sebaya dengannya.
Daniel juga melihat beberapa pria yang mulai keluar dari mobil dan sepertinya mereka mau memberikan arahan jalan pada mobil mobil yang lain agar mobil yang mogok itu bisa menepi.
Daniel pun berinisiatif keluar.
Mungkin dia bisa membantu hingga bisa lebih cepat terbebas dari kemacetan ini.
"Mau kemana, bos?'
"Bentar, mau lihat juga."
Daniel pun membuka pintu mobil, dan berjalan .mendekat. Bermaksud membantu orang orang yang juga sudah mulai banyak ada di sana.
Daniel membantu beberapa orang di sana membuka jalan. Paras tampannya yang menyolok membuat dia malah menjadi pusat perhatian. Tapi Daniel.cuek saja sambil sesekali melemparkan senyum ramahnya.
Daniel pun mendekati mobil.yang sedang berusaha di dorong beberapa orang orang agak pinggir.
Ternyata perempuan, senyun miring terukir di bibir Daniel saat melihatnya dari arah belakang. Memang mobil itu tergolong yang tahunnya sudah agak lama beredar, sekitar sepuluh tahunan yang lalu.
Tapi kalo perawatannya benar pasti ngga akan mengalami masalah seperti ini di tengah jalan.
Tapi gadis itu nampak agak kebingungan di kerubungi banyak orang, mungkin baru kali ini dia mengalami situasi panik seperti ini.
Daniel pun mendekat dan mencondongkan tubuhnya dengan wajah menghadap sang supir perempuan.
DEGG
Nadine!
Hampir saja Daniel menyeploskan nama yang sudah ngga seharusnya dia gaungkan lagi.
Keduanya sempat terdiam dalam tatapan yang memiliki arti yang berbeda.
"Ehem.... Bisa kendalikan stirnya? Kita mau bantu dorong mobilnya ke pinggir," ucap Daniel dengan bibir tersenyum.
Gadis yang mirip wajah kekasihnya itu tersadar dan mengangguk sambil cepat cepat mengalihkan wajahnya dengan gugup.
"Tenang aja. Pelan pelan,""ucap Daniel lembut ketika merlihat tangan gadis itu gemetar saat memegang stir.
"Sudah siap?" tanya Daniel dengan tatap menggodanya. Dia senang melihat kembaran Nadine yang selalu angkuh ini padanya jadi salah tingkah. Niat menggodanya muncul begitu saja.
"I iya."
Daniel pun menatap orang orang yang sudah bersiap akan membantu mendorong.
"Siap, ya," ucap Daniel memastikan pada Nadhira.
"Ya."
"Oke, pak. Kita mulai," ucap Daniel sambil menatap.ke arah orang orang itu.
"Ya mas."
"Satu.... Dua.... Tiga.... YAAKK!!"
Akhirnya mobil Nadhira pun berhasil dipinggirkan.
"Terima kasih, Pak" Daniel pun memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada beberapa bapak bapak yang sudah berbaik hati menolong mereka.
"Terima kasih, Mas."
"Terima kasih, Mas."
"Sama sama, Pak."
Setelah bapak bapak tadi pergi, Daniel pun menyandarkan tubuhnya di badan mobil sampai pemilik mobil keluar menghampirinya.
"Sudah telpon bengkel?" tanya Daniel ketika Nadhira juga ikut bersandar di sampingnya. Lalu lintas sudah mulai lancar lagi.
"Telpon pengawal papi aja," jawabnya jujur. Selama ini kalo ada apa apa dengan mobilnya, pengawal papinya yang akan mengurusnya.
"Kenapa pake mobil lama? Kamu ngga punya mobil keluaran terbaru?" Sudah beberapa kali Daniel melihatnya. Sangat aneh Padahal dulu kembarannya selalu diantar jemput mobil mewah.
"Lebih suka mobil ini."
Daniel tersenyum tipis saat melihat mobilnya mendekat.
"Kalo suka mobil lama harus rajin perawatannya."
"Biasanya pengawal papi ysng ngecek," ngeles Nadhira agak malu.
"Tapi syukurlah ada kejadian ini. Kamu jadi mau ngobrol dengan aku," kekeh Daniel yang mengingat betapa gadis itu selalu mengunci mulutnya rapat rapat jika melihatnya.
"Hemmm....," decihnya pelan.
Daniel tambah tergelak.
"Mau menumpang di mobilku?" tawar Daniel setelah tawanya usai.
"Emm......" Nadhira menatap ragu Daniel kemudian mobilnya.
"Ada supirku yang bisa menunggu mobilmu, sampai pengawal papimu datang."
Dalam hati ngga abis pikir, kenapa gadis di depannya kelihatan berat banget meninggalkan mobil itu. Kalo dirinya, mungkin sudah dia hibahkan, kali, pada bapak bapak yang membantu mendorong mobil tadi. Hitung hitung sedekah.
"Kalo ngga mau, terpaksa aku tinggal. Satu jam lagi aku ada meeting penting," ucap Daniel sambil meluruskan punggungnya, bermaksud pergi
"O oke," ucapnya agak tergesa.
Daniel menghampiri Isman yang sudah parkir di belakang mobil tua Nadhira.
"Man, tungguin mobil itu, ya, sampai pengawalnya datang. Nanti terserah kamu pulangnya pake apa," perintah Daniel yang disambut cengiran lebar supirnya.
"Gebetan baru bos." Dia pun keluar dari mobil dan memberikan kuncinya pada si bos.
"Tau aja."
Nadhira yang mendengarnya jadi agak merona wajahnya.
"Ayo masuk....?" tukas Daniel karena Nadhira masih terdiam di tenpatnya. Sedangkan Daniel sedang menahan pintu mobil yang sudah dia buka untuknya sendiri.
Ngga dibukain, nih? batin Nadhira agak kecewa sambil melangkah mendekati pintu mobil.di belakang Danilel membuat alis laki laki tampan itu terangkat ke atas.
"Aku bukan supir, nona."
Reflek Nadhira tersenyun, kemudian membuka pintu mobil di samping Daniel.
Daniel cepat mengalihkan tatapannya. Senyum itu agak berbeda dari Nadine dan hatinya terasa aneh.
Ngga boleh! suara hatinya mengingatkan. Dia ngga mau menjadikan Nadhira pengganti Nadine yang sudah telanjur melekat di dalam sudut terdalam hatinya.
"Ada meeting juga?" tanya Daniel membuka pembicaraan. Karena mereka hanya diam saja setelah Daniel menjalankan mobilnya.
""Iya." Nadhira menatap ponselnya. Mengutak atiknya.
"Diantar kemana?"
"Di perusahaan kalo ngga keberatan," senyum Nadhira sambil mengalihkan tatapannya pada Daniel.
"Kamu lebih ramah. Apa karena tadi aku sudah menolongmu?" sindir Daniel tanpa mau melihat wajah Nadhira. Hatinya bisa goyah hanya karena senyum gadis itu.
"Mungkin."
Daniel tersenyun miring. Rasanya komunikasi mereka mulai lancar membuat Daniel jadi semakin takut dengan hatinya.
Sementara Nadhira kembali mengalihkan tatapannya pada ponselnya dengan senyum masih terkembang di bibirnya.
Nadine, pantas kamu secinta itu sama dia.
"Kamu ngga mau membayar kebaikanku?" Daniel bingung dengan lidahnya yang sangat ringan memulai percakapan dengan kembaran kekasihnya. Padahal hatinya sudah mewanti wantinya agar ngga melakukannya.
"Mau dibayar berapa?" tantang Nadhira menahan tawanya.
"Semangkok bubur ayam mungkin. Aku jadi lapar karena sudah mengeluarkan tenaga tadi," sahut Daniel kalem.
"Oke. Di depan sana ada bubur ayam yang enak," sahut Nadhira sambil memberikan ancang ancang dengan tangannya yang bebas dari ponsel.
"Oke. Aku mau dua mangkok," senyum Daniel sambil melajukan mobilnya ke arah yang ditunjuk Nadhira
Masih cukup waktu, batinnya sambil melirik jam di pergelangan tangannya.
"Silakan, lebih dari itu juga ngga apa apa," kekeh Nadhira, dia sudah ngga bisa menahannya lagi.
Daniel pun ikut tergelak.
Tapi nyatanya begitu sampai di warung makan bubur yang jauh dari kesan mahal itu, Daniel hanya menikmati satu mangkok saja.
"Kok, ngga nambah? Ngga pernah makan di warung biasa begini?" senyum menggoda terbit lagi di bibir Nadhira.
"Tadi becanda aja,. Tapi kamu benar, ini pertama kalinya," balas Daniel gemas. Dia pun mengalihkan tatapan matanya ke sekitaran warung bubur yang sama sekali ngga mirip kafe itu. Tapi dia akui, tempatnya bersih dan rasa buburnya enak.
Banyak juga pekerja kantoran yang makan di sini, sepertinya untuk standar rakyat jelata. Mobil mewahnya terlihat mencolok berada di parkiran ini.
"Kamu suka sarapan di sini?"
"Iya. Enak, kan, rasanya."
"Top," puji Daniel sungguh sungguh. Warungnya memang jauh dari standarnya, tapi soal rasa ternyata juara juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
nadira ini kembarannya Nadine mantannya Daniel ya thor.. ?? kok Daniel kek kenal ma di meski gak akrab
2024-02-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
Aku suka warung yang seperti ini. warung tenda tapi rasa bintang lima
2024-02-12
1
SAP
nungguin update kak
2024-01-17
1