Menghindar

"Kalian belum pulang?" heran Ansel ketika melihat para laki laki beristri dan satu satunya laki laki jomblo yang masih ada bertahan di sana. Di teras belakang rumahnya. Niatnya untuk menyendiri jadi gagal total.

"Tante meminta kami menginap," jelas Kalandra sambil menghembuskan asap rokoknya.

Mereka semua belum tidur dan sengaja menunggu Ansel di teras belakang, untuk memintanya membuka mulutnya. Cerita tentang apa saja yang Hazka bicarakan tadi padanya.

Padahal istri istri mereka mungkin sudah tidur di kamar masing masing karena malam telah larut.

"Oooh." Ansel mengambil tempat duduk di dekat Emra.

"Cepat katakan," sergah Emra sudah ngga sabar. Dia pun baru saja menghembuskan asap rokoknya. Mereka sudah ngga sabar menunggu kedatangan Ansel. Padahal tadi Emra sudah mengajukan diri untuk menggeretnya ke sini. Tapi Kalandra dan Emir masih berusaha menyabarkannya.

"Apanya?" tanya Ansel bingung karena semua pasang mata kini tertuju padanya.

Dia masih belum mengerti apa yang dimaui para sepupu dan iparnya ini. Bahkan si jomblo juga ada di sini.

Kepalanya sudah pusing berdebat dengan Hazka yang tetap bersikeras akan membuat surat perjanjian dengan istrinya yang notabene adalah adik satu satunya.

"Hazka tadi bicara apa?" tukas Emra lagi ngga sabar.

"Udah gila dia itu," dengus Ansel kesal.

"Gila kenapa?" pancing Emir.

Ansel menghembuskan lagi nafas kesal.

"Katanya dia mau buat kontrak pernikahan," dengus Ansel lagi.

Hening.

Mereka saling pandang.

"Kontrak pernikahan seperti apa? Pembagian harta gono gini?" tanya Fathan memecah keheningan.

"Bukan?" Helaan nafas Ansel terdengar.

"Yaa--seperti apa?" desak Emra ngga sabar.

"Ituu... Seperti di film film, tidak berhubungan selama menikah."

Hening. Sunyi. Dan ngga lama kemudian terdengar ledakan tawa. Ansel sudah menduganya. Mereka pasti sama ngga percayanya sama seperti dirinya.

"Kamu percaya?" kekeh Daniel membuka.suara.

"Nggaklah."

Tawa pun meledak lagi.

"Sudahlah. Lebih baik kita tidur," putus Fathan sambil bangkit berdri. Jejak tawa masih terbingkai di bibirnya.

Mereka pun sudah tau apa yang akan dilakukan pengantin pria konyol itu.

"Oke, Kamila juga sudah menungguku," tukas Emir juga ikut berdiri.

Begitu juga Alexander dan Herdin yang ikutan berdiri.

"Jadi kaliam.sengaja nunggu aku untuk tau hal ini?" Ansel ngakak, baru sadar alasan mereka berkumpul.

"Emang apalagi," kilah Kalandra juga sambil berjalan pergi.

Satu per satu ninggalin Ansel.

"Sudah...., tidur sana, Sel. Nayara pasti sedang nungguin kamu," tegur Emra sebelum beranjak pergi.

"Kamu ngga pergi?" usir Ansel bertanya pada Daniel. Tawanya sudah mereda

"Aku bebas. Ngga ada yang nungguin," sahut Daniel santai. Dia menghisap rokoknya lagi sebelum menghembuskannya.

Ansel meraih sebatang rokok dari.dalam kotak yang sudah terbuka segelnya.

Menyalakannya, menghisapnya dalam, kemudian menghembuskan asapnya ke atas.

Tatapannya juga kosong mengarah ke langit seakan sedang mencari keberadaan Thoriq dan ingin meminta pertanggungjawabannya.

Walau maksudnya baik, tapi keadaan berubah kacau dan sulit dikendalikan gara gara permintaannya.

"Kamu ngga mau nikah?" tanya Ansel menoleh pada Daniel yang hanya diam saja setelah kepergian para pria beristi itu.

"Buat apa?" sahutnya cuek.

Ansel nyengir mendengarnya.

Dia menikah dengan Nayara karena mencintainya. Tapi adiknya dan Hazka? Ngga tau mau dinawa kapal mereka. Dan juga akan berapa.lama.

Sunyi.

"Aku pernah lihat kamu masuk ke pemakaman? Ke makam siapa?" tanya Ansel kemudian. Dia jadi cukuo kepo. Sayangnya dia buru buru, jadi ngga sempat menghampiri Daniel.

Daniel ngga menjawab, dia menghisap lagi rokoknya. Mungkin ini terakhir kali karena sudah mendekati filternya.

"Apa.kamu janjian di kuburan?" ledek Ansel melihat kediaman Daniel.

Daniel tersenyum, seolah ngga membantah perkataan Ansel

Dia memang sedang mengunjungi kekasihnya yang sudah tiada dengan membawakan seikat bunga. Agar kekasihnya tau kalo dia ngga pernah melupakannya.

Ansel ngga mengganggu lagi. Dia tau hak semua orang berkencan di mana saja.

Lagian bukan urusannya

Sekarang yang menjadi titik terberat pikirannya ya masalah adiknya yang menikah dengan teman begajulannya. Hazka.

"Apa mereka akan berpisah?" gumam Ansel setelah sekian lama terdiam.

"Mungkin," jawab Daniel setelah mendengar gumaman Ansel.

Ansel menghela nafas panjang.

"Jujur aku suka Kiran menikah dengan Hazka. Mereka bisa bersikap apa adanya. Saat Kiran bersama Thoriq, aku merasa sikap Kiran terlaku dipaksakan," ucap Daniel menuangkan pengamatannya.

Ansel menoleh menatapnya.

"Seperti kita dengan pasangan kita. Ngga ada yang kita sembunyikan," lanjut Daniel lagi.

"Maksudmu, Kiran ngga mencintai Thoriq?" sarkas Ansel.

"Ngga tau juga. Aku rasa Kiran punya cinta yang berbeda, buat Thoriq dan mungkin buat Hazka," sambung Daniel lagi.

Ansel menatap Daniel skeptis. Ngga yakiin.

*

*

*

"Ngapain ikut aku," kaget Daniel saat ada yang menepuk pundaknya. Kunci yang dipegangnya sampai terjatuh.

Dia baru akan kembali ke kamar bersama Ansel setelah keduanya mengobrol panjang lebar.

Saat sedang berdiri di depan pintu, dan akan menempelkan kunci kamarnya, seseorang menyentuh pundaknya sampai pegangannya pada kuncinya terlepas.

Ternyata Hazka.

"Aku numpang tidur, ya," ucapnya sambil mengambil kunci kamar Daniel di lantai.

"Ngga tidur sama istri?" senyum Daniel meledek.

"Paling udah tidur," sahutnya sambil mendorong pintu lebih lebar

Daniel hanya tergelak pelan, ngga menolak sahabatnya. Di hatinya ada rasa kasian.

Biarlah malam ini. Besok dia ngga bisa menghindar lagi, batin Daniel sambil menutup pintu kamarnya.

Hazka langsung mengambil handuk yang tersedia, kemudian lanjut ke kamar mandi.

Sementara Daniel duduk di atas kasurnya sambil memainkan game di ponselnya.

Setelah Hazka keluar, gantian Daniel yang masuk ke kamar mandi.

Ngga lama kemudian ada notif pesan di ponselnya.

Si Jutek

Di mana?

Hazka terdiam. Nyesal langsung dia buka pesan itu. Sekarang pusing, kan, cara jawabnya!

Si Jutek

Kamu di kamar Kak Daniel?

Hazka agak terkejut juga membacanya.

Kok tau?

Seperti peramal aja, decihnya dalam hati.

Tapi kemudian Hazka tersadar akan kebodohannya.

Kirania pasti taulah. Hanya Daniel yang jomblo. Pasti dia melipir ke sana.

Ponselnya bergetar lagi. Masih saja notif pesan dari Kirania yang dikasih nama si jutek

Si Jutek

Ya udah, kamu di sana aja

Hazka menghembuskan nafas lega. Dalam hati bersyukur karena Kirania ngga memaksanya pindah ke kamarnya.

"Dari siapa?" tanya Daniel yang sudah keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Kiran," ucapnya sambil mengganti layar ponselnya dengan game. Satu kali pun ngga dibalas pesan adiknya Ansel.

Buat apa. Udah tau juga.

Daniel terkekeh.

"Ya sudah, kamu balik ke kamar dia sana. Pengantin baru, malam pertamanya, kok, misah."

"Dia ngga apa apa, kok," sahut Hazka cuek.

Daniel tambah tergelak. Tau kalo Kirania juga lega karena suaminya ngga tidur bersamanya.

Bisa bernafas sehari, besok baru gelut, batin Daniel lagi dengan tawanya yang berderai.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

gue suka sama omongan Daniel tentang pengamatannya antara kiranya, thoriq dan hazka.. 👍👍👍
meski keadaannya rumit tpi mereka lucu loh 😁😁

2024-02-25

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

waduh

2024-02-11

1

Ayu Kerti

Ayu Kerti

aku sepakat dgn daniel

2024-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!