Hukuman Hazka

Hazka terkejut begitu memasuki kamarnya. Kirania sedang duduk dengan lutut ditekuk dan wajahnya disimpan di sana.

"Ada apa?" tanya Hazka setelah dia minum hampir setengah botol kecil air mineral yang ada di atas nakas sambil mengusap bibirnya. Seakan membersihkan bibirnya yang tadi dicium Stela.

"Rihana," ucap Kirania sambil mengangkat kepalanya ke arah Hazka, yang duduk di sebelahnya. Pipinya sudah basah oleh air mata.

"Do'akan saja Aurora mau dan cocok hasilnya, jadi bisa nyelamatin Rihana," bujuk Hazka lembut. Ngga tega juga melihat gadis model alpha ini nangis.

Pupil mata Kirania membesar.

"Jadi kamu udah tau?" Kirania mengusap kasar air matanya.

"Udah. Ansel yang kasih tau."

"Dari kapan?"

"Dari tadi malam."

BUGH

"Auww..... Kamu kenapa, sih, Kiran? Hobi banget mukul," kesal Hazka campur kaget mendapat pukulan keras Kirania di bahunya.

Dasar cewe antik. Tiba tiba nangis, tiba tiba mukul, batin Hazka mengomel.

"Kenapa ngga cerita," tatap mata Kirania udah mau menelan Hazka saking kesalnya.

Padahal tadi malam perasaan Kirania udah ngga tenang banget. Tapi satu pun sepupunya ngga ada yang mengabarinya. Malah Hazka yang ada di dekatnya juga nggak ngasih tau apa apa.

"Kamu ngga nanya," jawab Hazka cuek.

Hiiiih.... Rasanya Kirania mau mencakar wajah Hazka.

Enteng banget kalo ngomong.

CUP

"Marah marah terus sama aku." setelah mengecup pipi Kirania, Hazka langsung beranjak pergi dengan cepat sebelum Kirania tambah mengamuk.

Pipi Kirania terasa panas.

Apa yang dia lakukan!

"Hazka! Beraninya!"

"Setiap.kamu mukul aku, kamu bakal aku cium. Adil, kan," tawa Hazka berderai. Sengaja Hazka melakukannya agar Kirania mikir dulu sebelum memukulinya.

Emang dia samsak.

Kirania ngga peduli. Kemarahannya langsung tersulut. Lagi sedih malah jadi emosi.

Dia mendekati Hazka yang sudah duduk di atas ranjang mereka sambil terus saja mentertawakannya.

BUK

BUK

Kirania mengambil bantal yang ada di sana, lalu melemparkannya dengan keras ke wajah Hazka.

Hazka.menghindar sambil terus tertawa.

"Hazka! Aku mau pulang!" seru Kirania marah setelah semua bantal habis ditimpuk ke Hazka

"Ngga bisa;" sahut Hazka cepat.

Dia ngga boleh pulang sebelum membuat Kirania hamil.

Padahal kalo sudah dijebol juga belum tentu langsung hamilkan?

Hazka langsung frustasi. Mereka masih punya waktu sepuluh hari lagi. Tapi dia belum ngapa ngapain Kirania. Bayangan hidup jadi gembel.begitu mengganggunya.

"Kenapa.nggak bisa?" Kirania makin emosi.

"Pokoknya ngga bisa." Hazka bingung ngasih alasannya.

Ngga mungkin dia akan terus terang. Kirania bisa tambah ngamuk nanti.

Kirania jadi germas. Dia mau pulang. Mau lihat keadaan Rihana. Dia khawatir. Tapi Hazka malah mempertahankan bulan madu yang ngga penting ini!

Kirania pun naek ke atas tempat tidur dan kembali memukul Hazka dengan gemas.

"Kamu kenapa, sih, nyebelin banget," marah Kirania bahkan kini sampai menarik kuat rambut gondrong Hazka.

"Aauuuwww!! Sakit, Kiran," ringis Hazka betulan sakit. Karena tarikan rambut yang Kirania dilakukan dengan sepenuh hati. Kulit kepalanya terasa berdenyut.

"Rasain. Pokoknya pulang." Kirania kembali melakukannya. Menarik rambut Hazka bahkan lebih keras.

Karena ngga kuat dengan rasa sakitnya, Hazka pun menggelungkan kedua tangannya di pinggang Kirania dan menarik tubuhnya hingga gadis alpha itu kini berada di bawahnya.

Kirania langsung shock. Tarikannya pada rambut Hazka terlepas.

"Aku udah bilang, kan, satu pukulan satu ciuman." Mata Hazka menyorot tajam.

"H Hazka... Jangan macam macam .....!" sergah Kirania panik. Tatapan mata Hazka belum pernah Kirania lihat sebelum ini. Beda dengan tadi malam

Ngga tau kenapa malah membuat Kirania merasa takut. Ingat kejadian sebelumnya. Takutnya kali ini Hazka serius.

Jantung Kirania pun berdetak cepat. Begitu juga dengan aliran darahnya. Sangat deras mengalir seperti air bah.

"Kamu yang minta Kiran...." Rasa sakit pada kulit kepalanya harus dia tuntaskan. Alpha women ini sesekali harus dikasih pelajaran.

Dia ini suaminya, walaupun penikahan ini mereka lakukan dengan terpaksa, dia ngga terima diperlakukan semena mena.

Mata Kirania terpejam saat wajah Hazka kian dekat. Dan ngga tunggu lama, bibir mereka sudah menempel kuat.

Hazka me lu matnya dengan lembut. Dalam dan lama hingga bibir Kirania terbuka, yang langsung dieksplor Hazka dengan permainan lidahnya yang profesional. Dia ahli dalan hal yang satu ini. Hanya saja yang ngga disangkanya sekarang adalah wanita yang dici umnya adalah adik Ansel, sahabatnya. Bukan model atau relasi bisnisnya.

Bibir Kirania sangat lembut, padahal bibir ini selalu bawel dan mengeluarkan kata kata pedas. Hazka betah berlama lama, ditambah sesekali terdengar erangan halus Kiran menambah imajinasi liarnya.

Dia lupa dengan kata katanya pada Ansel kalo ngga akan menyentuh Kirania dan akan melepaskan gadis itu nanti.

Bahkan kini dua tangannya sudah ngga bertumpu lagi di atas ranjangnya. Tubuh mereka sudah menempel erat dengan juniornya sudah menekan nekan runah yang ingin dia masuki.

Tangan Hazka pun sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengusap dan me re mas. Erangan dan de s ahan Kirania terdengar nyata. Apalagi saat bibir Hazka berpindah pada puncak dadanya. Padahal Kirania masih menggunakan bajunya. Tapi kenapa rasanya seperti langsung menyentuh ke permukaan kulitnya.

Hazka menggerem. Dia candu, tapi dia ngga ingin memaksa Kirania. Gadis itu ngga bisa melakukan apa apa karena Hazka sudah mecekal sejak tadi kedua tangannya ke atas kepalanya. Tapi untuk Kirania, dia melakukannya dengan sangat lembut

Hazka berhenti dan menatap mata yang terpejam rapat itu dengan penuh hasrat yang hampir meledak.

"Kiran......" Hazka merutuki suaranya yang berubah parau.

Kirania membuka matanya perlahan yang tampak sayu. Jantungnya berdebar hebat. Wajah Hazka berkali kali lipat tampannya dengan jarak yang sangat dekat

"Bilang kalo kamu mau berhenti."

Kirania ngga menjawab, dia mengerang lagi merasakan kecupan Hazka di bagjan sensitifnya. Puncak yang menegang.

Bagaimana dia bisa berpikir saat serbuan aliran aneh yang ngga dia mengerti melanda tubuhnya. Bahkan kini dia tanpa sengaja melengkungkan tubuhnya, akibat sentuhan dan re m asan tangan kurang ajar Hazka. Seperti dia sudah mengijinkan Hazka untuk melakukan tugas utamanya.

"Jangan menyalahkan aku nantinya Kiran. Kamu sudah ijinkan." Suara parau tapi seksi Hazka terdengar lagi.

Erangan dan rinti han Kirania menguar kembali, sangat menggoda begitu Hazka menurunkan kepalanya lagi, bermain di sekujur tubuhnya.

Di pagi menjelang siang itu bukan hanya suara Kiran saja yang terdengar, tapi juga suara Hazka. Keduanya saling bersahut sahutan dalam mencapai puncak surga dunia.

Tiga jam kemudian Kirania tersadar. Tubuhnya saat ini berada dalam pelukan Hazka di bawah selimut. Kirania yakin kalo mereka tidak tertutup sehelai pakaian pun, karena Kirania bisa melihat pakaian mereka yang berserakan di lantai.

Apa yang sudah aku lakukan dengannya?

Kirania mengetuk keningnya beberapa kali.

Kirania masih mengingat dengan jelas suara erangan, rin ti han dan de s ahan yang dia keluarkan tiada henti. Sangat mengerikan. Hazka pun mengeluarkan suara yang sama mengerikannya.

Saat merasakan pergerakan Hazka, Kirania buru buru memejamkan matanya. Dia malu sekali. Ngga sanggup bertatapan dengan netra Hazka.

Hazka mengeratkan pelukannya. Membawa Kirania kian merapat. Dia tau Kirania sudah tersadar dan hanya pura pura tidur. Bibirnya tersenyum memgingat apa yang sudah mereka lakukan tadi.

Dia laki laki yang sangat beruntung. Kirania masih tersegel dengan baik.

Dia sudah melanggar janjinya pada Ansel. Dia akan pikirkan nanti alasannya untuk mendebat sahabatnya itu.

Hazka mengecup lama pundak polos Kirania dan terdengar erangan halus yang tertahan dari gadis itu. Juniornya menunjukkan keperkasaannya lagi. Kembali dia mendengar suara erangan tertahan Kirania.

Fix, Hazka pun sudah ngga bisa menahannya lagi. Lagi pula sisa percintaan mereka tadi yang tumpah ruah sudah dia bersihkan dengan lidahnya saat gadis itu tertidur atau mungkin pingsan akibat ulahnya yang terus saja menggelutinya tanpa lelah.

Bahkan Hazka pun sempat berbisik i love u berkali kali sebelun dia pun terlelap.

Sekarang Hazka melakukannya lagi tanpa penolakan dari Kirania.

*

*

*

Sama seperti pagi tadi, kini di saat hari sudah memasuki sore hari, mereka berdua hanya terdiam dengan menikmati makanan yang tersaji di depan mereka.

Hazka sudah memesankan makanan setelah mereka terbangun, usai terbangun dari tdur akibat kelelahan yang amat sangat dari aktivitas panas mereka.

Hazka tau mereka berdua pasti sudah kelaparan karena sejak tadi sudah bekerja keras.

Ponsel Kirania yang berada di atas nakas bergetar.

"Aku ambilkan," kata Hazka sambil bangkit dari duduknya

Kirania ngga menjawab. Tubuhnya masih lemas dan sakit sakit semua. Tadi pun Hazka yang menggendongnya berkali kali. Dia ngga kuat berjalan. Selangkah pum karena terasa perih.

"Kiran...! Ya ampuuun.....! Nyenyak banget tidurnya, Berkaki kali ditelpon ngga diangkat," suara Puspa terdengar ceria.

Berkali kali? batinnya Kirania dengan pipi merona.

"Capek, ya, abis ehem ehem sama Hazka, si penakut jarum suntik," tawa Puspa berderai.

"Apa, sih. Aku masih jetlag," bohong Kirania, sulit untuk mengaku.

Tapi tawa Puspa terus saja terdengar.

Hazka hanya tersenyum mendengarnya. Ansel sudah menelponnya saat aktivitas mereka tadi siang selesai. Begitu juga Puspa. Tapi Hazka ngga tega membangunkan Kirania yang kembali terlelap atau pingsan.

Tubuh Kirania membuatnya gila. Dia melakukannya sampai dia lelah dan tuntas.

Beberapa saat kemudian.

"Kiran, aku mau ngasih tau........ Aurora mau dan sumsum tulang sumsumnya cocok sembilan puluh persen lebih. Besok Rihana akan dioperasi bersama Aurora. Do'akan ya, semoga lancar," serbu Puspa setelah tawanya reda.

Hati Kirania begitu plong

mendengarnya.

Syukurlah, sepupunya akan baik baik saja. Sepulang dari bulan madu mengerikan ini, Kirania akan berbaik baik pada Aurora yang selama ini selalu dia judesi.

Kirania hampir melompat saking gembiranya. Tapi baru mau bergerak sedikit saja, satu denyutan luar biasa yang menyakitkan menghantam bagian intinya.

"Ya, Puspa," ucapnya menahan sakit.

Hening.

"Kamu kenapa? Masih sakit?" tanya Puspa ambigu.

"Pusing aja." Kirania agak panik.

"Tenang. Dikompres aja, nanti sembuh sendiri."

Apanya? Kirania tambah panik mendengar saran Puspa. Dia belum siap Puspa dan sepupunya yang lain tau yang sebenarnya. Dia sudah menyerahkan semuanya pada Hazka. Ngga tersisa.

"Met bulan madu, ya. Bilang Hazka yang pelan maennya." Kemudian tawa Puspa kembali terdengar berderai derai meruntuhkan harga diri Kirania.

"Apa, sih." Dengan kesal Kirania menutup sambungan telponnya. Dia melirik Hazka dengan cebikan marah di bibirnya Laki laki itu kini juga serius melihat lihat layar ponselnya, sesekali tersenyum tipis.

Pasti lihat cewe seksi, batinnya bertambah kesal.

Dia sudah rugi besar!

Kamu bodoh Kiraaan!

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

mana yg diinget sih...janji ke Ansel ato takut jd gembel??

2024-03-25

1

F.T Zira

F.T Zira

aww.... manisnya🙈

2024-03-06

1

F.T Zira

F.T Zira

cakar aja. sini ku bantu🤭

2024-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!