honeymoon

"Loh, Kiran? Hazka mana? Apa masih tidur?" tegur maminya ketika dia melewatinya untuk sarapan. Sudah agak siangan, Kirania memang sengaja. Para sepupu dan iparnya pasti sudah pulang.

Rencananya memang berhasil.Tapi sayangnya orang tua mereka tetap menunggu kehadiran mereka dengan sabar di meja makan.

Saat ini di meja makan sudah ada orang tuanya dan Hazka. Tapi laki laki itu ngga ada.

Kenapa dia harus selalu tau di mana laki laki itu berada? Lagi ngapain aja? kesalnya dalam hati.

"Iya, mam." Kirania pun mengambil tempat duduk di dekat maminya.

"Itu Hazka. Waduh pengantin baru bangunnya kesiangan," tawa mami Hazka bersama maminya setelah menangkap sosok Hazka. Papi papi mereka hanya tersenyum tipis.

"Ayo, sarapan. Kiran, layani suami kamu dulu," ucap maminya memberi perintah.

"Aku bisa sendiri, mam," tolak Hazka yang jadi gentar melihat sorot menikam dari Kirania.

Dia segera mengambil roti berikut selainya.

"Sesekali ngga apa Hazka direpotin Kiran," senyum mami Hazka menahan tawa. Bukannya mereka ngga tau dengan situasi dan kondisi sekarang.

Tapi mereka sebagai orang tua saat ini sedang berusaha keras untuk mendekatkan Hazka dan Kirania.

"Ini tiket bulan madu kalian. Ke Paris. Itu tempat yang paling romantis," ucap Papi Hazka sambil mengulurkan sebuah amplop yang langsung diterima Hazka.

"Jam sebelas kalian berangkat," sambung papi Kirania mengejutkan.

Krania langsung panik, padahal tadinya dia mau bilang kalo akan mulai kerja dan membatalkan cuti yang sudah diambilnya. Rencananya dia dan Kak Thoriq akan ke Turki setelah akad. Tapi rencana itu tinggal mimpi saja.

Tiket yang dipegang Hazka pun terlepas.

Dua jam lagi, dong.

"Tenang, mami udah nyiapin koper kalian," tukas Mami Hazka sambil menunjuk ke arah empat buah koper yang berada di dekat situ, karena melihat kepanikan keduanya.

Hazka memijat keningnya lagi.

Kalo seperti ini akan sulit menghindar.

"Papi sama mami yang akan mengantar kalian. Lima belas hari papi rasa lebih dari cukup untuk menghadirkan cucu buat kami," kekeh papi Hazka senang.

"Udah ngga sabar ya, Bri," kekeh Akbar.

"iya. Pasti cantik seperti Kirania dan gagah seperti Hazka," tambah mami Hazka cepat.

"Semoga setelah pulang honeymoon Kirania langsung hamil. Sayang, mami sangat berharap," sambung mami Kirania sangat lembut.

Belum juga hamil tapi Kirania sudah merasa mual.

Gagah buat apa kalo takut dengan jarum suntik, ejek Kirania sambil mendelikkan matanya pada Hazka yang ngga sengaja melihatnya.

Hazka hanya bisa menghembuskan nafas panjang.

Dia masih pilih pilih kali buat nidurin perempuan.

Hazka junior akan sangat pemilih. Sementara ini dia hanya sudah melakukannya sebanyak dua kali. Dengan teman SMA nya untuk pertama kalinya, juga dengan mantan pacarnya yang udah diputusinnya setahun yang lalu.

"Habisin sarapan kalian. Kita segera berangkat," tukas Papi Hazka sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

DUK!

Auw, Hazka.menutup mulutnya, menahan jeritan kagetnya karena kakinya yang berada di bawah meja ditendang cukup keras.

Siapa lagi pelakunya kalo bukan Kirania.

Gadis itu kini sedang melotot marah padanya sebelum memalingkan wajahnya.

Lagi lagi Hazka membuang nafas kesalnya. Dia tau Kirania ingin dia menolak atau setidaknya menundanya. Tapi Kirania ngga tau dia dalam posisi ngga bisa membantah apalagi menolak keinginan papi dan maminya.

Ancaman maminya terasa nyata mulai direalisasikan papinya.

Tadi pagi saja dia terkejut mendapat pemberitahuan semua akun kartu kredit dan tabungannya diblokir.

Orang tuanya ternyata tau kalo dia ngga tidur bersama Kirania di kamar mereka. Tapi mereka mendiamkannya

Apalagi sekarang kalo dia mengeluarkan satu patah kata penolakan saja, mungkin benaran akan langsung jadi gembel.

Ngga lama kemudian mereka pun sampai di bandara. Obrolan hanya diisi oleh orang tua mereka dengan canda dan tawa yang renyah. Jet pribadi juga sudah menunggu.

Kirania pun berpelukan dengan mami dan papinya. Dia beneran menangis. Kenapa orang tuanya sendiri tega padanya.

Dia masih butuh satu atau dua hari setidaknya untuk berkabung atas kepergian Kak Thoriq.

Tapi semua orang ngga ada yang memberinya kesempatan untuk itu.

Mami dan papi Hazka pun memeluk Hazka dengan berbagai pesan menakutkan.

"Mata mata papi ada di sana. Kalo kamu berani mentelantarkan Kiran, papi langsung coret kamu dari pewaris. Kamu ngerti, Hazka?"

Perkataan papinya yang diakhiri dengan pertanyaan sudah seperti ancaman saja yang siap memotong motong tubuhnya jadi beberapa bagian. Hazka sudah merasakan ngeri dan ngilu pada sendi sendinya

"Ya, papi." Apalagi yang bisa dia lakukan selain menurut. Bukan dia takut lepas dari kekuasaan papinya, tapi pengaruh besar papinya bisa membuatnya akan hidup terlunta lunta nantinya jika dia membangkang.

"Papi dan mami melakukan ini semua demi kebahagiaan dan kebaikan kamu, sayang," maminya berucap lembut.

Hazka hanya menganggukkan kepalanya tanpa ekspresi. Pasti selama di pesawat atau di paris, dia akan diomeli terus sama Kirania. Dasar nasib.

*

*

*

"Mereka sudah berangkat?" tanya Daniel. Dia sengaja main ke perusahaan Ansel, selain mengulurkan proposal kerja sama, juga untuk mendengarkan unek unek sahabatnya.

"Sudah." Ansel menatap jauh ke langit. Saat ini dia dan Daniel sedang berada di roof top perusahaannya.

Apa yang akan terjadi? Apa Hazka bisa kuat kalo tiap hari melihat adiknya?

Pertanyaan itu yang selalu mengisi otaknya sejak tadi. Membuatnya ngga tenang.

"Sudahlah. Lebih baik kita do'akan semoga mereka baik baik saja," hibur Daniel.

Ansel ngga menjawab walau dalam hati mengaminkannya.

"Niel....," panggil Ansel setelah mereka sibuk dengan pikiran masing masing.

"Apa?"

"Menurut kamu si Hazka kuat nggak ngeliat Kirani setiap detik?"

Daniel nyengir.

Model playboy gitu dikasih ikan segar, pasti disantaplah.

Melihat cengiran Daniel, Ansel tambah cemas aja.

Dia hanya ngga ingin ikut campur. Hanya saja dia merasa bertangingjawab untuk kebahagiaan adiknya.

"Tenang aja, Sel. Jalan hidup manusia ngga ada yang tau. Siapa tau Hazka bisa berubah karena Kiran."

Ansel malah terkekeh geli mendengarnya.

"Itu terlalu muluk, Niel." Tawanya masih ngga bisa berhenti.

Daniel tersenyum. Syukurlah wajah rumit Ansel sudah menghilang.

Sugguh! Menurut Daniel, Ansel ngga cocok menampilkan wajah sedih dan pusingnya.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

beneran dah gak perjaka donk hazka nya... kirain cuma sekedar nakal doang dlm pergaulan gak sampai brhubingan intim sama lawan jenis

2024-02-25

2

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

wow honeymoon 😍

2024-02-11

1

Ayu Kerti

Ayu Kerti

nakalll ya... walaupun cma 2 tp....

2024-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!