Tubuh Kirania sudah ngga menggigil lagi walau suhu tubuhnya masih terasa dingin.
Hazka pun membuka koper koper yang berlabelkan nama Kirania.
Matanya melotot menatap isi dua koper itu yang rata rata berisikan baju baju kurang bahan untuk Kirania.
Apa orang tua mereka beneran ingin memendam mereka di kamar saja demi membuatkan cucu untuk mereka?
Hazka menghembuskan nafas panjang. Hatinya berubah mangkel. Kalo begini dia ngga tau sampai berapa lama dia bisa bertahan menahan hasratnya.
Hazka menyentuhkan punggung tangannya di kening Kirania.
Masih dingin, batinnya. Dia pun berinisiatif mengompres Kirania dengan air hangat.
Untung Hazka memukan handuk kecil di antara lipatan baju baju tipis kurang bahan itu.
Dia pun menyalakan televisi agar suasana tidak terasa sunyi mencekam. Ternyata badai salju di luar makin menggila. Cuaca tiba tiba saja berubah ekstrim Hazka semakin yakin kalo dokter yang dipanggilnya tadi ngga akan datang.
Mungkin juga karena kecapean Hazka jatuh tertidur dengan tangannya menahan kompres di kening Kirania.
*
*
*
Kirania kaget saat membuka matanya, ada satu tangan yang melingkar di perutnya.
Matanya melotot saat meyadari siapa laki laki yang berbarinh disampingnya itu. Sangat dekat dan merapat.
Hazka!
Apa.yang sudah laki laki itu lakukan padanya?!
Tubuh Kirania langsung gemetar
Reflek Kirania mendorong.tubuh. Hazka. Laki laki itu nampak terkejut sampai dia membuka matamya.
"Kamu sudah sembuh?" Dengan santai Hazka mengucek matanya yang masih terlihat lelah.
"Hazka!" jerit Kurania panik campur dongkol.
"Jangan teriak teriak. Aku pusing, nih," tukas Hazka dengan nada sedikit ditekan, masih mencoba sabar. Kepalanya terasa pusing sekarang. Agak berdenyut
BUGH
"Kiran! Apa apaan, sih?" Kali ini Hazka kehilangan kesabarannya saat wajahnya ditimpuk dengan sempurna oleh bantal yang dilemparkan Kirania yang menggunakan kekuatan penuh.
Wajahnya sampai terdorong ke belakang, dan itu membuat kepalanya bertambah tambah pusing.
Gadis ini kenapa kasar sekali. Tidak bisakah dia mengucapkan terina kasih, umpat Hazka membatin.
"Kenapa kita bisa satu ranjang!" marah Kirania yang sangat takut telah terjadi sesuatu yang mengerikan padanya. Dia takut kalo sudah dinodai laki laki player yang sudah jadi suami terpaksanya.
"Apa maksud kamu?!" Saking emosinya pikiran Hazka hanya jalan di tempat. Dia ngga ngerti kenapa Kirani malah marah alih alih berterima kasih padanya.
WUT
Kali ini Hazka menangkap bantal yang dilemparkan Kirania dengan sigap. Kemudian membuangnya ke lantai.
Kirani ngga menjawab malah terus melemparkan bantal bantal yang tersisa pada Hazka.
"Kiran! Kamu kenapa, sih?"
Kirania ngga menjawab, hanya menampilkan wajah marahnya saat melemparkan bantal bantal itu ke bagian bagian tubuh Hazka yang ngga terlindungi.
Hazka pun dengan sigap menangkapnya dan membuangnya ke lantai.
"Kamu kenapa, sih! Aku pusing, nih, karena kurang tidur ngompresi kamu semalaman," ungkapnya dengan marahnya.
Kirania terdiam mendengar pengakuan Hazka yang ngga terduga.
"Kamu ngompresin aku? Tapi kenapa?" bingung Kirania.
Perasaan dia baik baik saja, lanjutnya dalam hati.
"Kamu sakit tadi malam, nonaaa," sindir Hazka sambil meringis. Denyutan di kepalanya terasa tambah sering.
Ngga mungkin....,batin Kirania menolak ngga percaya. Tapi kemudian tersentak juga melihat wajah meringis Hazka.
Laki laki itu sekarang membaringkan tubuhnya. Dengan tangan terus memijat keningnya.
"Hazka, kamu sakit?" kali ini Kirania merasa Hazka serius dengan penderitaannya.
"Kamu kira aku becanda," ketus Haska karena pusing di kepalanya masih terasa tambah berat
Kirania terdiam. Mencoba memikirkan apa yang sudah terjadi.
Dia pun masih ngga bisa mengingat bagaimana dia bisa berada di kamar hotel bersama Hazka.
Seingatnya dia masih berada di dalam.pesawat.
TOK TOK TOK!
Memangnya siapa yang datang? batinnya bingung.
Tapi melihat Hazka diam saja dengan wajah menahan sakit, Kirania beranjak menuju ke arah pintu.
"Sarapan nona." Dua orang pegawai hotel mendorong kereta yang penuh berisi makanan bergerak memasuki kamar. Kirania membukakan pintunya lebih lebar lagi untuk mempersilakan mereka masuk.
Setelah menatanya di atas meja makan, kedua pegawai itu pun keluar meninggalkan ruangan milik Kirania dan Hazka..
TOK TOK!
Padahal Kirania baru saja menutup pintunya.
"Maaf saya baru bisa datang sekarang, nona muda." Wajahnya menunjukkan rasa bersalah. Seorang laki laki muda yang Kirania yakin satu bangsa dengannya.
Kirania masih terdiam. Bingung dengan apa yang dikatakan laki laki muda di depannya.
"Kelihatannya anda sudah sehat," ucapnya lega ketika menelisik keadaan Kirania yang tampak jauh dari kesan sedang menderita sakit.
Kirania tersadar.
"Anda dokter?"
"Ya, dokter Rudi," senyum dokter itu ramah saat memperkenalkan dirinya.
"Kemarin sore suami anda menelpon saya, katanya anda sakit. Tapi badai salju menghalangi niat saya untuk menemui anda."
"Tapi saya lihat saat ini anda sudah cukup sehat. Syukurlah. Suami anda sangat cemas sekali. Dia mengkhawatirkan keadaan anda," senyum dokter itu menular padanya.
"Emm.... saya sudah sehat. Bagaimana kalo dokter memeriksa siami saya saja "
"Tuan muda sakit?' kaget dokter itu dan dalam hati membatin heran.
Kenapa mereka sakitnya gantian?
"Ayo dokter," ucapnya sambil menutup pintu ruanganya.
Sang dokter pun.megikutinya.
"Kalo sakit begini ngga pelu disuntik, ya, dokter," kerling Kirania ketika mendapati netra Hazka menatapnya kesal.
"Ngga perlu nona. Sepertinya tuan muda kurang istirahat," ucap dokter Rudi sambil duduk di dekat Hazka dan mengeluarkan alat alat kedokterannya untuk memerokwa pasien.
Syukurlah, batin Hazka lega tapi wajahnya terlihat kesal mendapati senyum nyinyir di wajah Kirania.
"Maaf tuan muda. Saya harus memeriksa anda."
Hazka hanya menganggukkan kepalanya ketika dokter mulai memeriksa keadaannya.
Setelahnya dokter muda itu meminta Kirania memberikan obat yang harus diminum Hazka.
"Kenapa ngga diinfus saja biar lebih cepat sembuh?"
Kembali Hazka mengirimkan lirikan kesalnya.
"Tuan muda Hazka hanya membutuhakn istirahat nona. Mungkin tadi malam tuan muda begadang merawat nona," jelas dokter itu membuat Kirania tercekat.
Sungguhkah? Dia menatap ngga percaya pada Hazka yang sedang menelan obatnya.
"Hazka, makan dulu baru minun obat," cegah Kirania, tapi sia sia karena obat itu sudah melewati kerongkongannya.
"Ngga apa apa," ucapnya kemudian menarik selimutnya seleher
"Tidak apa apa nona." dokter muda itu ikut menyahuti.
Terserahlah, batinnya ngga tau lagi harus berbuat apa.
"Kalo ada apa apa, hubungi saya lagi nona, Nyonya besar sudah meminta saya untuk selalu standby menunggu panggilan anda berdua,"
Kirania hanya menganggukkan kepalanya. Ternyata orang tua mereka sudah mempersiapkan bulan madu ini sangat teliti sekali.
Kirania bahkan ngga tau dokter di depannya ini sudah lama kerja di sini atau juga ikut berangkat bersamanya dengan pesawat yang berbeda.
Kirania menghela nafas setelah menutup pintu.
Harumnya makanan yang tertata di atas meja memanggilnya.
Perutnya memang terasa sangat keroncongan.
Dia harus sehat agar bisa menghadapi Hazka. Kalo dia sakit dan lemah maka akan sulit melawan kalo nanti Hazka memaksanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
knpa gak minta petugas hotel buat minta tambahan selimut tebal Ka?? biar tubuh kiran lbih mendingan hangat
2024-02-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
setuju 👍
2024-02-12
1
Yuli a
🤣🤣🤣
2024-01-20
1