"Kamu di mana?" Tanya Rangga langsung begitu sambungan teleponnya dengan Flora terhubung.
"Maaf, apa Anda kerabat dari pemilik ponsel ini?" Tanya balik seseorang di seberang telepon.
Rangga tercengang, dia menjauhkan ponselnya yang tertempel ditelinga dan menatap layar ponselnya dengan seksama. Jelas ia sedang menelpon Flora, namun bagaimana bisa orang lain yang mengangkatnya.
"Halo, Anda siapa? Kenapa bisa ponsel istri saya ada pada Anda?" Tanya Rangga.
Sungguh, jika Flora yang mendengar, gadis itu pasti akan sangat merasa senang diakui sebagai istri oleh Rangga. Flora tak pernah berharap banyak dari Rangga, ia hanya ingin menjadi partner yang baik dalam mengasuh Azka dan Kiara.
"Syukurlah, ternyata Anda suami dari korban tabrak lari yang dibawa oleh seorang tukang ojek ke rumah sakit. Pasien sekarang belum sadarkan diri dan keadaannya cukup parah, mohon untuk keluarga segera datang ke rumah sakit Sejahtera." Ucap panjang lebar seorang suster yang sejak tadi memang menjaga Flora di ruang rawat. Saat memeriksa ponsel korban, daftar panggilan masuk dan keluar kosong dan akhirnya ia memilih menunggu sampai ada keluarga korban yang menelpon.
"Apa? Korban tabrak lari!?" Hanya tiga kata itu yang Rangga tangkap. Meski sejak tadi ia merasa kesal karena Flora yang tak kunjung pulang di saat ia butuhkan, sekarang tubuhnya mendadak lemas mendengar Flora menjadi korban tabrak lari.
Bayang-bayang ketika Fiona menghembuskan nafas terakhir, terlintas begitu saja. Perasaan takut seketika menyeruak di hatinya, takut Flora mengalami hal yang sama.
"Rangga, ada apa? Siapa yang jadi korban tabrak lari?" Tanya mama Sinta mendesak, meski belum tahu siapa yang mengalami kecelakaan itu namun ia ikut khawatir melihat ekspresi Rangga yang terlihat tegang dan ketakutan.
Rangga tak menjawab pertanyaan mamanya, ia berusaha mengumpulkan kesadaran dari rasa keterkejutannya. Menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, "Di ru-mah sakit mana?" Tanyanya sedikit terbata.
"Rumah sakit Sejahtera, ruangan Melati."
.
.
.
Rangga duduk termangu di samping ranjang pasien, netranya tak lepas menatap Flora yang terbaring lemah dan masih belum sadarkan diri. Wajah cantik itu terlihat pucat. Rangga sungguh tak kuasa melihatnya.
Bukan rasa malu yang kini ia rasakan seperti kata mama Sinta membiarkan Flora pergi dengan taksi, melainkan sedikit rasa sesal. Jika saja Flora pergi menggunakan mobilnya, istrinya itu mungkin tak akan mengalami kecelakaan seperti ini. Menjadi korban tabrak lari.
Dan yang lebih Rangga tak sangka, bahkan Flora hendak pulang dengan menaiki ojek yang menjadi sebab istrinya itu mengalami kecelakaan.
Penuturan tukang ojek yang membawa Flora ke rumah sakit, gadis itu tertabrak ketika hendak menyeberang untuk menghampirinya, padahal ia sudah memberi kode bahwa ia yang akan menghampiri calon penumpangnya itu. Dan mobil yang menabrak Flora, kabur begitu saja tanpa belas kasihan.
"Flora!" Mama Zana yang baru saja datang langsung histeris melihat keadaan putri bungsunya.
Papa Farhan memeluk istrinya itu untuk menenangkan sembari melangkah menghampiri ranjang di mana Flora berbaring. Saat di kabari Flora mengalami kecelakaan, saat itu juga mereka langsung meluncur ke rumah sakit. Di perjalanan, papa Farhan sempat memberi kabar pada putra sulungnya untuk segera ke rumah sakit.
Rangga beranjak dari tempat duduknya dan membiarkan mama mertuanya duduk. Dalam keadaan seperti ini, ia tidak tahu harus berbuat apa. Flora bukan list orang yang harus ia khawatirkan, tapi perasaan takut itu benar-benar ia rasakan melihat keadaan Flora.
Melihat Flora yang terbaring lemah, ia teringat saat-saat perjuangan Fiona melahirkan Azka hingga akhirnya meregang nyawa. Ia benar-benar takut duka itu kembali menyapa. Belum pupus dukanya atas kepergian Fiona, ia tidak ingin mengalaminya lagi.
Pintu ruangan kembali terbuka, Farzan datang bersama Arkan dan anggota keluarga yang lainnya.
Rangga sempat melirik Arkan sekilas yang sangat kentara bahwa pria itu sangat mengkhawatirkan Flora. Semuanya juga merasa khawatir tapi ia hanya melihat itu di wajah Arkan.
"Ikut aku," Arkan menarik tangan Rangga keluar dari ruang rawat begitu keluarga yang lainnya berkerumun di sisi kanan dan kiri ranjang pasien.
Arkan langsung menghempaskan tangan Rangga setelah berada di luar ruangan, berganti mencengkeram kerah baju Rangga dan menatapnya tajam. "Ini semua gara-gara kamu, Flora seperti ini gara-gara kamu!" Tukasnya. Kedua matanya memerah dan rahangnya tampak mengeras.
Rangga yang tidak terima dengan perlakuan Arkan, melakukan perlawanan dengan mendorong tubuh pria itu. Ia balas menatap tajam Arkan. "Jangan berbicara sembarangan!" Peringatannya sembari menunjuk Arkan.
"Aku tahu kalian menikah hanya terpaksa tapi kamu tidak bisa mengabaikan tanggung jawabmu sebagai suami untuk memenuhi kebutuhan Flora. Kalau kamu sedikit saja perduli pada Flora, hari ini dia tidak akan keluar rumah untuk menjual kalung pemberian Fiona. Flora sedang butuh uang dan kamu tidak tahu itu. Kamu benar-benar tidak becus jadi suami!" Tanpa sadar Arkan berteriak sambil menunjuk Rangga, dia tidak kuasa menahan amarahnya. Belum lama ia berpisah dengan Flora dari toko perhiasan, ia dikabarkan mantan kekasihnya itu mengalami kecelakaan saat hendak pulang. Jika saja Flora mau diantarkan pulang olehnya, Flora tidak akan mengalami kecelakaan seperti ini.
Rangga tercengang, tubuhnya mematung dengan kedua mata tak berkedip menatap Arkan. Pria dihadapannya terlihat sangat marah tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Rangga, melainkan ucapan Arkan yang mengatakan bahwa Flora keluar untuk menjual kalung pemberian Fiona.
Flora sedang butuh uang tapi kenapa tidak memberitahu dirinya, batin Rangga bertanya. Seharusnya Flora mengatakan padanya, ia pasti akan memberikan. Tapi Flora malah lebih memilih untuk menjual kalung pemberian Fiona daripada memberitahunya.
"Untuk apa Flora menjual kalung pemberian Fiona? Memangnya dia ada keperluan apa?" Rangga bertanya dengan lirih. Tadinya yang tersulut emosi atas perbuatan Arkan perlahan mereda setelah mendengar penuturan Arkan.
Arkan tersenyum miring mendengar perkataan Rangga, pria itu adalah suami Flora tapi dia tidak tahu apa kebutuhan istrinya sendiri.
"Kamu saja suaminya sendiri tapi tidak tahu, bagaimana aku bisa tahu. Tapi tidak usah di pikirkan lagi, aku sudah mengirimkan uang ke rekening Flora. Apapun yang dia butuhkan, semoga uang yang aku kirimkan itu cukup." Setelah mengatakan itu Arkan berlalu dari hadapan Rangga, ia tidak kembali masuk ke dalam ruang rawat untuk melihat Flora melainkan memilih meninggalkan rumah sakit. Sungguh, ia tidak sanggup melihat keadaan Flora sekarang.
Setelah Arkan tak terlihat lagi pun, Rangga masih berdiri mematung di tempatnya. Setiap kalimat yang diucapkan Arkan ia simak dengan jelas, dan dua kata yang diucapkan Arkan dengan lantang sungguh menjatuhkan harga dirinya.
Tidak becus. Yah, dirinya memang tidak becus menjadi suami. Sebagai suami, meskipun tidak mencintai tapi tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan istrinya harus tetap ia penuhi, tapi apa yang ia berikan selama 6 bulan ini pada Flora, tidak ada selain sikap ketus dan dinginnya terhadap Flora.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Nuryati Yati
emang kamu suami gk becus Rangga
2024-06-21
3
Retno Anggiri Milagros Excellent
bodohnya itu mengakibatkan penyesalan yang tinggi. 👍😍
2024-03-17
1
Acim Walls
😭😭😭
2024-03-11
1