Begitu urusannya di kantor selesai, Rangga bergegas pulang. Tak lupa ia singgah di minimarket untuk membeli marshmellow pesanan Kiara. Tak hanya untuk putrinya, ia juga inisiatif membeli beberapa camilan untuk Flora meski tak di minta.
Yah, sebagai suami, yang juga sudah berpengalaman dalam berumah tangga, sudah seharusnya Rangga memberikan perhatian kecil itu pada Flora. Meski Flora tidak mengatakan, ia yang seharusnya memahami. Karena bagaimanapun Flora juga istrinya, meskipun tidak ia inginkan.
Bukankah perhatian itu juga harus diberikan meski bukan pada orang yang dicintai? Orang yang berjasa dalam hidup kita, juga layak mendapatkan perhatian. Seperti Flora, yang berjasa dalam mengasuh anak-anaknya.
Rangga akui, jika itu bukan Flora, mungkin saja cara mengasuhnya berbeda, mungkin saja tumbuh kembang anak-anaknya tidak akan seperti sekarang. Azka dan Kiara semakin hari semakin terlihat berisi. Dan yang jelas, Flora sangat menyayangi Kiara dan Azka.
Kantong plastik bermerek dengan ukuran besar Rangga letakkan di samping bangku kemudi, usai memasang seat belt ia gegas melajukan mobilnya meninggalkan pelataran minimarket tersebut.
Sepanjang jalan, Rangga tampak tersenyum membayangkan Kiara pasti akan sangat senang melihat marshmellow yang ia belikan, tak hanya satu tapi ada beberapa dengan bentuk dan varian rasa yang berbeda. Dan untuk Flora, ia mengambil saja beberapa camilan berbeda, berharap Flora menyukainya untuk teman bersantai sebelum menjelang tidur. Beberapa malam ini, Flora memang sedikit kesulitan tidur karena kakinya yang cedera sering terasa nyeri ringan saat malam hari.
Dengan adanya camilan, mungkin akan bisa membuat Flora sedikit lebih rileks. Menikmati camilan agar tak terpatok pada nyeri di kakinya.
Sesampainya di rumah, Rangga mengernyitkan keningnya melihat di pelataran terparkir mobil mertuanya. Ia lalu teringat dengan ucapan mama Sinta yang mengatakan, mertuanya akan datang karena ada yang ingin mereka bicarakan padanya.
Bergegas Rangga masuk ke rumah, ia langsung menuju ruang tamu. Ia mencium punggung tangan dua pasang paruh baya yang ada di ruangan itu, kemudian duduk di samping Flora yang juga berada di sana.
Rangga hanya melirik Flora sekilas, ekspresinya datar. Sedang Flora sama sekali tak melihat kearah suaminya, ia hanya duduk dengan pandangan fokus ke satu arah, meja di depannya.
"Anak jaman sekarang walaupun sudah nikah tapi keliatan kaku banget ya, By. Kita waktu muda tak pernah melewatkan kesempatan kecil pun untuk terlihat romantis. Tak peduli itu di depan orang tua atau orang lain." Celetuk mama Zana tiba-tiba sambil melirik papa Farhan di sampingnya, kemudian mengarahkan pandangannya menatap Rangga dan Flora.
"Iya Jeng, kami dulu juga begitu. Setiap Mas Digo pulang kantor, aku menyambut kepulangan Mas Digo dengan senyuman. Mencium punggung tangannya dengan mesra seperti ketika Mas Digo berangkat bekerja, Mas Digo juga mencium keningku." Ucap mama Sinta menimpali.
Rangga tampak tersenyum, dia jadi teringat dengan Fiona yang juga selalu melakukan hal demikian. "Fiona juga begitu, dia selalu..." Sadar dengan ucapannya, Rangga lalu terdiam sembari menunduk pelan.
"Lalu bagaimana dengan Flora, apa dia juga begitu?" Tanya mama Zana, kali ini mengarahkan tatapannya pada Rangga dengan lekat.
Ditatap seperti itu, membuat Rangga menjadi gugup. Ia kembali melirik Flora, namun istrinya itu masih bergeming dengan terus menatap meja, pandangannya nyaris kosong entah apa yang sedang di pikirkannya batin Rangga.
Sekarang Rangga merasa tersudut akan pertanyaan mama mertuanya, entah jawaban apa yang harus ia berikan. Dalam hati ia meneriaki Flora agar membantunya memberikan jawaban, tapi nyatanya Flora sejak tadi hanya diam.
Ada kegamangan di hati Flora yang membuatnya diam. Ia sudah merasakan ada sesuatu ketika mama Zana sendiri yang datang ke kamar memanggilnya, mengajaknya ke ruang tamu untuk menunggu kepulangan Rangga.
Di ruangan yang sama, Flora masih ingat betul saat itu, saat orangtuanya dan orang tua Rangga ingin berbicara pada mereka berdua, kala itu ternyata mereka diminta untuk menikah. Sebelum Rangga datang, ia masih sibuk menerka apa kiranya yang menjadi tujuan para orang tua mengumpulkannya kembali di ruangan itu. Namun, dengan sindiran mama dan mertuanya serta pertanyaan mama Zana barusan akhirnya ia dapat memahami sesuatu. Yah, sesuatu yang berkaitan dengan pernikahannya.
Meski sudah dapat menebak, namun Flora memilih diam. Berbeda dengan Rangga yang tampak kebingungan terhadap situasinya.
"Oh iya, katanya ada yang ingin kalian bicarakan?" Rangga mencoba mengurai ketegangan dan menghindari pertanyaan mama Zana.
"Sejak tadi sudah dibicarakan, Rangga." Sahut papa Digo.
"Sudah dibicarakan? Apa?" Semakin bertambah bingung saja Rangga, perasaannya sejak tadi tidak ada yang mereka bicarakan selain mama Sinta dan mama Zana yang membicarakan bagaimana keromantisan mereka sewaktu muda.
"Rangga, kamu masih ingat kan apa yang Papa katakan saat menikahkan kamu dengan Flora?" Papa Farhan yang sejak tadi diam akhirnya bersuara.
Rangga mengangguk terlihat ragu, ia hanya menatap papa mertuanya itu sebentar dan kemudian menunduk.
'Rangga, untuk yang kedua kalinya Papa menyerahkan Putri Papa padamu. Tolong perlakukan Flora sebagaimana kamu memperlakukan Fiona, sayangi dia seperti kamu menyayangi almarhumah.'
Itulah yang dikatakan papa Farhan di hari pernikahannya dengan Flora. Sampai sini, Rangga mulai sedikit dapat memahami situasinya. Apakah sekarang para orang tua akan menguliti keberlangsungan rumah tangganya dengan Flora.
"Jujur, Papa sangat kecewa Rangga. Papa menaruh harapan yang sangat besar padamu, tapi kamu ternyata hanya menganggap pesan Papa itu sesuatu yang tidak penting." Papa Farhan masih berusaha untuk tenang meski dadanya mulai terasa bergemuruh.
"Kami semua sudah tahu dari Kia."
Rangga terperangah, semakin kuat dugaannya sekarang. Para orang tua sudah mengetahui bagaimana rumah tangganya dengan Flora. Kiara yang paling tahu bagaimana selama enam bulan ini, ia memperlakukan Flora.
Terbit senyum getir di bibir papa Farhan melihat ketegangan di wajah Rangga.
Saat mama Zana menceritakan, tentang kasur lipat yang ia lihat di kamar Rangga dan Flora, tepatnya di belakang sofa. Kasur itu sepertinya sengaja di sembunyikan. Saat itu papa Farhan tak begitu menanggapi, menurutnya kasur lipat itu mungkin saja untuk Kiara dan Azka bermain. Tapi ketika suatu hari, kedua besannya tiba-tiba datang dengan membawa Kiara. Saat itulah mereka tahu kebenarannya.
Menurut mama Sinta, meski masih kecil tapi ia yakin Kiara pasti tahu sesuatu. Dan benar saja, saat ditanya, gadis kecil itu mengatakan semuanya yang membuat mereka tercengang.
'Kasur lipat yang ada di kamar Mama dan Papa, punya siapa?'
'Punya Mama Flora, Mama Flora yang tidur di situ. Kia sama Papa tidur di ranjang.'
'Loh, bukannya Nenek sudah minta Kia untuk tidur di kamar Kia sendiri?'
'Papa yang mindahin Kia, kalau hampir Pagi baru Papa suruh Kia balik ke kamar Kia lagi.'
'Papa baik gak sama Mama Flora?'
'Kalau dulu Papa sering marahin Mama Flora, tapi sejak kaki Mama Flora sakit Papa gak pernah marah lagi.'
Hati orang tua mana yang tak sakit mengetahui ternyata putri mereka mendapat perlakuan yang tidak baik dari suaminya. Informasi yang mereka dapatkan dari Kiara sudah cukup membuktikan bahwa Rangga tak menepati janji pernikahannya.
Selaku orang tua rangga, mama Sinta dan papa Digo pun turut merasa kecewa sekaligus malu atas perlakuan putra mereka.
Mereka menikahkan Rangga dan Flora bukan hanya karena tak ingin cucu mereka diasuh orang lain, bukan hanya sekedar ingin memberikan sosok ibu untuk Kiara dan Azka. Tapi juga sosok pendamping untuk Rangga hingga menua bersama.
"Dan kami sudah mengambil keputusan," papa Farhan kembali bersuara, pria paruh baya itu nampak menghela nafas panjang kemudian kembali berkata.
"Kalau ternyata kalian berdua tetap tidak bisa menerima pernikahan kalian, sebaiknya kalian berpisah saja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Yenisia Afila
kok orang tuanya seenaknya ya mengambil keputusan, pertama nikahin anak2nya, kedua pisahin anak2nya hedeh...terlalu ikut campur dr awal kan mereka yg paksa2 dan memohon utk menikah
2024-03-23
5
Retno Anggiri Milagros Excellent
yah.. orang tua yang bijaksana. keluarga koq ga bahagia. 🙏😍
2024-03-17
2
Dina⏤͟͟͞R
nah. betul dah. drpada makan ati
2024-03-12
0