"Hari ini aku akan menikah dengan suami Kak Fio, tapi percayalah aku tidak akan pernah mengambil posisi Kakak disisi Kak Rangga. Aku hanya ingin menjadi ibu untuk Kiara dan Azka, Kak." Gumam Flora dalam hati. Kedua matanya berkaca-kaca menatap foto kakak kembarnya. Jika tidak ingat saat ini ia telah didandani, mungkin air matanya sudah jatuh membasahi pipi. Hanya riasan tipis, namun ia tidak mau membuat MUA yang mendandaninya harus bekerja dua kali jika riasan wajahnya rusak karena menangis. Terlebih sebentar lagi ijab kabul akan segera dilaksanakan.
Hanya dua minggu setelah kesepakatan Flora dan Rangga, hari ini mereka akan menikah. Tak semegah seperti pernikahan Rangga dan Fiona dulu, pernikahan Rangga dan Flora hari ini hanya akan dilakukan akad saja di kediaman papa Farhan dan disaksikan oleh keluarga inti mengingat suasana duka masih menyelimuti. Hanya satu karyawan Rangga yang diundang serta ketua RT setempat untuk menjadi saksi.
Wanita cantik yang berprofesi sebagai perias pengantin, duduk di tepi tempat tidur sembari menatap heran pada pengantin wanita yang baru saja ia dandani. Selama pengalamannya merias pengantin, ia selalu mendapati pengantinnya tersenyum bahagia namun tidak dengan pengantin yang ia dandani kali ini. Mempelai wanita yang ia tahu bernama Flora itu tampak sedih dengan terus menatap foto wanita yang serupa dengannya.
Flora meletakkan foto kakaknya di meja rias, ia lalu meluruskan pandangan menatap tubuhnya yang terbalut kebaya putih dari cermin. Takdir, sungguh tidak ada yang tahu bagaimana akan berjalan, ia tidak menyangka akan menikah dengan kakak iparnya sendiri. Pernikahan impian yang selalu ia damba bersama sang kekasih hati harus pupus lantaran pernikahan turun ranjang yang harus ia tempuh. Dan itu semua demi memberikan kasih sayang sosok ibu terhadap Kiara dan Azka.
Ketukan dibalik pintu membuat Flora terkesiap, buru-buru ia menetralkan ekspresinya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Sementara si perias pengantin langsung beranjak membuka pintu.
"Sudah selesai?" Tanya mama Sinta begitu MUA yang ia sewa membukakannya pintu. Sedang mama Zana yang berdiri di samping besannya itu, terpaku dengan pandangan lurus kedalam kamar. Perasaannya bahagia bercampur gundah melihat putri bungsunya mengenakan kebaya pengantin. Sebenarnya ada rasa bersalah, namun karena tidak mau cucunya diasuh oleh orang lain terpaksa membuat Flora terikat dengan Rangga.
"Sudah, Bu." Ujar MUA lalu menghampiri pengantin wanita untuk memastikan jika tidak ada yang bermasalah dengan penampilannya. Dirasa cukup, ia lalu menuntun Flora untuk keluar kamar.
Mama Sinta dan mama Zana langsung menggandeng lengan kiri dan kanan Flora, membawa gadis itu menuju ruangan dimana seluruh keluarganya sudah berkumpul. Petugas kantor urusan agama baru saja datang dan akad akan segera dilaksanakan.
Ketika sampai di ruangan yang menjadi tempat ijab kabul, Flora langsung menundukkan kepalanya kala tatapannya tertuju pada Arkan yang duduk diantara kedua orangtuanya. Sebenarnya pria itu tidak ingin datang, tentulah sangat sakit rasanya melihat wanita yang dicintai menikah dengan laki-laki lain. Namun, kedua orangtuanya memaksa datang karena bagaimanapun juga mereka adalah keluarga.
Rangga tampak memejamkan mata kala Flora telah duduk disampingnya, ingatnya berputar ketika ia menikah dengan Fiona dulu. Waktu itu, senyum merekah diwajahnya kala wanita yang sangat dicintainya itu telah duduk disampingnya. Berbeda dengan yang terjadi sekarang, yang duduk disampingnya adalah adik iparnya sendiri dan tentu membuat hatinya hancur. Tak pernah terbayangkan bahwa ia akan menikah lagi.
"Kita mulai sekarang," ucap petugas KUA tersebut sembari menatap papa Farhan yang akan menikahkan putrinya sendiri. Pria paruh baya itu mengangguk kemudian mengulurkan tangannya pada menantunya.
Rangga menjabat tangan ayah mertuanya dengan perasaan yang berkecamuk. Dulu, papa Farhan jugalah yang menikahkannya dengan Fiona. Dan hari ini, ayah mertuanya akan kembali menikahkannya dengan adik mendiang istrinya.
"Rangga Atmajaya bin Digo Atmajaya, saya nikahkan dan saya kawinkan Ananda dengan putri saya yang bernama Flora Adiguna binti Farhan Adiguna dengan mas kawin satu set perhiasan dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Fiona Adiguna..." Menyadari salah sebut, Rangga langsung menghentikan kalimatnya. Papa Farhan menarik tangannya lalu menoleh kearah besannya. Tampak papa Digo dan mama Sinta menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Rangga hanya sedang gugup saat ini.
Setelah petugas KUA menginstruksi mempelai pria agar lebih tenang, ijab kabul pun diulang kembali. Dan kali ini papa Farhan menyebut kalimat ijab itu dengan suara yang terdengar bergetar.
"Saya terima nikah dan kawinnya Flora Adiguna binti Farhan Adiguna dengan mas kawin tersebut tunai." Jawab Rangga. Tidak selantang saat menikah dengan Fiona dulu, namun Kalimat kabul itu ia ucapkan dengan lancar.
"Bagaimana para saksi?"
"Sah!" Ucap serentak dua saksi dan seluruh keluarga, terkecuali Arkan yang langsung memalingkan wajahnya.
Jatulah air mata Flora yang sejak tadi ia tahan, dan tentu saja bukan air mata bahagia. Dadanya terasa sesak, merasa bersalah terhadap dua orang yang begitu menyayanginya. Meski niatnya hanya menjadi ibu untuk dua keponakannya, namun tetap saja ia merasa bersalah telah menikahi suami kakaknya sendiri. Terlebih kepada Arkan, pria itu pasti sangat sakti hati menyaksikan pernikahannya ini.
Rangga pun menyematkan cincin di jari Flora, ekspresinya datar bahkan terlihat enggan menatap adik ipar yang telah menjadi istrinya. Berbeda dengan Fiona dulu, senyum mengembang sempurna diwajahnya saat menyematkan cincin pernikahan, dan tatapannya tak lepas menatap wanita yang sangat dicintainya itu.
Ketika giliran Flora yang menyematkan cincin pernikahan dijari Rangga. Ia tersenyum getir, terlihat jelas bekas cincin dijari pria yang telah menjadi suaminya itu. Rangga baru melepas cincin pernikahannya dengan Fiona pagi tadi.
"Rangga, untuk yang kedua kalinya Papa menyerahkan Putri Papa padamu. Tolong perlakukan Flora sebagaimana kamu memperlakukan Fiona, sayangi dia seperti kamu menyayangi almarhumah." Ucap papa Farhan terdengar lirih. Tak ingin sebenarnya seperti ini, namun mau bagaimana lagi. Mereka tak ingin ada campur tangan orang lain yang merawat Azka dan Kiara, karena bagaimanapun juga suatu hari nanti Rangga pasti akan menikah kembali.
Rangga hanya menganggukkan kepalanya pelan, ia tidak mau menjawab karena sudah tentu tidak akan bisa memperlakukan Flora seperti Fiona.
Selesai lah pernikahan tersebut. Seluruh keluarga berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang-bincang sebentar sebelum meninggalkan kediaman papa Farhan.
Sementara dua mempelai duduk berjauhan. Flora duduk memangku Kia di sofa tunggal, sedang Rangga duduk diujung sofa panjang seorang diri dengan menggendong Azka. Tatapannya nanar menatap anak bungsunya itu, yang sangat malang nasibnya. Ditinggal sang ibu saat baru saja dilahirkan.
Arkan yang sejak hanya diam diantara keluarga yang sedang bercakap-cakap, memberanikan diri menghampiri Rangga. Ia duduk di samping pria itu sembari tersenyum tipis, dan tentu saja senyumnya itu tidak tulus. Pria mana yang akan tersenyum melihat pujaan hatinya menikahi pria lain.
"Aku tahu Kak Rangga dan Flora hanya terpaksa menerima pernikahan ini," ucap Arkan tanpa berbas basi lagi. "Aku rela melepas Flora bersama kak Rangga, dan aku mohon tolong jangan sakiti dia dalam pernikahan terpaksa ini."
Rangga hanya tersenyum getir tanpa menjawab ucapan Arkan. Tanpa ia sakiti, Flora akan tersakiti sendiri dengan keadaan. Menikah dengan wanita yang tidak dicintai dan dengan terpaksa, tentu ia tak akan memperlakukan Flora sebagaimana seorang suami memperlakukan istrinya. Dan itu adalah konsekuensi yang harus diterima Flora karena sudah memutuskan untuk menikah dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Neli Allen
bukan 1 yg patah hati 💔💔💔 tapi 3
2024-06-27
0
Neli Allen
sedih nian Thor gak mau berhenti air mataku mengalir 😭😭😭
2024-06-27
0
Anda Anda
demi ponakan rela berkorban
2024-06-12
0